THE BELOVED ONE

KABAR TARA MENINGGAL



KABAR TARA MENINGGAL

0"Bagaimana Ayraa, keadaan Tara baik-baik saja bukan?" tanya Danish setelah Ayraa masuk ke dalam kamar.     
0

"Tidak begitu baik Mas, sakitnya sama persis dengan apa yang Mas Danish alami." jawab Ayraa sambil melepas pakaiannya dan berganti pakaian rumah berupa daster karena perutnya sudah suka bergerak bebas.     

Kandungannya sudah berusia lima bulan dan sudah ada pergerakan walau tidak kentara.     

"Kenapa sakitnya sama sepertiku? apa Tara memang yang melakukannya?" tanya Danish menatap Ayraa penuh.     

"Ya Mas, aku juga tidak percaya kalau Mbak Tara yang melakukannya. Tadi sempat Mbak Tara meminta maaf padaku di hadapan orang-orang tapi aku mengindahkan seolah-olah tidak tahu Mas. Tapi aku juga sempat bilang kalau aku sudah memaafkannya." ucap Ayraa sambil duduk di samping Danish yang sedang menghadap ke laptopnya.     

"Semoga saja Tara benar-benar sadar dan cepat sembuh." ucap Danish tanpa mengalihkan pandangannya pada laptopnya.     

"Ya Mas, dan sekarang Mas Danish juga istirahat jangan bekerja dulu. Aku tidak mau Mas Danish sakit." ucap Ayraa dengan penuh perhatian menekan save kemudian menutup laptop Danish dan meletakkannya di atas meja.     

"Tapi Ayraa...bagaimana aku bisa bekerja besok, kalau hari ini pekerjaanku belum selesai? biarkan aku bekerja sebentar untuk menyelesaikan pekerjaanku, baru setelah itu aku tidur." ucap Danish dengan kedua matanya memelas agar Ayraa memberi waktu untuk dirinya bekerja.     

"Maaf Mas, ini demi kebaikan Mas Danish. Besok Mas Danish masih aku larang bekerja. Dan Mas Danish jangan kuatir kesepian karena aku akan menemani Mas Danish seharian." ucap Ayraa dengan tersenyum kemudian meletakkan bantal di belakang Danish.     

Danish menatap Ayraa dengan sebuah senyuman. Seperti anak kecil yang menurut pada ibunya, Danish merebahkan tubuhnya tak lepas menatap penuh wajah Ayraa.     

"Hmm...apa mata itu akan tetap menatap aku seperti itu?" tanya Ayraa dengan tersenyum menggoda.     

"Tidak akan pernah lepas mata ini menatap cantik wajahmu Ayraa." ucap Danish menarik pelan pinggang Ayraa agar lebih bisa dekat dengannya.     

Ayraa tersenyum dengan bersandar di dada Danish kemudian mengusap wajah Danish dengan kedua mata yang sudah mengantuk.     

"Apa kamu sudah mengantuk sayang?" tanya Danish membelai rambut Ayraa dengan penuh rasa sayang.     

"Hem... sedikit Mas, apa Mas Danish tidak mengantuk?" tanya Ayraa seraya memejamkan matanya sambil memeluk erat perut Danish.     

"Masih belum, tapi karena kamu sudah mengantuk...aku harus bagaimana lagi selain harus menemani kamu tidur." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Apa Mas Danish keberatan kalau aku meminta Mas Danish untuk istirahat?" tanya Ayraa mengangkat wajahnya menatap penuh wajah Danish.     

"Tidak keberatan sama sekali, aku lebih senang dengan perhatian kamu seperti ini." jawab Danish mulai ikut berbaring agar bisa memeluk Ayraa sebelum tidur.     

Ayraa menggeser tubuhnya untuk berbaring miring menghadap ke wajah Danish.     

"Kita tidur ya Mas... sudah terlalu lelah kita hari ini." ucap Ayraa membelai wajah Danish dengan penuh rasa sayang.     

"Hem... apa kamu tidak menciumku sebelum aku tidur?" tanya Danish menatap lekat-lekat takut kedua mata Ayraa.     

Dengan tersenyum, Ayraa mendekatkan wajahnya kemudian mencium kening Danish dengan penuh perasaan.     

"Hanya kening saja?" bisik Danish tak lepas menatap wajah Ayraa.     

"Nakal." ucap Ayraa dengan tatapan gemas.     

"Hanya padamu saja." sahut Danish menahan senyum.     

"Baiklah demi suami kesayangan." ucap Ayraa kemudian mencium bibir Danish dengan penuh cinta. Dan Danish membalas ciuman dengan penuh gairah.     

