THE BELOVED ONE

RASA CEMBURU AYRAA



RASA CEMBURU AYRAA

0"Kalau kamu pulang, ajaklah Ayraa ke rumah. Ayah ingin bertemu dengan Ayraa gadis pemberani yang telah berani menghajar kamu." ucap Adiyasa dengan tersenyum.     
0

Wajah Bara kembali memerah mendengar candaan Ayahnya.     

"Aku tidak tahu Ayah, apa dia kan mau kalau menjaga aku di rumah. Karena Dara bilang mulai besok Ayraa akan menjagaku." ucap Bara sedikit salah tingkah.     

"Jadi... Ayraa mau menjagamu? Ayah tidak percaya..Ayah yakin gadis itu mau menjaga mu, karena ada ancaman benar bukan? siapa yang mengancam gadis itu? kamu atau Dara? dengar Bara, Ayah tidak mau status Ayah dipakai anak-anak Ayah untuk menakuti orang. Kalau Ayah tahu hal itu Ayah akan mencabut semua fasilitas kalian berdua." ucap Adiyasa dengan tegas.     

"Aku tidak tahu Ayah, Dara yang bicara dengan Ayraa.. aku hanya meminta Dara agar Ayraa datang melihatku itu saja. Karena gara-gara dia aku sekarang ada di rumah sakit." ucap Bara yang masih menahan rasa sakit di bagian miliknya karena tendangan Ayraa yang begitu keras.     

"Kenapa Ayraa menendang kamu? apa kamu berbuat kurang ajar pada Ayraa? karena tidak mungkin tiba-tiba Ayraa menendang kamu bukan Bara? jawab Ayah Bara?" tatap Adiyasa yang baru sempat menanyakan alasan kenapa Bara sampai berada di rumah sakit.     

"Aku hanya berniat memberi pelajaran sama Ayraa, karena dia telah meremehkan aku dan aku menciumnya itu saja." Jawab Bara dengan jujur.     

"Kamu menciumnya? Kenapa kamu mencium nya kalau hanya memberi pelajaran pada Ayraa? dan sekarang kenapa kamu ingin Ayraa melihatmu? Apa kamu menyukai Ayraa?" tanya Adiyasa tanpa memberi kesempatan Bara untuk beralasan lain.     

"Aku tidak tahu Ayah, tiba-tiba saja aku ingin menciumnya itu saja. Dan sekarang aku lebih tidak tahu lagi. Sejak aku mencium Ayraa aku tidak bisa melupakan bayangan Ayraa Ayah." Jawab Bara tidak bisa berbohong pada Ayahnya.     

"Ayah rasa kamu telah mencintai Ayraa Bara. Apa kamu sudah merasakan ingin bertemu dengan Ayraa?" tanya Adiyasa bernapas lega karena selama ini Bara tidak pernah berpikir untuk mencintai wanita dengan sungguh-sungguh selain hanya mempermainkan hati dan perasaannya.     

"Apa aku mencintainya Ayah? aku rasa tidak." ucap Bara berusaha mengingkari kata hatinya.     

"Kalau kamu tidak mencintainya kenapa kamu menunggu kedatangan Ayraa kesini atau tidak? Dan kamu juga tidak perlu meminta Ayraa untuk menjaga kamu bukan? kamu bisa menolaknya." ucap Adiyasa menggoda Bara.     

"Tidak Ayah, aku hanya ingin balas dendam saja pada Ayraa, karena telah membuat aku masuk rumah sakit itu saja." Jawa Bara masih menutupi perasaannya.     

"Ya sudah...kita lihat saja, semoga saja kamu tidak mencintai Ayraa. Sekarang Ayah pulang dulu. Jaga diri baik-baik." ucap Adiyasa kemudian meninggalkan Bara sendirian.     

"Bagaimana aku bisa mencintai Ayraa? aku belum mengenal dia, tapi kenapa? sejak aku menciumnya bayangan Ayraa selalu ada ya? Apa benar kata Ayah kalau aku sudah mencintai Ayraa?" tanya Bara dalam hati merasa tersiksa dengan bayang-bayang Ayraa.     

"Aaahh!!! aku harus bisa melupakan Ayraa, dia saja tidak perduli padaku." ucap Bara menutup wajahnya dengan bantal, ingin melupakan Ayraa.     

***     

Di rumah pantai, Danish segera berlari masuk kedalam rumah dan naik ke lantai atas untuk melihat keadaan Ayraa di kamarnya.     

