THE BELOVED ONE

ALERGI BERUJUNG BERCINTA



ALERGI BERUJUNG BERCINTA

0"Aku sudah tak sabar ingin mempunyai anak selucu mereka Ayraa." ucap Danish sambil mengusap perut Ayraa yang sudah mulai membentuk lingkaran bulat walau tidak besar.     
0

"Ya Mas, tunggu sebentar lagi... tinggal empat bulan lima bulan lagi." ucap Ayraa seraya meletakkan tangannya di atas punggung tangan Danish yang ada di perutnya.     

"Ya Ayraa, aku akan bersabar untuk itu." ucap Danish kemudian matanya teralih pada sate ayam yang sudah siap di berikan padanya oleh penjual sate ayam.     

"Mas, di makan sate ayamnya saja ya? bumbu satenya jangan." ucap Ayraa mencemaskan nantinya Danish alergi di tengah malam.     

Tanpa menghiraukan ucapan Ayraa, Danish makan lontong sate ayamnya dengan sangat lahap bahkan bumbu satenya juga di makannya hingga habis tak tersisa.     

Ayraa yang melihat hal itu hanya bisa menelan salivanya tak percaya dengan apa yang di lihatnya.     

"Apa mungkin Mas Danish mengidam ya?" tanya Ayraa dalam hati dengan perasaan kuatir akan alerginya Danish pada kacang.     

"Ayraa...aku bisa tambah lagi?" tanya Danish dengan tatapan memohon.     

Melihat tatapan memelas wajah Danish terpaksa Ayraa menganggukkan kepalanya dengan bersiap-siap jaga semalaman kalau Danish mengalami alergi.     

Dengan tersenyum Danish memberikan piring kosongnya pada penjual sate ayam dengan menerima satu piring lontong sate ayam lagi.     

Ayraa tersenyum melihat Danish yang masih begitu lahap makan sate ayamnya hingga habis tidak tersisa.     

Setelah menghabiskan dua piring sate ayam, Danish minum teh hangat kemudian mengusap perutnya yang terasa kenyang.     

"Nikmat sekali Ayraa, aku senang sore ini keinginanku terpenuhi." ucap Danish dengan tersenyum puas.     

"Mas Danish yakin sudah kenyang? apa tidak mau tambah lagi?" tanya Ayraa menggoda Danish.     

"Sudah kenyang Ayraa, jangan lagi menggodaku." ucap Danish dengan wajah memerah.     

Ayraa tertawa kecil kemudian bangun dari duduknya dan mendekati penjual sate ayam sambil membawa dompet Danish yang di berikan padanya untuk membayar makanannya.     

Setelah selesai membayar makanannya, Ayraa kembali ke tempat Danish dan membantunya berdiri.     

"Bagaimana Mas, sekarang Mas Danish mau ke mana?" tanya Ayraa saat berjalan kembali ke mobil dan masuk ke dalam.     

"Pulang Ayraa, kasihan kamu yang sudah mengantuk." ucap Danish seraya bersandar di kursi mobil.     

Ayraa tersenyum kemudian memasang sabuk pengamannya.     

"Mas Danish, sabuk pengamannya." ucap Ayraa mengingat Danish yang belum memakainya.     

"Kita pulang ya Mas." ucap Ayraa melihat ke arah Danish yang sudah terlihat mengantuk.     

Dengan tenang, Ayraa menjalankan mobilnya dengan pelan ke arah rumahnya yang ada di daerah pinggiran pantai.     

Tiba di rumah, di lihatnya Danish sudah terlelap dengan nafas beratnya.     

"Mas... bangun, kita sudah sampai." ucap Ayraa sambil mengusap wajah Danish dengan penuh kasih sayang.     

Perlahan Danish membuka matanya dan melihat Ayraa sedang menunggunya.     

"Apa sudah sampai Ayraa?" tanya Danish sambil mengusap wajahnya.     

"Sudah sampai Mas." ucap Ayraa kemudian keluar dari mobil dan membuka pintu mobil Danish.     

"Hati-hati Mas." ucap Ayraa dengan penuh perhatian memegang tangan Danish yang melingkar di pinggangnya.     

Dalam genggaman tangan Ayraa, Danish berjalan masuk ke dalam dan naik anak tangga yang cukup lumayan banyak.     

Tiba di dalam kamar Danish segera berbaring melepas lelahnya.     

Ayraa yang masih berdiri melepas sepatu Danish kemudian mengambil kaos bersih Danish untuk berganti pakaian agar merasa nyaman.     

