THE BELOVED ONE

HANYA BISA MENJAGA



HANYA BISA MENJAGA

0"Aku percaya dengan kamu menikahi Jessi hidup Jessi akan bahagia." ucap dokter Kim dengan wajah yang sudah membiru.     
0

Chello mengangkat wajahnya dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Dokter Kim... tolong maafkan aku. Jika aku bisa, pasti aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi sungguh aku minta maaf, aku tidak bisa memenuhi keinginan Dokter Kim. Aku tidak bisa menikahi Jessi Dokter Kim. Aku bisa menjaga Jessi tapi tidak dengan menikahinya." ucap Chello dengan rasa bersalah karena tidak bisa memenuhi keinginan terakhir dokter Kim.     

"Kenapa? apa kamu masih mencintainya?" tanya Dokter Kim dengan suara yang semakin berat.     

"Aku sudah berusaha melupakannya dan mengubur cintaku padanya.Tapi semakin aku menjauh ke sini, cintaku semakin besar padanya. Suami Ayraa saat ini sakit parah dan kemungkinan hidup hanya beberapa tahun saja. Dan suami Ayraa telah menitipkan Ayraa padaku untuk menjaganya selama-lamanya. Dan aku akan memenuhi permintaan suami Ayraa walau aku belum menjawabnya saat ini." ucap Chello dengan jujur tidak bisa lagi berjanji pada orang yang akan meninggal.     

"Tidak bisakah kamu menikahi keduanya?" tanya Dokter Kim wajah yang semakin biru dan pucat.     

"Maafkan aku Dokter Kim, aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa mengkhianati Ayraa, aku berjanji padamu aku akan menjaga Jessi dan akan mencarikan Jessi seorang laki-laki yang mencintai Jessi. Dokter Kim jangan kuatir aku berjanji Jessi akan mendapatkan laki-laki yang baik yang lebih dari aku." ucap Chello dengan sungguh-sungguh.     

"Jessi... kemarilah sayang, kamu sudah mendengar sendiri apa yang di katakan Chello kan? Chello akan menjagamu sampai kamu mendapatkan laki-laki yang baik yang mencintaimu." ucap Dokter Kim dengan kedua matanya yang sudah setengah terpejam, nafasnya sudah semakin berat.     

"Paman, paman bertahan ya? sebentar lagi ambulans datang, kita akan membawa Paman ke rumah sakit." ucap Jessi tidak bisa menahan tangisnya lagi.     

"Dengarkan Paman Jessi, kamu harus menurut apa kata Chello. Paman sudah tenang sekarang, kamu sudah menjadi tanggung jawab Chello." ucap Dokter Kim dengan suara lirih seiring kedua matanya perlahan terpejam rapat.     

"Paman!! Pamannn!! Paman... jangan tinggalkan aku Pamannnn!" teriak Jessi di sela-sela Isak tangisnya.     

"Sudah Jessi, jangan menangis... kasihan Dokter Kim kalau kamu iringi dengan tangisan." ucap Chello sambil memberi isyarat pada Armand untuk menenangkan hati Jessi.     

"Armand, tenangkan Jessi aku akan mengurus jenazah Dokter Kim." ucap Chello bangun dari duduknya untuk memberitahu pihak instansi kedokteran di mana Dokter Kim bekerja dan juga memberitahu pihak rumah sakit untuk membawanya jenazah ke rumah kediamannya.     

Dengan di bantu Rangga dan Armand, Chello membawa jenazah Dokter Kim ke rumah kediamannya.     

Banyak teman sejawat Dokter Kim yang hadir, bahkan saat proses pemakaman semua yang hadir tampak berduka.     

Jessi menangis terus dalam pelukan Armand yang selalu menemaninya.     

Selesai pemakaman, Chello dan yang lainnya kembali ke basis Utara.     

"Sebaiknya kalian istirahat saja dulu, tenangkan hati kalian." ucap Chello pada Rangga dan Armand.     

"Bagaimana dengan Jessi? dia masih menangis terus." ucap Armand sangat kuatir dengan keadaan Jessi.     

"Biarkan Jessi di sini dulu, biar aku yang menjaganya." ucap Chello yang sudah mempunyai tanggung jawab penuh pada Jessi sejak dia berjanji pada Dokter Kim walau tidak menikahinya.     

