THE BELOVED ONE

DEMAM TINGGI



DEMAM TINGGI

0"Kami saling mencintai Dokter." jawab Ayraa dengan hati gelisah karena Danish tidak ada telepon balik.     
0

"Syukurlah, karena hal itu yang terpenting. Nah... Ayraa, ini Tante berikan obat khusus untuk kamu terutama bayi kamu biar tumbuh sehat." ucap Dokter Citra seraya memberikan obat khusus buat Ayraa.     

"Terima kasih Dokter, saya mohon maaf.. saya harus cepat-cepat pulang karena saya menguatirkan keadaan suami saya." ucap Ayraa dengan hati cemas sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu pada dokter Citra.     

"Tentu saja Ayraa hati-hati di jalan ya...dan ini simpan saja. Kamu adalah teman Bara dan Dara, jadi kamu tidak perlu membayarnya." ucap Dokter Citra dengan tulus memberikan kembali uang Ayraa.     

"Terima kasih Dokter." ucap Ayraa seraya menerima kembali uangnya kemudian bergegas keluar dari ruangan Dokter Citra.     

Setelah Ayraa pergi, Dokter Citra mengetuk pintu almari yang ada di dinding ruangannya.     

"Bara... keluarlah." panggil Dokter Citra pada Bara yang sembunyi di tempat peralatan kebersihan ruang dokter Citra.     

Sambil menutup hidungnya Bara keluar dari almari dan menghampiri Dokter Citra.     

"Bagaimana Tante? Kandungan Ayraa baik-baik saja bukan?" tanya Bara dengan serius.     

Dokter Citra tersenyum sambil mengacak rambut Bara.     

"Pertanyaan kamu seperti seorang suami yang menanyakan keadaan istrinya saja." ucap Dokter Citra seraya duduk di kursi.     

"Ya doakan Tante, suatu saat aku bisa memiliki Ayraa." ucap Bara dengan tersenyum.     

"Husstt... tidak boleh bicara seperti itu. Itu berarti kamu mendoakan suami Ayraa meninggal." ucap Dokter Citra dengan tatapan serius.     

"Ya maaf Tante, aku hanya bercanda. Tapi aku sungguh-sungguh mencintai Ayraa dan berharap ada kesempatan untuk memiliki Ayraa." ucap Bara dengan sungguh-sungguh.     

"Tapi tidak baik berpikir untuk memliki Ayraa selagi suaminya masih ada...Bara." ucap Dokter Citra dengan sabar menasihati Bara.     

"Ya Tante...saat ini, aku hanya bisa menjadi sahabat baik Ayraa saja sudah senang." ucap Bara dengan wajah sedih.     

"Tidak perlu bersedih, semua jodoh itu sudah tertulis dan tidak akan tertukar. Jadi kalau kamu berjodoh dengan Ayraa nanti juga tidak akan ke mana. Sekarang kamu bersabar dan ikhlas saja." ucap Dokter Citra seraya menepuk bahu Bara.     

Bara menganggukan kepalanya sangat mengerti apa yang di katakan Tantenya.     

"Sekarang pulanglah, bulan depan pasti Ayraa ke sini lagi....oh ya.. tolong hasil print USG Ayraa tertinggal kamu bisa memberikannya pada Ayraa besok. Jadi kamu bisa ada alasan bertemu dengan Ayraa biar kangen kamu hilang." ucap Dokter Citra menggoda Bara sambil memberikan amplop putih pada Bara.     

Wajah Bara memerah tidak bisa berkata-kata karena itu memang kenyataannya.     

"Baiklah Tante, aku pulang dulu.. terima kasih atas bantuan Tante." ucap Bara kemudian pergi keluar dari ruangan Dokter Citra.     

***     

Masih dengan perasaan gelisah Ayraa keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Dengan nafas sedikit tersengal-sengal Ayraa naik ke atas tangga untuk segera masuk ke dalam kamarnya.     

"Kak Danish." panggil Ayraa melihat Danish masih terbaring di tempatnya dengan kedua matanya terpejam.     

Segera Ayraa mendekati Danish, terlihat wajah Danish memerah.     

"Ya Tuhan! apa kak Danish demam lagi? pasti ini akibat terlalu capek latihan." ucap Ayraa dalam hati seraya meraba kening Danish.     

"Benar... Kak Danish demam." ucap Ayraa seraya meletakkan tasnya yang belum dia letakkan di atas meja.     

Dengan cekatan Ayraa mengambil baskom dan di beri air kran sambil mengambil handuk kecil untuk mengompres badan Danish.     

