THE BELOVED ONE

UNDANGAN TUAN ADIYASA



UNDANGAN TUAN ADIYASA

0"Apa kita harus datang ke sana Ayraa?" tanya Danish merasa trauma dengan kejadian di rumah Adiyasa yang di lakukan Dara padanya.     
0

"Kita harus bisa melupakan masa lalu Mas. Bukannya Dara sekarang sudah sadar dan selalu baik pada kita? Berkat Dara juga Dewa bisa mendapatkan tender. Ya kan Mas?" ucap Ayraa memberi pengertian pada Danish agar bisa berdamai dengan masa lalu.     

"Aku sudah berusaha berdamai dengan masa lalu Ayraa. Tapi untuk ke rumah Tuan Adiyasa aku masih enggan. Aku malu bertemu dengan teman kerja Tuan Adiyasa." ucap Danish masih duduk di pinggir tempat tidur.     

"Lihat aku Mas." ucap Ayraa seraya mengangkat dagu Danish.     

Danish menatap penuh wajah Ayraa yang tepat di hadapannya.     

"Jangan lihat siapapun di sana nanti. Lihat saja aku, dan kita akan bersama-sama tanpa saling meninggalkan." ucap Ayraa dengan membalas tatapan Danish dengan tatapan penuh cinta.     

"Kamu berjanji tidak akan meninggalkan aku di sana nanti kan?" tanya Danish sedikit tenang mendengar ucapan Ayraa.     

Ayraa menganggukkan kepalanya.     

"Sekarang, ayo cepat Mas Danish mandi." ucap Ayraa seraya mendorong pelan punggung Danish agar segera pergi ke kamar mandi.     

Dengan tertawa bahagia Danish berjalan pelan dengan Ayraa berada di belakangnya.     

"Ya Ayraa, aku akan segera mandi, tapi cium dulu." ucap Danish membalikkan badannya kemudian memajukan wajahnya dekat ke wajah Ayraa.     

Dengan tersenyum Ayraa, mencium bibir Danish dengan lembut.     

"Sudah... sekarang cepat mandi ya Mas." ucap Ayraa seraya memberikan handuk bersih pada Danish.     

Sambil menunggu Danish keluar dari kamar mandi, Ayraa berdandan di depan cermin.     

"Drrtt... Drrrt... Drrrt"     

Ayraa mengkerutkan keningnya melihat Cayla yang menghubunginya. Dengan penuh tanda tanya Ayraa menerima panggilan Cayla.     

"Hallo, iya Cay ada apa?" tanya Ayraa dengan penasaran.     

"Dewa Ay... sekarang di rumah sakit, Dewa terpeleset dari kamar mandi. Dan sampai sekarang Dewa masih belum sadar." ucap Cayla di sela-sela Isak tangisnya.     

"Ya Tuhan!! kamu tenang ya Cay, sekarang kamu kirim ke ponselku alamat rumah sakit dan di kamar berapa." ucap Ayraa ikut merasakan cemas dengan keadaan Dewa.     

"Ya Ayraa, aku akan mengirimkannya segera." ucap Cayla kemudian memutuskan panggilannya.     

"Ada apa Ayraa? kenapa kamu berteriak?" tanya Danish keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah.     

"Dewa Mas, Dewa terpeleset di kamar mandi dan sekarang berada di rumah sakit dan belum sadar juga." ucap Ayraa seraya mengambil handuk kering lagi untuk mengeringkan rambut Danish.     

"Di rumah sakit mana? bukannya kamu bilang Dewa dan Cayla sedang ada meeting keluar kota?" tanya Danish seraya memakai kemeja yang sudah di siapkan Ayraa.     

"Ya Mas, saat ini mereka masih di sana. Dan Cayla merasa takut karena Dewa masih belum sadar juga. Mungkin Cayla takut terjadi sesuatu pada Dewa." ucap Ayraa membantu mengancingkan kemeja Danish.     

"Apa kamu berencana mau ke sana?" tanya Danish yang sudah tahu watak istrinya.     

"Ya Mas, aku juga takut kalau terjadi sesuatu pada Dewa." ucap Ayraa dengan tatapan cemas.     

"Ya sudah, besok pagi kita ke sana. Semoga tidak terjadi apa-apa pada Dewa." ucap Danish menenangkan hati Ayraa.     

"Terima kasih Mas." ucap Ayraa kemudian mengecup bibir Danish dengan tersenyum.     

"Lagi." ucap Danish dengan tatapan nakal.     

"Tidak! satu kali saja." ucap Ayraa kemudian mengambil parfum dan di semprotkan sedikit ke tengkuk leher dan beberapa bagian yang lainnya.     

