THE BELOVED ONE

BIMBANGNYA HATI CHELLO



BIMBANGNYA HATI CHELLO

0"Apa kamu ingin melihat Ayraa tidak bahagia dan hidup dalam kesepian?" tanya Danish berharap hati Chello terketuk dan bisa memenuhi keinginannya.     
0

"Tentu saja aku tidak ingin melihat Ayraa tidak bahagia, tapi aku tidak bisa menjawab sekarang. Aku tidak bisa mendahului takdir. Pak Danish masih hidup, dan aku berdoa Pak Danish mempunyai umur panjang agar bisa menemani dan menjaga Ayraa." ucap Chello dengan hati di penuhi kebimbangan.     

"Terima kasih doanya, tapi aku berharap kamu bisa memenuhi permintaanku. Karena aku percaya padamu hanya kamu yang bisa menjaga Ayraa." ucap Danish dengan putus asa.     

"Beri waktu aku berpikir Pak Danish dan terima kasih atas kepercayaannya padaku." ucap Chello tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

"Baiklah, satu minggu lagi aku akan menghubungimu dan aku mohon padamu untuk tidak memberitahu hal ini pada Ayraa." ucap Danish kemudian mengakhiri panggilannya.     

Chello mengambil nafas panjang setelah meletakkan ponselnya di atas meja.     

"Bagaimana Pak Danish berpikir kalau aku harus menjaga dan menikahi Ayraa?" tanya Chello dalam hati dengan hati gelisah. Tidak Chello pungkiri hati dan cintanya masih sepenuhnya buat Ayraa dan itu tidak akan bisa tergantikan dengan yang lain.     

"Hem...Hem... melamun terus nih kerjaan pak Ketua." ucap Jessi yang tiba-tiba datang tanpa mengetuk pintu.     

Chello menoleh ke arah pintu di mana Jessi sudah berdiri dengan membawa bingkisan di tangannya.     

"Kenapa kamu cepat kembali? bukannya tugas di garis depan harusnya dua hari?" tanya Chello mengkerutkan keningnya.     

"Ada penarikan tentara besar-besaran, jadi tenaga kita kurang di butuhkan di sana. Aku di minta kembali, Rangga dan Armand tetap di sana. Tapi besok lusa kita harus ke sana lagi dan Dokter Kim akan ikut untuk menggantikan posisi kamu sementara." ucap Jessi dengan sangat jelas.     

"Tidak bisa, kasihan Dokter Kim kalau harus menggantikan aku. Lagi pula aku sudah merasa baik, aku akan ikut serta." ucap Chello bersikeras untuk tetap ikut berangkat ke garis depan.     

"Terserah kamu kalau kamu menginginkan hal itu...ini aku bawakan makanan buat kamu." ucap Jessi seraya meletakkan makanannya di samping Chello.     

Chello mengambilnya dan membukanya.     

"Terima kasih nanti pasti aku makan." ucap Chello meletakkan makanannya di atas meja.     

"Kenapa tidak kamu makan sekarang? apa kamu tidak menyukai makanan itu?" tanya Jessi dengan kening berkerut.     

"Tidak ada makanan yang tidak aku suka sejak tinggal di basis Utara. Bisa makan saja sudah bersyukur, saat ini aku masih belum lapar." jawan Chello dengan santai.     

"Ohhh... ya sudah, aku kira kamu tidak suka makanannya." ucap Jessi kehabisan kata-kata karena Chello bicara hanya menjawab pertanyaan darinya saja.     

Sejenak Chello dan Jessi terdiam.     

"Chello." panggil Jessi menatap Chello yang fokus pada bukunya.     

"Maukah kamu menemaniku jalan-jalan ke kota sebentar?" tanya Jessi Ingin mengajak Chello bersantai agar tidak selalu serius dalam hidupnya.     

"Ada apa kamu ke kota? di sana tidak aman banyak tentara bertebaran mencari mata-mata." ucap Chello seraya meletakkan bukunya.     

"Bukankah kita bisa memakai tanda pengenal kita sebagai Tim dokter? mau ya Chell? kita hanya jalan-jalan saja sebentar." ucap Jessi berusaha membujuk Chello agar mau keluar dengannya.     

Chello terdiam sejenak kemudian bangun dari duduknya dan meraih jaketnya.     

