THE BELOVED ONE

KEMATIAN PONCO



KEMATIAN PONCO

0"Hallo... Ayah, ada apa?" tanya Danish dengan tersenyum.     
0

"Danish.. kamu harus kuat ya, Ayah memberi kabar duka... Ponco sore ini tadi meninggal dunia." ucap Khabir dengan suara bergetar.     

Tubuh Danish tidak bergerak, ponselnya terlepas dari tangan Danish.     

Mengetahui Danish terlihat shock segera Ayraa meraih ponsel Danish dan melanjutkan percakapannya dengan Ayah Khabir.     

"Ada apa Ayah? kenapa Kak Danish terlihat begitu shock! apa ada sesuatu kabar yang membuat Kak Danish seperti itu?" tanya Ayraa dengan perasaan cemas.     

"Ya Ayraa, ada kabar duka...Ponco sahabat Danish meninggal dunia tadi sore dan besok pagi akan kita makamkan." jawab Khabir dengan perasaan sedih.     

"Ya Tuhan! kenapa bisa meninggal dunia Ayah? bukankah Pak Ponco baik-baik saja? sakitnya juga tidak parah seperti dulu lagi." tanya Ayraa ikut menahan rasa sedih hatinya.     

"Iya...tapi kemarin itu Ponco sedang ke hutan, kemudian Ponco digigit ular dari situlah daya tahan tubuh Ponco tidak bisa menahannya lagi dan tadi sore Ponco sudah tidak kuat lagi dan meninggal." ucap Khabir menceritakan awal kejadiannya Kenapa Ponco sampai meninggal dunia.     

"Terus bagaimana Ayah? apa kita perlu ke sana? karena saat ini keadaan Kak Danish juga sudah tidak bisa apa-apa selain hanya berbaring dan hari ini sudah ada kemajuan Kak Danish bisa duduk bersandar." ucap Ayraa sedikit bingung apa harus datang kesana atau tidak.     

"Tidak apa-apa Ayraa, Ayah tahu kalau Danish juga barusan mengalami kecelakaan seperti itu. Ayah hanya memberi tahu kabar itu saja dan pesan pada Ayraa jaga Danish baik-baik. Jangan sampai kecapekan atau terkena sesuatu yang bisa membuat keadaan Danish menjadi drop, karena daya tahan tubuh dan lah yang bisa menguatkan Danish bisa panjang umur atau tidak." ucap Khabir dengan serius.     

"Iya Ayah, aku akan menjaga Kak Danish dengan baik dan tidak akan melewatkan hal apapun pada kak Danish, karena aku akan menjaganya selalu Ayah." ucap Ayraa menjadi cemas tidak ingin terjadi sesuatu pada Danish seperti pada Ponco.     

"Ya sudah...jaga Danish baik-baik ya Ayraa, karena Ayah tidak bisa menemani kalian berdua." ucap Khabir kemudian menutup panggilannya.     

Setelah Khabir menutup panggilannya Ayraa meletakkan ponsel Danish kembali ke tempatnya di atas meja.     

"Kak Danish, sabar ya Kak...Kak Danish harus kuat. Jangan bersedih seperti ini... ingat Kak, Kak Danish tidak boleh bersedih nanti bisa mempengaruhi kesehatan Kak Danish. Aku tidak ingin kehilangan Kak Danish. Kak Danis harus kuat." ucap Ayraa memeluk Danish yang tidak tahu entah kapan Danish bisa bahagia tanpa ada kesedihan dalam hidupnya.     

Danish tetap bergeming benar-benar shock mendengar kematian Ponco.     

"Kak Danish, jangan seperti ini Kak. Ingat kalau kak Danish akan menjadi Ayah sebentar lagi." ucap Ayraa menangis sedih melihat Danish yang tidak ada pergerakan sama sekali.     

Mendengar suara tangis Ayraa, membuat hati Danish tersadar kembali.     

"Jangan menangis Ayraa, aku tidak apa-apa. Aku hanya merasa bersalah pada Ponco, seandainya saja aku tidak membawa Ponco ke Azzra mungkin Ponco tidak akan meninggal." ucap Danish dengan perasaan sedih.     

"Bagaimana aku tidak menangis melihat Kak Danish seperti ini? aku tidak ingin kak Danish kenapa-kenapa." ucap Ayraa di sela-sela tangisnya.     