Danish tersenyum penuh rasa haru melihat perhatian Ayraa yang semakin bertambah dari hari ke hari.     

"Aku lepas kemejanya ya Mas." ucap Ayraa seraya melepas kancing kemeja Danish dengan perasaan sayang.     

Baru akan melepas kemeja Danish, Ayraa menghentikan gerakannya saat melihat kulit Danish keluar bercak merah-merah hampir memenuhi seluruh dada, perut dan kedua tangan Danish.     

"Ya Tuhan Mas, kulit Mas Danish memerah semua? apa Mas Danish tidak merasa gatal?" tanya Ayraa dengan perasaan cemas.     

Danish menggelengkan kepalanya tidak ingin Ayraa merasa cemas.     

Sebenarnya sudah sejak masuk ke dalam mobil rasa gatal itu sudah menyerangnya. Berhubung malu pada Ayraa karena melanggar aturannya Danish menahannya dan jalan satu-satunya hanya bisa di buat tidur.     

"Mas, kenapa diam saja? jawab dengan jujur Mas?" tanya Ayraa seraya melihat punggung Danish yang juga bentol-bentol dengan bercak merah.     

Dengan perasaan takut Danish menganggukkan kepalanya mengakui kalau dirinya sangat tersiksa tidak bisa tenang dalam tidurnya.     

Mendengar keluhan Danish terpaksa Ayraa tidak jadi memakaikan kaosnya Danish karena kulit tubuh Danish harus di baluri bedak dingin agar merah-merah di tubuh Danish sedikit hilang.     

"Ayraa... bisa kamu menggaruknya? sangat gatal sekali." ucap Danish dengan wajah terlihat tersiksa.     

"Tidak Mas, nanti kulit Mas Danish bisa terluka." ucap Ayraa seraya mengusap lembut bercak merah yang gatal.     

"Jangan di usap Ayraa, itu tidak akan bisa menghilangkan rasa gatalku malah hasrat yang datang." ucap Danish berusaha melucu walau rasa gatal menyerangnya.     

Ayraa tersenyum jadi punya ide untuk mengalihkan rasa gatal Danish ke hasrat yang bisa membuat Danish lupa akan rasa gatalnya.     

Dengan sengaja Ayraa mengusap sekitar kulit Danish yang cukup sensitif.     

Tentu saja hal itu membuat Danish menjadi dua kali tersiksa antara menahan rasa gatal dan menahan rasa hasrat yang mulai timbul karenanya.     

"Ayraa, aku mau kamu menggaruknya bukan mengusapnya. Aku jadi tidak bisa menahan keduanya." ucap Danish sambil tangannya menggaruk dadanya.     

Ayraa mengkerutkan keningnya ternyata pemikirannya telah salah.     

"Terus Mas Danish maunya apa? harus salah satu yang di pilih Mas Danish." ucap Ayraa masih meraba lembut daerah perut Danish dan kedua paha yang juga memerah.     

"Aku memilih kamu mengusapnya saja." jawab Danish dengan perasaan malu. Danish adalah laki-laki normal yang begitu cepat naik hasratnya jika istrinya dengan sengaja menggodanya.     

"Hem...terus bagaimana dengan gatalnya Mas? apa tidak jadi di garuk?" tanya Ayraa dengan tersenyum penuh kemenangan karena Danish sudah tidak ingin di garuk lagi.     

"Tidak...aku masih bisa menahannya, tapi tidak dengan usapanmu sungguh sangat menyiksaku." ucap Danish dengan tersenyum.     

Dengan tatapan lembut Ayraa naik ke atas tempat tidur berada di samping Danish dengan posisi miring     

"Mengharaplah ke arahku Mas." ucap Ayraa seraya membantu Danish untuk berganti posisi miring menghadap ke arahnya.     

"Kenapa harus miring Ayraa? bukannya lebih baik kalau aku terlentang?" tanya Danish dengan heran.     

"Kita melakukannya sambil latihan biar otot punggung Mas Danish tidak kaku lagi." ucap Ayraa sambil mengusap lembut punggung belakang Danish.     

"Aku tidak ingin latihan, aku hanya menginginkanmu Ayraa." ucap Danish dengan tatapan mata yang sayu.     

"Hem... baiklah, besok pagi saja kita lakukan latihannya." ucap Ayraa mengembalikan posisi Danish seperti semula dengan posisi terlentang.     

"Lakukan Ayraa." ucap Danish menatap lembut wajah Ayraa kemudian memejamkan matanya saat Ayraa mulai melancarkan serangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.