THE BELOVED ONE

KERAS KEPALANYA CHELLO



KERAS KEPALANYA CHELLO

0Chello masih terbaring lemah di tempatnya, tanpa bisa menggerakkan dadanya yang terkena tembakan.     
0

Perlahan Chello membuka matanya mendengar suara seorang wanita ada di dekatnya.     

"Siapa kamu?" tanya Chello menatap seorang gadis yang kurang lebih seusia dirinya.     

"Aku teman baru kamu, Jessi." ucap Jessi dengan singkat yang tak lain keponakan dari Dokter Kim yang di minta Dokter Kim untuk ikut menjaga Chello.     

"Karena kamu sudah sadar, aku harus memeriksa luka kamu." Ucap Jessi tanpa memperdulikan tatapan Chello yang menatap Jessi dengan heran.     

"Tidak perlu, aku bisa mengobati luka aku sendiri. Dan lagi ada dokter Kim yang mengobatiku." ucap Chello dengan tegas. Sejak cintanya terkubur dalam, hati Chello telah tertutup apalagi dengan tinggal di basis Utara kepribadian Chello yang lembut telah tertempa dengan pengalaman yang keras membuat hati dan perasaan Chello keras dan tegas.     

"Jangan keras kepala, aku di sini bukan karena permintaanku tapi permintaan paman Kim untuk menjagamu." ucap Jessi dengan kesal.     

Chello mengangkat wajahnya menatap Jessi tak percaya.     

"Kamu Jessi keponakan Dokter Kim?" tanya Chello menelan salivanya.     

"Ya... kenapa? sudah tahu ya tentang aku dari Paman Kim ya?" ucap Jessi dengan bibir mengerucut.     

Chello terdiam, sedikit tahu siapa Jessi. Yaitu keponakan Dokter Kim yang sudah yatim piatu sejak kecil dan sekarang di besarkan oleh Dokter Kim.     

"Bilang pada Dokter Kim, aku sudah tidak apa-apa. Aku baik-baik saja sekarang." ucap Chello masih dengan keras kepalanya.     

"Ya sudah, lakukan sendiri. Tapi aku tetap di sini karena aku harus menjalankan tugas dari Dokter Kim sebagai Dokter senior di sini." ucap Jessi yang di tarik Dokter Kim karena basis Utara masih membutuhkan banyak tenaga sukarelawan untuk di tugaskan di garis depan.     

"Baik." ucap Chello mengambil perlengkapan obat yang ada di atas meja kemudian berusaha mengobati lukanya. Namun pada saat membalut lukanya dengan perban, Chello sedikit kesulitan dan harus memerlukan orang lain untuk memutar perbannya sampai ke punggungnya dan mengikatnya.     

Jessi tertawa keras melihat wajah Chello yang sedikit memerah karena tidak masih tidak bisa memutar perbannya.     

"Masih keras kepala? tidak mau aku bantu?" tanya Jessi dengan tersenyum kemudian bangun dari tempatnya dan membantu Chello untuk membalut lukanya walau Chello tidak memintanya.     

Chello membiarkan saja saat Jessi membalut lukanya. Karena pada kenyataannya dia membutuhkan tenaga Jessi untuk membalut lukanya.     

"Nah... sudah selesai. Coba dari tadi tidak keras kepala pasti sudah bisa santai. Iya kan?" ucap Jessi dengan senyum terkulum.     

Wajah Chello semakin memerah mendengar ucapan Jessi yang menyindirnya.     

"Terima kasih." ucap Chello kemudian berusaha bangun untuk mengambil ponselnya untuk melihat ada hal yang penting atau tidak.     

Kedua mata Chello terpaku pada panggilan nomor Ayraa.     

"Siapa yang menghubungi nomor Ayraa? dan juga Ayraa menghubungi aku? apa dokter Kim yang menghubungi Ayraa? apa Ayraa tahu keadaanku? bagaimana kalau Ayraa memberitahu Ayah dan Bunda? pasti mereka berdua akan sedih. Aku harus memastikan kalau Ayraa tidak boleh memberitahu Ayah dan Bunda." ucap Chello dalam hati.     

"Hai...ada apa denganmu? kenapa kamu melamun?" tanya Jessi saat melihat Chello termenung dengan menatap layar ponselnya.     

"Bukan urusanmu, sebaiknya kamu diam." ucap Chello kembali dengan nada dingin.     

Tanpa menghiraukan tatapan Jessi, Chello menghubungi Ayraa karena tidak ingin Ayraa memberitahu keluarganya.     

