THE BELOVED ONE

SELAMAT DARI TELUH



SELAMAT DARI TELUH

0"Tidak Ayah... kita berdua disini adalah pendatang dan sebisa mungkin baik pada semua tetangga di sini Ayah.Tapi kemarin aku sempat bertengkar dengan tetangga yang baru pindah namanya Mbak Tara, sempat juga Mbak Tara mengancam ingin menyakitiku tapi aku pikir tidak akan seperti ini." jawab Ayraa dengan jujur.     
0

"Kenapa kamu sampai bertengkar dengan tetangga Karin? apa yang kalian pertengkaran?" tanya Khabir dengan tatapan heran.     

"Hanya masalah kecil saja Ayah. Tara datang saat aku sedang bekerja di kantor, dan Tara berusaha menggoda Mas Danish. Saat aku datang Tara sedang berusaha menyuapi Mas Danish walau Mas Danish sudah menolaknya. Hanya itu saja Ayah, yang membuat kami bertengkar. Aku bilang padanya kalau wanita baik-baik tidak akan datang ke rumah seorang laki-laki yang sudah beristri, apalagi di saat istrinya sedang tidak ada di rumah. Tara marah dan mengancam aku seperti itu." cerita Ayraa panjang lebar.     

"Sepertinya tetangga kamu yang berbuat seperti itu pada kamu, berhubung kamu mempunyai gelang dari Ayah akhirnya kekuatan hitam itu mengenai Danish." ucap Khabir dengan serius.     

"Apa hanya karena itu sampai melakukan hal seperti itu Ayah, bagaimana kalau Ayah tidak datang? bukankah itu sangat membahayakan nyawa orang lain? Kenapa dia begitu tega melakukan hal seperti itu." ucap Ayraa dengan tatapan menyesal karena telah meladeni kemarahan Tara.     

"Sudah Ayraa... tidak apa-apa, semua sudah terjadi. Ke depan saja kalau ada orang yang berniat jahat pada kita, tidak perlu kita layani." ucap Khabir sambil mengusap rambut Ayraa.     

"Ya Ayah.. Ayah sebaiknya Istirahat dulu. Aku siapkan makan ya Ayah." ucap Ayraa seraya bangun dari duduknya.     

"Tidak usah Ayraa, Ayah masih kenyang. Ayah mau istirahat saja dulu." ucap Khabir sambil melihat ke arah Danish yang masih belum bangun kemudian mengambil baskom yang berisi ulat, jarum, paku yang bercampur dengan darah hitam dan membawanya ke luar.     

"Ya Ayah... terima kasih ya Ayah." ucap Ayraa kemudian mendekati Danish yang masih belum sadar.     

"Mas... Mas Danish." panggil Ayraa seraya mengusap wajah Danish dengan perasaan cemas, karena sudah terlalu lama Danish tidak sadarkan diri.     

Sambil mengusap wajah Danish dengan lembut, sesekali Ayraa mengecup wajah Danish berulang-ulang.     

"Ayraa... apa yang kamu lakukan?" tanya Danish dengan suara pelan menatap penuh wajah Ayraa yang sangat dekat dengan wajahnya.     

"Membangunkan Mas Danish." jawab Ayraa dengan wajah memerah.     

"Kepalaku sedikit pusing Ayraa, badanku terasa lemas." ucap Danish dengan seraya menekan pelipisnya.     

"Aku buatkan teh hangat ya Mas, setelah itu Mas Danish makan. Ayah juga belum makan." ucap Ayraa dengan tersenyum merasa lega Danish sudah tidak kenapa-kenapa.     

"Apa Ayah sudah bisa menghilangkan kekuatan hitam itu Ayraa?" tanya Danish sambil menggenggam tangan Ayraa memastikan Ayraa tidak kenapa-kenapa.     

"Sudah Mas, Ayah sudah membersihkannya. Tapi Ayah bilang, kadang sebuah kiriman itu bisa kembali ke yang punya atau pada orang yang memberi perintah." ucap Ayraa merasa ngeri bagaimana kalau kiriman itu kembali pada orang yang memberi perintah.     

"Jangan pikirkan itu lagi Ayraa, entah kiriman itu akan kembali lagi atau tidak pada orang itu yang terpenting kita sudah selamat dari kiriman jahat itu." ucap Danish merasa bersyukur Ayraa dan dan bayinya tidak kenapa-kenapa.     