"Aku sudah tidak apa-apa sayang, kamu jangan menangis lagi ya?" ucap Danish seraya mengusap air mata Ayraa.     

"Kak Danish jangan sedih lagi ya kak." ucap Ayraa menangkup wajah Danish.     

"Ya Ayraa ...aku tidak akan sedih lagi." ucap Danish dengan perasaan sedih, karena bagaimanapun Ponco adalah sahabat dekatnya.     

"Sekarang, kak Danish tidur ya." ucap Ayraa seraya menyelimuti tubuh Danish yang masih belum memakai celana dalamnya.     

"Kamu jangan kemana-mana Ayraa, temani aku tidur." ucap Danish dengan tatapan sedih.     

"Aku tidak akan kemana-mana Kak." jawab Ayraa dengan tatapan cemas kembali berbaring di samping Danish.     

"Apa yang menyebabkan Ponco meninggal Ayraa?" tanya Danish masih dalam posisi miring memeluk Ayraa.     

"Pak Poncol meninggal karena di gigit ular Kak." jawab Ayraa ikut merasakan kesedihan Danish.     

"Ponco adalah teman sekaligus sahabat yang baik Ayraa dia sangat pintar dalam hal apapun." ucap Danish dengan tatapan menerawang jauh.     

"Apa benar istri pak Ponco hamil juga Kak? kasihan sekali baby nya belum bisa melihat Ayahnya." ucap Ayraa seraya memeluk Danish dengan sangat erat merasa takut kehilangan Danish.     

"Bagaimana kalau suatu saat nanti aku juga meninggal Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan sendu.     

"Kak Danish kenapa bicara itu lagi? bukannya kita sudah sepakat untuk tidak membahas tentang kematian?" ucap Ayraa dengan serius.     

"Aku hanya bicara kenyataan Ayraa, karena begitulah hidup seorang yang punya penyakit virus HIV hidupnya tidak akan lama dan aku harus bersiap-siap untuk hal itu. Entah satu tahun lagi, dua tahun lagi...mungkin aku harus meninggalkanmu. Tapi kamu jangan kuatir, aku akan tetap berusaha untuk bertahan agar bisa menjagamu dan menjaga anak kita." ucap Danish memejamkan kedua matanya sambil mengecup kening Ayraa dengan penuh perasaan.     

Mendengar ucapan Danish, tidak terasa kedua mata Ayraa sudah mengalir air mata kesedihannya. Sungguh apa yang dikatakan Danish mungkin benar adanya, tapi Ayraa tidak ingin kehilangan Danish dan tidak ingin ditinggalkan seorang diri.     

"Aku tidak akan bisa menerima semua itu Kak Danish. Aku tidak mau kehilangan Kak Danish, bagaimana aku harus menjalani hari-hariku tanpa adanya Kak Danish. Hanya satu yang aku minta dari semua keinginanku yang ada. Aku hanya ingin Kak Danish hidup lebih lama lagi bersamaku dengan anak kita. Apakah permintaanku itu terlalu berlebihan?" tanya Ayraa menatap kedua mata Danish dengan airmata yang mengalir deras.     

"Tentu saja tidak Ayraa...aku bahagia mendengar apa yang kamu ucapkan. Begitu sangat dalam perasaanmu padaku...rasa cintamu. Tapi semua kita kembalikan pada kenyataan...pada kenyataannya, aku tidak akan bisa hidup lama lagi dan aku harus bisa menjamin kebahagiaanmu di masa datang. Aku ingin kamu bahagia dengan anak kita." ucap Danish memeluk erat dan mencium kening Ayraa berulang-ulang.     

"Aku tidak akan bahagia, aku tidak akan pernah bahagia selama Kak Danish tidak ada dalam hidupku. Sungguh ujian yang sangat berat bagiku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku tanpa Kak Danish. Mungkin aku akan mati secara perlahan-lahan." ucap Ayraa menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Danish.     

"Sudah...jangan menangis lagi Ayraa, jangan isi hari-hari kita dengan suara tangisan. Bukankah kamu bilang kita harus bahagia? selagi kita ada kesempatan?! Aku akan tetap berusaha untuk tetap bertahan Ayraa, jangan menangis lagi ya?" ucap Danish seraya mengusap air mata yang masih mengalir di kedua mata Ayraa.     

Dengan memejamkan kedua matanya, Danish merengkuh tubuh Ayraa dalam pelukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.