"Hallo, Ay." panggil Chello secara kebetulan Ayraa yang menerima panggilannya saat Ayraa di kantin untuk membelikan bubur ayam buat Danish karena Ayah dan Bundanya belum datang.     

"Chello!! Chello kamu Chello? kamu sudah sadar?" tanya Ayraa dengan bertubi-tubi yang membuat hati Chello berbunga-bunga dan berdebar-debar tidak karuan dengan perhatian Ayraa yang tidak berkurang.     

"Ay tenang...aku sudah sadar dan aku tidak apa-apa. Apa yang memberitahu kamu adalah Dokter Kim Ay?" tanya Chello dengan serius.     

"Ya... semalam Dokter Kim menghubungi aku dan aku menghubunginya balik, untuk mengetahui keadaan kamu." ucap Ayraa tidak menceritakan kalau yang awal menerima panggilan Dokter Kim adalah Danish.     

"Kamu tidak memberitahu Ayah dan Bunda kan Ay?" tanya Chello dengan serius.     

"Awalnya Dokter Kim memintaku untuk memberitahu Ayah dan Bunda, tapi aku pikir aku tidak Ayah dan Bunda sakit kalau tahu kamu terluka, jadi aku belum memberitahu mereka dulu, karena aku memastikan kamu baik-baik saja, pagi ini aku berniat menghubungi Dokter Kim lagi. Tapi kamu lebih dulu menghubungi aku. Aku bersyukur kamu tidak kenapa-kenapa." ucap Ayraa dengan nafas lega.     

"Kalau aku kenapa-kenapa bagaimana Ay? apa kamu sedih?" tanya Chello dengan hati penuh kerinduan.     

"Jangan bertanya lagi aku sedih atau tidak Chell, kamu tahu bagaimana cemasnya aku saat mendengar kamu terluka karena tertembak." ucap Ayraa dengan perasaan kesal.     

Chello terdiam berusaha menenangkan hatinya agar tidak terbawa perasaan.     

"Ingat Chello..Ayraa sudah mempunyai suami. dan Ayraa sangat mencintai suaminya. Ayraa menyayangi kamu hanya sebatas sahabat saja." ucap Chello dalam hati.     

"Chello!! Chello!! apa kamu mendengarku?" tanya Ayraa dengan perasaan cemas.     

"Aku mendengarmu Ay, sekarang kamu bisa tenang. Jadi kamu tidak perlu memberitahu Ayah dan Bunda." ucap Chello dengan suara memohon.     

"Baiklah aku tidak memberitahu Ayah dan Bunda tapi kamu harus berjanji padaku kalau kamu tidak akan terluka lagi. Dan kamu tidak boleh melamun kalau saat kamu berada di garis depan." ucap Ayraa dengan suara penuh tekanan.     

"Ya Ay...aku berjanji padamu." ucap Chello dengan hati yang sangat tenang karena kasih sayang Ayraa tidak berkurang padanya.     

"Jangan hanya di ucapan saja Chell, tapi janji adalah hutang." ucap Ayraa dengan suara pelan.     

"Ya Ay....aku berjanji padamu dari hati yang paling dalam." ucap Chello dengan tersenyum.     

"Ya sudah Chell, jaga diri baik-baik." ucap Ayraa kemudian menutup panggilannya Chello karena sudah sangat dekat kamar Danish.     

Chello tersenyum bahagia sambil mengusap ponselnya.     

"Hai kamu tidak gila bukan?" tanya Jessi mengagetkan Chello.     

"Apa katamu? aku gila? yang benar saja!" ucap Chello seraya mengerutkan keningnya.     

"Kamu tersenyum-senyum sendiri. Apa yang barusan pacar kamu?" tanya Jessi dengan serius.     

"Bukan urusanmu dia pacarku atau bukan, yang penting kamu harus tahu dia adalah wanitaku.. wanita yang paling aku cintai." ucap Chello dengan sungguh-sungguh.     

"Wahhh.. cinta bertepuk sebelah tangan dong." ucap Jessi dengan tatapan penuh dan tertawa keras.     

"Kenapa kamu suka sekali mengurusi pribadi aku?" tanya Chello kesal dengan keingintahuan Jessi yang sudah di luar batas.     

"Aku bukan mengurusi kamu Chell, tapi aku perduli sama kamu karena aku dapat tugas dari Paman Kim." ucap Jessi entah kenapa ada rasa suka saat melihat Chello tersenyum bahagia dan Jessi tidak ingin membagi dengan siapapun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.