"Ya Mas...aku hanya tidak menyangka saja, kenapa ada orang yang begitu tega ingin menyakiti kita." ucap Ayraa sambil bersiap-siap bangun dari duduknya untuk segera ke dapur.     

"Kamu mau kemana Ayraa?" tanya Danish masih ingin bersama Ayraa.     

"Mau ke dapur Mas, mau menyiapkan makan siang. Mas Danish istirahat saja dulu, jangan lupa minum obatnya Mas." ucap Ayraa dengan tatapan lembut.     

"Jangan lama-lama."ucap Danish dengan tersenyum.     

Ayraa menganggukkan kepalanya kemudian keluar dari kamar dan pergi ke dapur untuk segera masak.     

Di dapur Ayraa memasak masakan kesukaan Ayahnya juga Danish yang berbeda menu.     

Setelah berkutat di dapur hampir setengah jam lamanya, akhirnya Ayraa selesai memasak untuk makan siang Ayah mertuanya juga untuk suaminya Danish.     

"Hemm... semoga saja Ayah suka dengan masakan ini." ucap Ayraa dalam hati kemudian membawa hasil masakannya ke meja makan.     

Setelah menyiapkan semua menu makanannya di meja makan, segera Ayraa ke kamar Ayah mertuanya untuk segera ke meja makan untuk makan siang.     

Sambil tersenyum, Ayraa pun naik ke atas untuk memanggil Danish agar ikut makan juga selagi ada Ayahnya bisa makan bersama.     

"Mas... makanannya sudah siap, Ayah sudah menunggu di bawah di meja makan." ucap Ayraa seraya mengusap bahu Danish agar segera bangun dari tidurnya.     

"Sebentar Ayraa, aku masih mengantuk." ucap Danish dengan tatapan sayu.     

"Ayo Mas, Ayah sudah menunggu di bawah sudah dari tadi. Kapan lagi kita bisa makan bersama dengan Ayah kalau tidak hari ini." ucap Ayraa sambil menarik lengan Danish agar segera bangun dari tidurnya.     

Dengan manja, Danish bangun dari tidurnya kemudian memeluk pinggang Ayraa agar menuntunnya ke lantai bawah di mana meja makan berada.     

Sampai di meja makan, Ayraa duduk di samping Danish yang lebih dulu duduk di bantu Ayraa.     

"Bagaimana keadaanmu Danish? apa sudah lebih baik?" tanya Khabir dengan tatapan serius.     

"Baik Ayah, hanya sedikit lemas saja." jawab Danish sambil menatap beberapa macam makanan yang ada di atas meja.     

"Syukurlah kalau begitu. Ingat Danish gelang yang kamu pakai jangan di lepas untuk sementara sampai semua kembali seperti semula." pesan Khabir dengan serius.     

"Tidak akan di lepas Mas Danish lagi Ayah, aku akan memastikannya. Aku tidak mau Mas Danish kenapa-kenapa lagi." ucap Ayraa dengan tatapan serius membuat Danish terdiam.     

"Baguslah Ayraa, kamu harus tegas pada suamimu yang keras kepala ini." ucap Khabir dengan sebuah senyuman.     

Wajah Danish memerah melihat Ayahnya dan Ayraa sama-sama menyerangnya hingga dia tak bisa berkutik lagi.     

Ayraa tersenyum melihat wajah Danish yang memegang.     

"Makan dulu Mas." ucap Ayraa seraya mengambilkan nasi buat Ayah Danish juga nasi untuk Danish.     

"Kalian tinggal di Bali terutama di pinggiran pedesaan seperti yang kalian tinggali ini, masih banyak adat yang masih sakral." nasihat Ayah Danish.     

"Ya Ayah...kita akan mengingat nasihat Ayah." sahut Ayraa dengan tersenyum.     

"Drrrt.. Drrtt.. Drrrt"     

Belum lagi Ayraa melanjutkan makannya, ponselnya terdengar berulang-ulang.     

"Ayraa, terima saja... siapa tahu penting." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

Dengan berat hati Ayraa menerima panggilan dari Bu RT setempat.     

"Hallo ya Bu RT ada apa ya Bu?" tanya Ayraa dengan perasaan heran.     

"Begini Mbak Ayraa, ada tetangga kita yang sekarang sakit kita akan ke sana menengoknya. Apa Mbak Ayraa bersedia?" tanya Bu RT dengan ramah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.