"Baiklah." ucap Armand dengan berat hati meninggalkan Jessi dengan Chello di satu barak.     

Setelah Rangga dan Armand pergi, Chello menghampiri Jessi yang tengah menangis di tempat tidurnya.     

"Jessi." panggil Chello dengan suara berat.     

Jessi membalikkan badannya kemudian memeluk Chello dan menangis di dada Chello.     

Chello terdiam saat Jessi memeluknya, hanya rasa iba yang menggayuti hatinya saat ini.     

"Sudah jangan menangis lagi Jes, Dokter Kim tidak akan bisa tenang kalau melihat kamu menangis seperti ini." ucap Chello seraya menepuk punggung Jessi dengan pelan.     

"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi Chell." ucap Jessi menangis tersedu-sedu.     

"Jangan sedih, masih ada aku ada Rangga dan Armand yang akan menjagamu." ucap Chello ikut merasakan kesedihan Jessi.     

"Aku tidak tahu, aku harus bagaimana tanpa ada Paman." ucap Jessi seraya mengusap air matanya.     

"Lanjutkan saja keinginanmu seperti apa." ucap Chello seraya berdiri sambil mengambil segelas air putih dan di berikannya pada Jessi.     

"Aku hanya ingin bersamamu saja saat ini Chell, aku merasa tenang kalau berada di sampingmu." ucap Jessi mengeluarkan isi hatinya.     

"Tapi tetap tidak akan baik kalau kamu terus tergantung padaku Jessi. Ingat kamu punya masa depan sendiri dan aku juga. Suatu saat kamu akan menikah dan akan menjadi tanggung jawab suami kamu." ucap Chello memberi pengertian pada Jessi.     

"Tapi aku ingin selamanya bersamamu Chell." ucap Jessi masih dengan keinginannya.     

"Dengar Jessi, suatu saat aku juga pasti menikah dan tidak mungkin kamu ikut denganku terus, nantinya bisa menimbulkan fitnah karena kita bukan saudara." ucap Chello kehabisan kata-kata.     

Jessi terdiam merasa putus asa untuk mendapatkan cintanya Chello.     

"Kamu merasa tidak Jessi, kalau Armand menyukai kamu?" tanya Chello mempromosikan Armand agar Jessi bisa melupakan dirinya.     

"Ya...aku tahu, tapi aku tidak mencintainya Chell. Cintaku tidak mudah berpaling ke orang lain." ucap Jessi menatap Chello sedang melihat ponselnya.     

"Kalau kamu bisa menjawab seperti itu, jawabanku sama seperti dirimu Jessi. Cinta itu tidak bisa di paksakan." ucap Chello sambil mengkerutkan keningnya saat melihat panggilan beberapa kali dari Danish.     

"Tapi Chell..." belum lagi Jessi melanjutkan ucapannya Chello sudah memberikan isyarat padanya untuk diam.     

Chello masih terdiam saat ponselnya berdering dan itu masih panggilan dari Danish.     

Sambil menghela nafas panjang Chello menerima panggilan Danish.     

"Hallo...ya Pak Danish." ucap Chello dengan hati berdebar-debar.     

"Bagaimana Chello, aku masih menunggu jawabanmu?" tanya Danish dengan suara berat di sana.     

"Pak Danish, aku tidak bisa menjawabnya karena jika menjawab dan menyanggupi permintaan pak Danish, itu berarti aku mengharap pak Danish cepat meninggal. Tidak sama sekali, aku berharap Pak Danish akan panjang umur. Tapi pak Danish jangan kuatir, aku sangat mencintai Ayraa dan akan selamanya seperti itu. Aku akan selalu menjaga Ayraa walau Pak Danish tetap bersama Ayraa selamanya." ucap Chello menjawab jujur seperti kata hatinya.     

"Chello, hatiku masih belum tenang selama kamu belum menjawab sanggup untuk menjaga dan menikahi Ayraa apalagi anakku yang membutuhkan kasih sayang seorang Ayah nantinya." ucap Danish dengan suara sedih.     

"Aku harus menjawab apa Pak Danish?" ucap Chello merasa kasihan pada Danish.     

"Terimalah permintaanku Chello, aku lebih tenang di saat aku akan pergi nanti aku sudah punya keyakinan kalau Ayraa baik-baik saja karena ada kamu yang akan menjaga dan menikahi Ayraa." ucap Danish masih dengan suara memohon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.