THE BELOVED ONE

MINTA IZIN DANISH



MINTA IZIN DANISH

0"Jangan coba-coba menyimpan perasaan kamu Cayla, kalau Dewa nanti ada yang menyukai bagaimana? apa kamu yakin tidak akan sedih?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Cayla hingga Cayla menundukkan wajahnya.     
0

"Ya sudah... terserah kamu saja Ay, aku mau kembali bekerja." ucap Cayla kemudian bangun dari duduknya dan pergi keluar dari ruangan Ayraa.     

Setelah Cayla pergi keluar dari ruangannya, Ayraa mengambil ponselnya untuk melihat panggilan yang yang berulang kali masuk saat masih berbicara dengan Cayla.     

"Ya Tuhan, Niluh menghubungiku sampai lima kali? apa keadaan Bara benar-benar parah? apa harus melihatnya?" tanya Ayraa dalam hati bingung harus melihat Bara atau tidak karena dirinya sudah berjanji pada Danish untuk tidak dekat-dekat dengan Bara.     

"Tapi bagaimana kalau keadaan Bara parah? aku takut terjadi sesuatu dan menjadi penyesalanku. Aku harus menghubungi Mas Danish untuk meminta izin agar bisa melihat Bara." ucap Ayraa lagi dalam hati sambil menekan tombol panggilan ke Danish.     

"Hallo Mas, lagi apa?" tanya Ayraa dengan suara lembut.     

"Lagi menunggu istri pulang, apa kamu masih di kantor Ayraa?" tanya Danish dengan perasaan penuh rindu.     

"Ya Mas, baru saja aku selesai memeriksa semua dokumen yang ada. Apa Mas Danish sudah makan?" tanya Ayraa dengan penuh perhatian.     

"Mau makan tapi menunggu istri pulang biar bisa makan bersama." jawab Danish dengan tersenyum.     

"Em... makanlah dulu Mas, bukannya sudah waktunya Mas Danish harus makan dan minum obat?" tanya Ayraa merasa maju mundur untuk mengatakan keinginannya melihat Bara.     

"Bukankah kamu sebentar lagi pulang? biar aku menunggumu saja, agar kita bisa makan bersama." ucap Danish masih dengan keinginannya menunggu Ayraa pulang.     

"Emm...Mas Danish, aku mendapat kabar dari Niluh kalau Bara tertabrak motor dan sekarang berada di rumah sakit. Apakah aku boleh melihatnya dengan teman-teman? saat ini teman-teman sudah ada di sana dan mereka menungguku. Aku tidak mungkin pergi ke sana tanpa ada izin dari Mas Danish. Apa Mas Danish mengijinkan aku melihat Bara?" tanya Ayraa dengan ragu-ragu.     

Sangat lama tidak ada jawaban dari Danish selain hanya terdengar helaan nafas panjang Danish.     

"Bagaimana Mas Danish? apa kamu mengizinkan aku untuk melihat keadaan Bara?" tanya Ayraa lagi dengan hati berdebar-debar.     

"Aku mengizinkanmu, tapi...aku harap jangan lama-lama di sana, karena aku menunggumu untuk makan siang bersama." ucap Danish tidak bisa menolak keinginan Ayraa.     

"Aku akan pulang cepat. Tapi sebaiknya Mas Danish makan dulu, jangan sampai terlambat makan, nanti Mas Danish bisa sakit." ucap Ayraa tidak ingin Danish terlambat makan karena dirinya.     

"Aku akan menunggumu, hati-hati di jalan Ayraa." ucap Danish dengan berat hati karena niat untuk menjauhkan Ayraa dari Bara tidak berhasil.     

"Terima kasih Mas, aku akan segera pulang kalau sudah selesai melihat Bara. Aku sayang kamu Mas." ucap Ayraa dengan suara pelan.     

Setelah menutup panggilannya, Ayraa segera bersiap-siap pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Bara.     

Dengan perasaan tidak nyaman karena memikirkan perasaan Danish, Ayraa menjalankan mobilnya sedikit cepat ke rumah sakit agar segera sampai dan tidak terlalu lama di sana.     

"Ayraa!! akhirnya kamu datang juga? aku beberapa kali menelponmu tapi tidak kamu angkat. Apa tadi kamu sibuk?" tanya Niluh sambil memeluk Ayraa saat melihat Ayraa sudah datang.     

