THE BELOVED ONE

MISI AYRAA BERHASIL



MISI AYRAA BERHASIL

0"Mas... apa Mas Danish masih mengantuk?" tanya Ayraa setelah memasak sekalian mandi untuk bersiap-siap pergi ke kampus.     
0

"Emm...ya sedikit." sahut Danis sambil melihat rambut Ayraa masih dalam keadaan basah.     

Perlahan Danish bangun dari tidurnya untuk duduk bersandar.     

"Bisa kamu ambilkan handuk kering Ayraa?" pinta Danish pada Ayraa.     

"Untuk apa Mas?" tanya Ayraa sambil mengambil handuk di dalam almari dan diberikan pada Danish.     

"Untuk mengeringkan rambut istriku yang masih basah. Duduklah di dekatku." pinta Danish dengan tersenyum seraya menerima handuk dari Ayraa.     

Wajah Ayraa memerah, namun demikian tetap duduk di samping Danish.     

Dengan telaten Danish mengeringkan rambut Ayraa dengan handuk yang kering.     

"Terima kasih atas yang semalam Ayraa, kamu sangat pintar bisa membuat aku melupakan alergiku yang menyiksa." ucap Danish masih dengan mengeringkan rambut Ayraa.     

"Sama-sama Mas Danish." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Lain kali, aku tidak perlu takut lagi untuk makan makanan yang ada kacangnya. Karena istriku sudah tahu bagaimana caranya untuk menghilangkan alergi itu." goda Danish dengan tersenyum.     

"Emm... mulai nakal ya." ucap Ayraa seraya mencubit pinggang Danish dengan pelan.     

"Aku serius Ayraa, aku tidak berbohong." ucap Danish dengan tatapan lembut.     

"Ya Mas Danish, aku percaya kok." ucap Ayraa bangun dari duduknya setelah Danish mengeringkan rambutnya.     

"Kamu jadi masuk kelas pagi Ayraa?" tanya Danish sambil melihat Ayraa yang akan berganti pakaian.     

"Ya Mas, mungkin aku pulang agak siangan." ucap Ayraa yang mau mampir ke kantor untuk melihat hasil laporan mingguan dari Dewa yang belum sempat ia periksa.     

"Apa kamu jadi ke kantor untuk melihat laporan Dewa?" tanya Danish lagi merasa berat kalau Ayraa harus ke kantor karena Danish tidak ingin Ayraa kecapekan.     

"Ya Mas, aku akan memeriksanya sebentar setelah itu pulang." ucap Ayraa seraya memakai celana panjangnya.     

"Ayraa, jangan memakai celana panjang kasihan bayi kita tidak akan bisa bernapas." ucap Danish dengan cemas.     

Ayraa tersenyum melihat kecemasan Danish.     

"Celana ini tidak akan menekan bayi kita Mas Danish, karena celana ini memang khusus untuk wanita yang sedang hamil jadi tidak terlalu ketat di perutku." jelas Ayraa sambil mencubit pipi Danish.     

Danish mendengarkan penjelasan Ayraa dengan tatapan tak berkedip.     

"Benar tidak akan menyakiti bayi kita nanti? karena aku kuatir dengan bayi kita Ayraa." ucap Danish masih merasa kuatir.     

"Tidak akan Mas Danish, percaya sama aku. Aku merasa nyaman dengan memakai celana ini biar bisa gerak." ucap Ayraa dengan tersenyum berusaha menenangkan hati Danish.     

"Ya tidak apa-apa kalau kamu merasa nyaman." ucap Danish akhirnya mengalah karena Ayraa merasa nyaman.     

"Aku berangkat dulu ya Mas." ucap Ayraa seraya mengecup punggung tangan Danish kemudian kening Danish dengan penuh sayang.     

"Ayraa." panggil Danish dengan tiba-tiba.     

"Ya Mas." sahut Ayraa kembali mendekati Danish.     

"Kamu tidak akan memberi kesempatan pada Bara untuk mendekatimu bukan?" tanya Danish dengan perasaan cemburu.     

Ayraa mengkerutkan keningnya menatap wajah Danish dengan tatapan tak berkedip.     

"Mas Danish kenapa masih curiga dengan Bara? Bara sudah tidak pernah menggodaku lagi. Sekarang sopan dan menjaga sikap." ucap Ayraa sedikit membela Bara.     

"Aku hanya tidak ingin kamu dekat-dekat dengan Bara Ayraa. Aku tahu Bara masih berharap padamu." ucap Danish dengan serius.     