"Ayraa...satu kali lagi, please my wife." ucap Danish dengan tatapan memelas.     

"Hem... baiklah, satu saja ya! setelah itu tidak lagi." ucap Ayraa kemudian mencium kembali bibir Danish dengan sebuah senyuman.     

Danish tersenyum manja, meraih pinggang dan menekan tengkuk leher Ayraa agar bibir Ayraa tidak terlepas dari bibirnya.     

"Mas Danish... sudah Mas." ucap Ayraa dengan tatapan gemas karena Danish masih saja melumat bibirnya dengan penuh gairah.     

Dengan senyum penuh kemenangan Danish melepas ciumannya.     

"Tuh! lihat lipstikku pada lengket di bibir Mas Danish." gerutu Ayraa seraya membersihkan bekas lipstik di bibir Danish.     

"Biarkan saja Ayraa, aku lebih senang Bara tahu kalau aku habis mencium bibir istriku." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Apa sih Mas? seperti anak kecil saja." ucap Ayraa sambil mencubit pelan perut Danish.     

Danish tertawa tergelak.     

"Hem....ya kan sudah seperti anak kecil?" ucap Ayraa kemudian mencubit hidung Danish dengan gemas.     

"Sekali-kali aku Ingin seperti anak kecil Ayraa, agar bisa kamu manja." ucap Danish memeluk pinggang Ayraa dengan erat.     

Ayraa menatap penuh wajah Danish yang terlihat serius saat mengatakannya.     

"Tidak apa-apa Mas, Mas Danish bisa kapan saja bermanja. Bukannya kewajiban suami istri untuk saling memanjakan." ucap Ayraa seraya menangkup wajah Danish dengan tatapan penuh cinta.     

"Aku mencintaimu Ayraa." ucap Danish dengan suara pelan.     

"Aku juga mencintaimu Mas." ucap Ayraa tak lepas menatap wajah Danish yang begitu tampan.     

"Kita berangkat sekarang? atau kita bercinta saja." ucap Danish menggoda Ayraa.     

"Mulai lagi ya... memang suami bandel." ucap Ayraa kemudian mengambil dompet pestanya dan menggandeng lengan Danish keluar kamar untuk segera berangkat ke rumah Tuan Adiyasa.     

***     

Tiba di rumah Tuan Adiyasa, para undangan sudah banyak yang datang. Ayraa dan Danish masuk lebih ke dalam ruangan dengan bergandengan tangan.     

"Ayraa, sebaiknya kita pulang. Aku malu bertemu mereka." bisik Danish di telinga Ayraa.     

"Kenapa harus malu Mas, wajah Mas Danish lebih tampan dari mereka." ucap Ayraa dengan tersenyum seraya menyapa beberapa tamu yang di kenalnya.     

"Hai Ayraa...Danish, aku senang kalian bisa datang." sapa Bara yang terlihat tampan dan gagah.     

"Ayah kamu di mana Bar?" tanya Ayraa seraya mencari keberadaan Tuan Adiyasa.     

"Masih dengan teman-temannya di ruangan kerja. Mungkin sebentar lagi keluar." jawab Bara tak lepas menatap wajah Ayraa.     

"Ayraa, di sini terasa gerah. Kita keluar sebentar ya." ucap Danish mengalihkan pembicaraan Bara dengan mengajak Ayraa ke luar.     

"Sebentar ya Bar, aku dan Mas Danish mau mencari udara sebentar." ucap Ayraa yang sudah di peluk Danish dan di ajaknya keluar.     

"Mas... pelan sedikit, punggung Mas Danish bisa sakit nanti." ucap Ayraa melihat Danish yang berjalan cepat.     

Danish menghentikan langkahnya setelah berada diluar rumah.     

"Aduhh!! sakit Ayraa." ucap Danish seraya menegakkan sedikit punggungnya.     

"Nah...ya kan? Mas selalu begitu kalau bertemu Bara. Kenapa Mas? nanti Mas Danish cepat tua kalau marah-marah." ucap Ayraa sambil menahan senyum.     

"Bara selalu menunjukkan perasaannya padamu Ayraa. Dan Bara selalu melakukannya di hadapanku." ucap Danish sedikit uring-uringan.     

"Tidak biasanya suamiku seperti ini pada orang lain. Terutama pada Bara, apa ini bagian dari Mas Danish yang masih mengidam?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Benarkah Ayraa?" tanya Danish kemudian tersenyum lebar.     

"Mas Danish memang menggemaskan kalau cemburu." ucap Ayraa sambil mencubit gemas perut Danish.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.