THE BELOVED ONE

AKU CINTA KAMU



AKU CINTA KAMU

0"Aku selalu memikirkan bayi kita Ayraa, dan aku ingin di saat bayi pertama kita lahir aku masih ingin lagi punya anak darimu." ucap Danish dengan tersenyum.     
0

"Apa Kak Danish ingin mempunyai anak lebih dari satu?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Kalau kamu tidak keberatan... aku ingin mempunyai anak banyak darimu, sampai rumah kita penuh dengan anak-anak kecil yang sangat manis dan lucu." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Kalau Kak Danish menginginkannya, aku tidak keberatan Kak. Kita akan memiliki anak yang banyak dan akan membesarkannya dengan cinta." ucap Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

"Emm... jadi kamu setuju, setelah bayi kita ini lahir, kita punya anak lagi?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

"Ya... berapapun yang Kak Danish minta, aku akan memenuhinya." ucap Ayraa seraya menggenggam tangan Danish.     

"Terima kasih Ayraa." ucap Danish merasa lega dengan jawaban Ayraa.     

"Kak...aku berencana hari ini mau ke Dokter, apa Kak Danish mau ikut?" tanya Ayraa ingin sekali di dampingi Danish agar bisa melihat keadaan bayi dalam kandungannya.     

Danish terdiam, ingin sekali sebenarnya dirinya ikut menemani Ayraa tapi bagaimana caranya dia bangun? punggungnya masih belum bisa di gerakkan dengan leluasa. Selain hanya bisa untuk miring ke kiri dan ke kanan.     

"Kamu tahu kan Ayraa, keinginan terbesarku ingin sekali melihat keadaan bayi kita? ingin tahu bagaimana dia bergerak dan ingin tahu bayi kita laki-laki atau perempuan. Tapi bagaimana aku bisa menemani kamu, kalau aku saja tidak bisa duduk. Punggungku sangat sakit untuk di gerakkan." ucap Danish dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

Bergegas Ayraa memeluk Danish dengan sangat erat.     

"Yaaa... Kak, aku sangat mengerti. Kak Danish jangan bersedih, aku tidak apa-apa tidak di temani Kak Danish. Nanti aku bicara dengan Dokter untuk minta izin bisa video call sama Kak Danish, agar Kak Danish bisa melihat bayi kita." ucap Ayraa dengan tatapan penuh.     

Hati Danish semakin menangis bahagia melihat kasih sayang Ayraa yang begitu besar padanya.     

"Kamu selalu membuat hatiku meleleh Ayraa." ucap Danish dengan tersenyum seraya mengusap setitik air mata yang ada di sudut kedua matanya.     

"Apa ini Kak, aku ingin membuat Kak Danish bahagia... tidak untuk menangis." ucap Ayraa menangkup wajah Danish dan mengecup sayang kening Danish.     

Danish tersenyum kemudian tertawa kecil.     

"Ini bukan air mata kesedihan Ayraa, tapi air mata kebahagiaan yang aku dapatkan darimu yang selalu mencintaiku." ucap Danish seraya mengecup punggung tangan Ayraa.     

"Emm... begitu ya, hampir saja aku tertipu." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Aku tidak pernah menipumu Ayraa, kamu saja yang terlalu mencemaskan aku." ucap Danish mengacak rambut Ayraa dengan sayang.     

"Apa sih Kak!! memang tidak boleh mencemaskan suami sendiri." cicit Ayraa sambil merapikan rambutnya yang di acak-acak Danish.     

"Boleh sayang, kenapa tidak boleh. Aku sebagai suami kamu, sangat bahagia dengan perhatianmu." ucap Danish dengan tatapan penuh.     

"Kak Danish, kita coba untuk duduk bersandar ya? apa kak Danish mau?" tanya Ayraa Ingin Danish berlatih duduk bersandar agar otot punggung Danish tidak kaku.     

"Mau saja, asal kamu bersedia memelukku agar aku tidak kesakitan." ucap Danish menggoda Ayraa.     

"Tentu aku akan memeluk Kak Danish terus. Tidak akan aku biarkan Kak Danish merasakan sakit." ucap Ayraa bertekad untuk membantu Danish agar cepat sembuh.     

"Tapi.... bukannya kamu akan pergi ke dokter Ayraa?" tanya Danish dengan serius.     