"Ayraa, bagaimana keadaanmu sayang? apa masih sakit perut kamu?" tanya Danish menghampiri Ayraa seraya memegang perut Ayraa dengan perasaan cemas.     

"Sudah baikan Kak, lumayan setelah aku buat tidur. Maaf ya Kak Danish, karena telah merepotkan Kak Danish dengan meminta Kak Danish pulang." ucap Ayraa merasa bersalah pada Danish suaminya.     

"Tidak apa-apa Ayraa, kamu kan Istriku. Kalau terjadi sesuatu padamu. Aku yang bertanggung jawab padamu. Apalagi di sini kita tinggal berdua saja tidak ada saudara. Kita harus saling menjaga dan memperhatikan satu sama lain." ucap Danish dengan penuh kasih sayang.     

"Iya Kak, aku sangat sayang sama Kak Danish. Kak Danish sudah makan dan minum obat kan?" tanya Ayraa saat ingat akan jadwal minum obatnya Danish.     

"Sudah sayang, aku tidak akan lupa karena aku tidak ingin aku sakit dan merepotkan kamu." jawab Danish dengan tersenyum.     

"Kak Danish tadi di rumah sakit dengan siapa?" tanya Ayraa ingin tahu apa yang terjadi di kamar Bara.     

"Aku melihat Bara anak Tuan Adiyasa, aku datang bersama Tuan Adiyasa. Kenapa sayang?" tanya Danish sedikit heran.     

"Apa selain Tuan Adiyasa dan Kak Danish ada yang lain bersama dengan Kak Danish? sekretaris Tuan Adiyasa mungkin?" tanya Ayraa memancing Danish agar bicara tentang Dara yang ada di kamar Bara juga.     

"Aku rasa tidak ada sayang, selain anak kembar Tuan Adiyasa, Bara dan Dara kenapa kamu menanyakan hal itu Ayraa? apa kamu mencurigai sesuatu?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Barangkali saja Tuan Adiyasa mengajak sekretarisnya Kak Danish. Memang tidak boleh kalau istri bertanya pada suaminya? aku kan takut kalau Kak Danish kenapa-kenapa?" ucap Ayraa dengan wajah yang memerah.     

"Oh.. istriku lagi cemburu ya? Kenapa harus cemburu? Bukankah aku selama ini tidak pernah berbuat macam-macam? hanya kamu yang aku cintai dan tidak akan berpaling ke yang lain sayang." ucap Danish dengan tersenyum mengusap wajah Ayraa yang terlihat sangat cantik.     

"Aku hanya takut ada Ambika Ambika yang lain yang tengah mengejar Kak Danish. Aku takut kehilangan Kak Danish." ucap Ayraa dengan jujur sangat takut akan kehilangan Danish.     

"Tidak akan sayang, kamu tidak akan kehilangan aku Ayraa. Malah...aku yang takut kehilangan kamu, karena kamu cantik dan sehat. Sedangkan aku, sakit-sakitan dan juga tidak tahu entah bertahan sampai kapan bisa menemanimu." ucap Danish menangkup wajah Ayraa dengan penuh cinta.     

"Jangan bicara seperti itu Kak, Kak Danish akan sehat dan tidak akan sakit-sakitan asal minum obat dengan teratur dan menjaga kesehatan Kak Danish. Aku akan menjaga Kak Danish agar tidak sakit. Aku berjanji untuk itu." ucap Ayraa dengan bersungguh-sungguh.     

Danish merasa terharu, cintanya semakin dalam pada Ayraa.     

"Sekarang..kamu sendiri sudah makan belum? kenapa sampai perutku sakit?" tanya Danish saat ingat keadaan perut Ayraa.     

"Aku tidak tahu Kak, hanya sakit begitu saja." jawab Ayraa sangat merasa bersalah pada Danish.     

"Syukurlah kalau sudah tidak apa-apa. Aku merasa sangat cemas tadi sampai-sampai aku tidak bisa berpikir apa-apa di mobil tadi. Aku takut kamu kenapa-kenapa sendirian di sini." ucap Danish sambil menggenggam tangan Ayraa dan mengecupnya dengan penuh perasaan.     

"Terima kasih Kak atas kecemasan dan perhatian Kak Danish. Aku sangat mencintai Kak Danish." ucap Ayraa dengan hati yang di penuhi rasa bersalah karena telah membohongi Danish hanya karena rasa kecemburuan yang tidak beralasan sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.