"Ya Mas...aku akan menuruti apa kata Mas Danish." ucap Ayraa tidak ingin membantah ucapan Bara lagi.     

"Terima kasih Ayraa, kamu mau mendengarku." ucap Danish seraya minta maaf pada Ayraa dalam hati karena Danish tidak ingin Ayraa dekat dengan Bara, inginnya Danish Ayraa akan dekat dengan Chello lagi nantinya.     

"Baiklah Mas, aku berangkat dulu." ucap Ayraa dengan tersenyum kemudian berjalan keluar kamar untuk segera beranjak ke kampus.     

Tiba kampus Ayraa mencari keberadaan Niluh mau bertanya tentang beberapa mata kuliah yang ketinggalan.     

"Ayraa!" panggil Niluh dengan wajah pucat dan panik.     

"Ada apa denganmu Niluh? kenapa kamu terlihat pucat dan panik?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh.     

"Bara...Bara Ayraa!! kita harus ke rumahnya sekarang. Bara di tabrak motor tadi pagi, teman-teman semua pada ke rumah sakit. Saat ini Dosen juga tidak ada. Kamu mau ikut tidak ke sana?" tanya Niluh berniat mengajak Ayraa bersama-sama ke rumah sakit.     

"Emm... kamu berangkat saja dulu Niluh, aku masih mau ke kantor dulu untuk memeriksa laporan mingguan pekerjaan nya Mas Danish. Nanti aku lihat ya...kalau sempat aku ke sana." ucap Ayraa tidak ingin melanggar janjinya pada Danish.     

Setelah melihat Niluh berangkat dengan sebagian temannya, Ayraa keluar dari kampus dan pergi ke kantor untuk menyelesaikan tugasnya menggantikan posisi Danish sementara.     

Tiba di kantor segera Ayraa menemui Dewa yang saat itu Dewa sedang bersama Cayla.     

Ayraa tersenyum, karena telah memergoki Dewa dengan Cayla yang sedang saling pandang dengan malu-malu.     

Dalam hati Ayraa ingin menjadikan mereka pasangan kekasih. Dan Ayraa punya cara untuk menyatukan mereka berdua.     

"Em...Dewa, di sini ada undangan meeting di luar kota selama dua hari. Bisakah kamu mewakili Mas Danish untuk menghadirinya? dan kamu jangan kuatir, biar Cayla yang akan menemani kamu." ucap Ayraa dengan serius.     

Dewa mengangkat wajahnya menatap Ayraa, kemudian mengalihkan pandangannya ke Cayla yang sedang tertunduk gelisah. Karena baru kali ini dia mati kutu di hadapan seorang laki-laki.     

"Bagaimana Cayla? apa kamu mau menemani Dewa untuk menghadiri meeting keluar kota?" tanya Ayraa dengan tatapan serius tidak ingin Cayla tahu kalau dia sudah merencanakan semuanya.     

"Kalau memang itu sudah tugas dari Ibu CEO aku siap saja." jawab Cayla secara formal.     

"Baiklah Dewa, kamu bisa persiapkan semuanya untuk keberangkatan kalian berdua." ucap Ayraa menatap wajah Dewa dan Cayla secara bergantian.     

"Sekarang kalian bisa pergi, dan bisa menyiapkan apa yang kalian butuhkan. Aku akan memeriksa dokumen-dokumen ini sebentar, kemudian sekalian pulang." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Kalau begitu aku pergi dulu Nyonya." ucap Dewa minta izin keluar.     

Setelah Dewa pergi, Cayla menarik kursinya dan mendekati Ayraa.     

"Apa tujuanmu Ayraa? Jangan membuatku malu." ucap Cayla dengan wajah memerah.     

"Aku hanya membantumu saja Cayla, karena aku tahu Dewa juga punya hati padamu. Aku tahu dari pandangannya kepadamu." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Apa yang kamu lihat Ayraa? aku saja tidak tahu Dewa menyukaiku atau tidak." ucap Cayla dengan tatapan ragu-ragu.     

"Dewa menyukaimu dan kamu juga menyukainya bukan?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

Wajah Cayla semakin memerah, karena Ayraa mengetuai apa yang di rasakannya.     

"Aku...aku tidak menyukainya Ayraa." ucap Cayla berusaha mengelak.     

"Jangan coba-coba menyimpan perasaan kamu Cayla, kalau Dewa nanti ada yang menyukai bagaimana? apa kamu yakin tidak akan sedih?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Cayla hingga Cayla menundukkan wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.