"Nanti sore saja, pagi ini sampai sore ingin bersama kak Danish." jawab Ayraa seraya melepas blazernya.     

"Benar kamu yakin mau temani aku dari pagi sampai sore? lalu kuliah kamu bagaimana? bukannya kamu mengambil siang?" tanya Danish dengan hati berbunga-bunga.     

"Aku tidak ingin kemana-mana hari ini Kak, dan lagi.. aku rasa dosennya juga tidak datang, besok saja aku masuk kuliah." jawab Ayraa menatap Danish tak berkedip.     

"Kenapa kamu menatapku seperti itu? jangan membuatku gugup Ayraa." ucap Danish sambil menutup kedua mata Ayraa dengan tangannya.     

"Aku hanya ingin menatap wajah tampan Kak Danish, apa tidak boleh? aku tidak akan pernah bosan melihat wajah tampan Kak Danish... sangat tampan. Aku selalu ingin menciumnya terus dan terus menciumnya sampai aku lelah." ucap Ayraa menggoda Danish.     

Wajah Danish memerah mendengar rayuan Ayraa yang membuat hatinya berdegup kencang dan tak bisa ditahan.     

"Jangan lagi membangkitkan hasratku Ayraa, kamu tahu itu sangat menyiksaku." ucap Danish sambil menutup wajahnya dengan guling yang di ambilnya.     

"Tidak kok Kak, siapa yang menggoda Kak Danish. Coba lihat wajah Kak Danish seperti apa? sangat suka melihat wajah Kak Danish yang memerah." ucap Ayraa sambil menahan tawa mengambil guling yang menutup wajah Danish.     

"Ayraa... jangan menggodaku lagi. Aku tidak bisa membalasmu saat ini, aku jadi sedih aku tidak bisa membuatmu bahagia. Aku tidak bisa bercanda denganmu, memelukmu atau mengangkatmu." ucap Danish dengan suara tercekat kemudian mengalihkan pandangannya agar Ayraa tidak melihat kesedihannya.     

Aira terdiam merasa bersalah dengan apa yang telah di lakukannya. Seharusnya dia tidak terlalu menggoda Danish, tapi sungguh Ayraa tidak berniat untuk membuat Danish sedih, selain ingin melihat Danish tertawa. Tapi apa yang dilakukannya telah membuat Danish semakin sedih dengan keadaannya.     

"Maafkan aku Kak, bukannya aku tidak ingin kak Danish semakin bersedih dengan keadaan Kak Danish. Tapi aku ingin melihat Kak Danish tertawa kembali, bercanda seperti dulu bersamaku tanpa melihat keadaan Kak Danish. Aku ingin Kak Danish tetap percaya pada diri sendiri, dan percaya kalau aku tidak pernah melihat apa yang aku lihat tapi aku melihat apa yang ada di dalam hati kak Danish.. itu yang terpenting bagiku." ucap Ayraa menggenggam tangan Danish dan menciumnya berulang-ulang.     

Danish menatap Ayraa, merasa kasihan pada Ayraa karena tidak merasakan kebahagiaan yang sepenuhnya.     

"Aku yang harusnya minta maaf padamu Ayraa, karena aku tidak bisa membahagiakan kamu sepenuhnya. Aku laki-laki yang lemah, aku laki-laki yang tidak berguna... dan aku laki-laki yang sekarang tidak bisa apa-apa dan tak berdaya. Seharusnya kamu memiliki suami yang lebih daripada aku...laki-laki yang normal, laki-laki yang sehat yang bisa membahagiakan dan membuatmu tertawa.     

Maafkan aku Ayraa... maafkan aku." ucap Danish mengenggam tangan Ayraa dengan erat.     

"Kak Danish... Kak Danish jangan berpikir seperti itu. Semua itu tidak benar Kak, aku benar-benar sangat mencintai Kak Danish, di mataku Kak Danish adalah laki-laki yang sangat sempurna. Tidak ada laki-laki lain yang bisa membuatku seperti selain Kak Danish.     

Aku bisa bahagia dan tertawa semua karena kak Danish. Dan di saat Kak Danish sakit aku hanya ingin kita tetap bahagia. Seandainya aku di dalam posisi Kak Danish, apa yang Kak Danish lakukan? jawab aku Kak?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.