"Baiklah, hanya sebentar saja tidak lebih dari satu jam?" ucap Chello seraya memakai jaketnya sambil menahan rasa sakit sedikit di dadanya.     

"Aaahhhh... terima kasih Chell." ucap Jessi menghampiri dan memeluk Chello dengan cepat.     

Tubuh Chello terhuyung-huyung ke belakang menahan pelukan Jessi dengan kedua tangannya.     

"Apa yang kamu lakukan Jessi? lepaskan tanganmu." ucap Chello melepaskan diri dari pelukan Jessi.     

"Maaf, aku terlalu gembira." cicit Jessi dengan wajah sedikit takut dengan tatapan Chello yang terlihat marah.     

Dengan menghela nafas panjang, Chello berjalan keluar di ikuti Jessi di belakangnya.     

"Chello! jangan cepat-cepat dong jalannya." ucap Jessi seraya menarik lengan Chello.     

Chello menghentikan langkahnya dan menatap penuh wajah Jessi.     

"Kamu bisa diam dan ikuti aku, atau aku akan kembali pulang?" ucap Chello dengan kesal.     

Jessi seketika diam dan mengikuti langkah kaki Chello yang panjang-panjang.     

Sampai di kota Chello melihat ke arah sekeliling tampak sepi sudah tidak terlalu ramai seperti yang di beritakan siang tadi.     

"Chello kita duduk di sana ya? ada orang jual kopi hitam sepertinya nikmat." ucap Jessi menunjuk ke arah kedai yang tampak sepi.     

Tanpa menjawab ucapan Jessi, Chello melangkahkan kakinya ke arah penjual kopi yang terlihat sepi.     

"Kopi hitam dua pak." ucap Chello seraya mengambil duduk di luar kedai sambil melihat beberapa orang yang lewat.     

"Chell." panggil Jessi ikut duduk di samping Chello di balai bambu.     

"Hemm." sahut Chello seraya menerima kopi panasnya dari penjual kopi.     

"Apa kamu tidak merasa kesepian saat menetapkan hati untuk memilih tinggal di basis Utara?" tanya Jessi menatap penuh wajah Chello.     

"Apa kamu sudah bertanya pada Rangga dan Armand?" tanya Chello balik, sedikit terganggu dengan sikap Jessi yang terlalu perhatian padanya.     

"Aku belum bertanya pada mereka berdua, karena sekarang berdua denganmu. Aku ingin bertanya padamu." ucap Jessi tak lepas menatap Chello.     

"Bagi aku...di manapun kita berada jika kita tidak bisa dekat dengan orang yang kita cintai, kita akan tetap merasa sepi." sahut Chello tatapannya tak lepas ke arah jalanan yang semakin sepi.. sesepi hatinya karena telah jauh dari cinta Ayraa yang tidak bisa di milikinya.     

Seandainya saja waktu bisa terulang kembali mungkin sejak awal Chello akan lebih mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.     

"Seandainya kesempatan itu ada lagi Ayraa, aku pastikan tidak akan pernah melepaskanmu dan akan aku katakan padamu kalau aku sangat mencintaimu dan ingin memilikimu selamanya." ucap Chello dalam hati sambil menyesap kopi terakhirnya.     

"Apa kamu barusan melamunkan seseorang Chell?" tanya Jessi penasaran siapa wanita yang telah mampu menguasai hati Chello.     

"Kenapa? apa kamu juga ingin tahu siapa yang aku lamunkan? yang pasti dia seorang wanita yang special dan sempurna di mataku." ucap Chello dengan tersenyum dingin.     

"Apa wanita itu juga mencintaimu?" tanya Jessi semakin penasaran.     

"Bagiku tidak penting dia mencintaiku atau tidak. Yang aku inginkan hanya dia selalu ada dalam hidupku." ucap Chello dengan tatapan menerawang jauh.     

"Apa dia sudah menikah?" tanya Jessi lagi seraya berdiri dari tempatnya karena Chello sudah berdiri dan membayar kopinya.     

"Kenapa kamu terlalu banyak bertanya? apa kamu menyembunyikan sesuatu?" tanya Chello menghadap ke arah Jessi yang sedang menatapnya.     

"Kalau aku jawab jujur apa kamu akan percaya?" ucap Jessi dengan wajah serius.     

"Apa?" sahut Chello mengkerutkan keningnya.     

"Karena aku jatuh cinta padamu." ucap Jessi tanpa ragu-ragu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.