Setelah meletakkannya di atas meja, Ayraa mengambil obat di dalam laci meja.     

"Aku tahu akhirnya menjadi begini... kalau Kak Danish terlalu capek, imun tubuh kak Danish tidak terlalu kuat untuk bertahan." ucap Ayraa seraya mengompres Danish dengan cemas.     

Setelah beberapa kali Ayraa mengompres dengan intens. Demam Danish sedikit turun, tapi tetap Danish tak bergerak dalam tidurnya.     

"Kak Danish." panggil Ayraa dengan perasaan cemas.     

Sambil mengusap wajah Danish, Ayraa memanggil nama Danish terus menerus.     

Karena Danish belum terbangun juga, Ayraa berniat mencium Danish yang selama ini lebih cepat terangsang dengan ciumannya saja.     

Dengan penuh perasaan, Ayraa menyapu bibir Danish dengan perasaan penuh cinta.     

"Kak Danish bangunlah." bisik Ayraa kembali melumat intens bibir Danish.     

Dan memang benar apa yang di pikirkan Ayraa. Tidak berapa lama kemudian Danish membuka matanya saat merasakan sentuhan lembut pada bibirnya.     

"Ayraa... kamu sudah pulang?" tanya Danish dengan suara lemah.     

"Emm...dan melihat Kak Danish kembali drop dan demam. Bukannya aku sudah bilang, Kak Danish tidak boleh capek. Dan beginilah akhirnya membuat aku cemas, naik mobil tidak bisa konsentrasi memikirkan Kak Danish takut kenapa-kenapa." ucap Ayraa dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

Bagaimana tidak merasa cemas, karena Ayraa sangat takut kehilangan Danish     

"Maafkan aku Ayraa, marahlah padaku asal kamu jangan menangis." ucap Danish saat melihat air mata Ayraa yang sudah mengalir di pipinya.     

"Bagaimana aku bisa marah padamu Kak, Aku sangat mencintaimu...aku selalu cemas tiap kali kak Danish sakit. Aku takut kak Danish kenapa-kenapa. Aku tidak mau kehilangan Kak Danish." ucap Ayraa dengan suara tangis terisak-isak.     

"Maaf.. maaf Ayraa, jangan menangis lagi ya? kasihan bayi kita." ucap Danish seraya mengusap pelan air mata Ayraa.     

"Sekarang... apa yang Kak Danish rasakan? mana yang sakit? apa punggung Kak Danish merasa sakit?" tanya Ayraa dengan rasa cemas.     

"Tidak Ayraa, punggungku tidak kenapa-kenapa, aku hanya demam saja." ucap Danish dengan tatapan sendu.     

"Syukurlah... sekarang Kak Danish minum obat ya?" tanya Ayraa merasa lega melihat Danish sudah bisa menjawab semua pertanyaannya.     

Tanpa membantah ucapan Ayraa, Danish menelan obatnya yang sudah di masukkan Ayraa ke dalam mulutnya.     

"Terima kasih Ayraa." ucap Danish setelah meneguk air putih hingga hampir habis.     

"Sekarang kembalilah tidur Kak." ucap Ayraa seraya mengusap lembut dan Danish.     

"Aku sudah tidak mengantuk Ayraa, bagaimana dengan hasil kandunganmu?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

"Kandunganku baik, bayi kita sehat dan beratnya stabil Kak. Sayangnya aku lupa membawa hasil USG-nya karena aku pulang tergesa-gesa." ucap Ayraa dengan tatapan merasa bersalah.     

"Tidak apa-apa Ayraa, kapan lagi kamu kontrol?" tanya Danish dengan serius.     

"Bulan depan Kak." ucap Ayraa masih kepikiran tentang hasil USG-nya.     

"Drrrt.. Drrrrt.. Drrrt"     

Ponsel Ayraa berbunyi berulang-ulang dan itu sangat mengganggu Danish.     

"Ada yang telepon Ayraa, cepatlah di angkat siapa tahu penting." ucap Danish penasaran.     

Dengan berat hati, Ayraa bangun dari duduknya dan mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya.     

Ayraa mengkerutkan keningnya saat tahu yang menghubunginya adalah Bara.     

"Bara? ada apa Bara menelponku?" tanya Ayraa dalam hati.     

"Hallo... Ayraa, aku berada di depan rumah kamu. Aku membawa hasil USG kamu, cepatlah keluar." ucap Bara kemudian menutup panggilannya.     

"Bara membawa hasil USG kamu Ayraa? apa kamu pergi dengan Bara ke sana??" tanya Danish dengan tatapan penuh tanda tanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.