"Kita tidur sekarang ya." ucap Ayraa setelah melepas bibirnya dari bibir Danish.     

"Hemm... Goodnite istriku." ucap Danish kemudian memejamkan matanya sambil memeluk Ayraa.     

***     

"Cepat sekali Mas Danish pulang? apa Mas Danish tidak menunggui Ayah di Bandara?" tanya Ayraa melihat Danish datang menemuinya di dapur.     

"Pesawatnya tepat waktu tidak ada delay sayang. Kamu masak?" tanya Danish berdiri di belakang Ayraa sambil melihat Ayraa memasak.     

"Hanya masak tempe goreng saja Mas." jawab Ayraa sedikit geli saat Danish menenggelamkan kepalanya di tengkuk lehernya.     

"Hemm...masakan apapun, kalau kamu yang masak pasti sangat enak." ucap Danish seraya mengecup lembut pipi Ayraa.     

"Geli Mas!! bagaimana aku bisa selesai masak kalau Mas Danish nempel seperti ini." ucap Ayraa membalikkan badannya menghadap ke arah Danish kemudian mencubit hidung Danish dengan gemas.     

"Sudah matikan saja, jangan memasak kita ke kamar saja. Aku merindukanmu Ayraa." bisik Danish seraya melepas celemek Ayraa.     

"Terus kita sarapan apa Mas? apa Mas Danish mau... kalau makan tempe goreng saja?" ucap Ayraa mengalungkan kedua tangannya pada leher Danish.     

"Jangan kuatir, aku sudah membeli makanan matang dan aku letakkan di meja makan." jawab Danish dengan tersenyum penuh kemenangan.     

"Aahhh... kenapa tidak bilang dari tadi." ucap Ayraa semakin gemas dengan Danish.     

"Kita ke atas sekarang ya? setelah itu sarapan. Aku sudah sangat merindukanmu." ucap Danish menahan senyum.     

"Ya... sudah, tunggu sebentar." ucap Ayraa mengambil tempe goreng dan memindahkan ke sebuah piring.     

"Drrrt... Drrrt...Drrrt"     

"Ponselmu berbunyi Ayraa." ucap Danish saat mendengar suara ponsel Ayraa di atas meja berbunyi.     

"Tolong bisa di ambilkan Mas." ucap Ayraa sambil mencuci kedua tangannya.     

"Dari Bu RT Ayraa." ucap Danish saat melihat nama Bu RT dilayar ponsel Ayraa.     

Ayraa menerima ponsel dari Danish kemudian menerimanya.     

"Hallo...ya Bu RT, ada apa?" tanya Ayraa sedikit heran pagi-pagi Bu RT sudah menghubunginya.     

"Pagi Mbak Ayraa, maaf menganggu... hanya mengabari saja. Mbak Tara pagi tadi sudah tidak ada Mbak. Mbak Tara telah meninggal dunia." ucap Bu RT di sana.     

"Ya Tuhan Bu RT, bagaimana bisa meninggal? bukannya kemarin mau di bawa ke Pak Kyai Saleh?" tanya Ayraa sangat terkejut dengan berita yang di dengarnya.     

"Ya Mbak Ayraa... kemarin sudah di bawa ke Pak Kyai Saleh, ternyata dari cerita Pak Kyai Saleh Mbak Tara telah melakukan hal yang tidak baik, dan akhirnya mendapatkan hukuman dari hasil perbuatannya. Orang pintar yang di mintai tolong Mbak Tara telah mengembalikan kirimannya pada Mbak Tara dan Mbak Tara tidak bisa kuat menahannya." cerita Bu RT panjang lebar.     

"Ya Tuhan Bu RT, kasihan sekali Mbak Tara semoga amal ibadahnya di terima Tuhan yang Maha Esa." ucap Ayraa sambil melihat ke arah Danish yang menatapnya dengan kening mengkerut seolah-olah bertanya ada apa.     

Ayraa memberikan isyarat dengan telunjuk jarinya di bibir agar Danish diam sejenak.     

"Pagi ini semua Ibu-ibu akan ke rumah Mbak Tara untuk ikut belasungkawa. Dan untuk para Bapak-bapak sudah lebih dulu ke sana." ucap Bu RT dengan serius.     

"Baik Bu RT, sekarang juga aku sama Mas Danish akan ke rumah Mbak Tara." ucap Ayraa dengan segera kemudian menyudahi pembicaraannya.     

"Ada apa Ayraa?" tanya Danish dengan serius.     

"Kita ke rumah Mbak Tara sekarang Mas. Mbak Tara meninggal dunia. Akan aku ceritakan sambil jalan." jawab Ayraa kemudian bersiap-siap pergi dengan Danish ke rumah Tara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.