"Ya...maaf aku tadi ada meeting. Bagaimana keadaan Bara sekarang? lalu di mana teman-teman yang lain?" tanya Ayraa melihat kamar inap Bara sudah sepi tinggal Niluh saja yang menjaganya.     

"Barusan saja pulang Ayraa." jawab Niluh dengan hati lega karena sejak tadi Bara menunggu kedatangan Ayraa.     

"Ohh...apa Bara sudah sadar? apa Bara terluka parah?" tanya Arara seraya mendekati Bara.     

"Tidak terlalu hanya luka di lengan dan keningnya saja." jawab Niluh dengan jujur.     

"Syukurlah kalau tidak kenapa-kenapa." ucap Ayraa dengan hati lega.     

"Ayraa, aku mau ke kantin dulu dari tadi aku belum makan." ucap Niluh yang sudah merasa lapar.     

Ayraa menganggukkan kepalanya.     

Setelah Niluh pergi meninggalkannya sendirian, Ayraa membuka pintu kamar terbuka agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak inginkan.     

Baru saja Ayraa duduk setelah membuka pintu kamar, kedua mata Bara terbuka dan tersenyum melihat kedatangan Ayraa.     

"Aku pikir kamu tidak datang Ayraa, aku menunggumu dari tadi." ucap Bara dengan suara pelan.     

"Ya maaf...tadi aku ada pekerjaan dan baru bisa datang sekarang. Memang...bagaimana ini bisa terjadi! kenapa kamu sampai tertabrak sepeda motor? apa kamu melamun?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Aku tidak tahu tiba-tiba saja ada yang menabrakku dari belakang. Mungkin ada orang yang dendam padaku, karena aku sudah berjalan di pinggir jalan." jawab Bara dengan tenang.     

Ayraa mengkerutkan keningnya.     

"Apa yang kamu bilang? ada orang yang dendam padamu? apa kamu punya musuh?" tanya Ayraa tak percaya.     

"Itu hanya perkiraanku saja Ayraa, karena kamu tahu sendiri bagaimana denganku dulu. Banyak orang-orang yang menjadi korban karena sikapku. Dan mungkin saja sekarang ada yang membalas sakit hatinya padaku." jawab Bara sambil menggerakkan lengannya yang masih sakit.     

"Sudah...jangan berpikir yang macam-macam, anggap saja mungkin ini ini ujian dari Tuhan agar kamu lebih berhati-hati kalau berjalan di jalan." ucap Ayraa dengan serius.     

"Ya... mungkin benar juga apa kata kamu Ayraa, aku ambil hikmahnya saja dari semua ini. Karena kecelakaan ini aku bisa bertemu denganmu sekarang." ucap Bara dengan tersenyum.     

"Nah...mulai lagi gombalnya, itulah... akhirnya Tuhan marah sama kamu karena sering merayu tidak jelas pada wanita yang sudah punya suami." ucap Ayraa sambil tertawa pelan.     

Bara ikut tertawa mendengar candaan Ayraa.     

"Bara, sepertinya aku harus pulang sekarang, karena aku melihat keadaan kamu baik-baik saja. Dan lagi Mas Danish sudah menungguku di rumah, dia tidak akan makan kalau aku belum pulang." ucap Ayraa dengan jujur pada Bara.     

"Kenapa begitu cepat pulang? bukannya kamu barusan datang? apa suami kamu marah kamu ke sini?" tanya Bara menatap penuh wajah Ayraa.     

"Tidak...kenapa Mas Danish harus marah? dia sudah memberi izin aku untuk melihat kamu disini. Hanya saja aku harus cepat pulang karena harus makan siang di rumah... begitu ceritanya." ucap Ayraa memberi alasan sesungguhnya.     

"Ya sudah, tidak apa-apa... kalau memang keadaannya begitu. Aku tidak memaksamu untuk di sini terus." ucap Bara ingin membuat Ayraa tidak nyaman saat bersamanya.     

"Baiklah... bilang pada Niluh kalau aku pulang ya... dan kamu semoga cepat sembuh agar bisa cepat balik ke kampus." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Bara menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.     

"Kamu tenang saja, nanti aku akan sampaikan pada Niluh. Dan mungkin tidak akan lama aku sudah bisa ke kampus lagi." ucap Bara sangat bahagia dengan perhatian Ayraa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.