THE BELOVED ONE

KEKECEWAAN BARA SESAAT



KEKECEWAAN BARA SESAAT

0"Kak Danish, mulai hari ini aku pulang kuliah ada lanjut belajar kelompok sama teman. Jadi pulangnya kurang lebih jam dua. Aku tidak tahu belajar kelompoknya sampai kapan bisa satu minggu atau lebih. Tidak apa-apa kan Kak Danish?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish saat sarapan pagi sebelum Danish berangkat kerja.     
0

"Tidak apa-apa Ayraa, kalau memang itu ada hubungannya dengan mata kuliah kamu. Yang penting kamu jangan lupa dengan makan siang kamu. Kalau kamu bingung dengan pulangnya, hubungi saja aku... pasti aku akan jemput." jawab Danish tidak merasa curiga apa-apa.     

Ayraa terdiam mendengar jawaban Danish, yang sangat mengerti dengan keadaannya. Dan itu sangat membuat hati Ayraa semakin merasa bersalah. Ingin hati Ayraa berbicara jujur pada Danish tapi tidak ingin masalahnya akan menjadi beban dalam pikirannya Danish.     

"Ini Kak.. bekal makanan Kak Danish, nanti jam dua belas aku akan menghubungi Kak Danish untuk mengingatkan makan siang." ucap Ayraa sambil menyerahkan kotak makannya pada Danish.     

"Terima kasih sayang. Aku berangkat kerja dulu...hati-hati kamu nanti berangkat kuliah." ucap Danish seraya mengecup kening Ayraa.     

"Ya Kak, Kak Danish...juga hati-hati di jalan." ucap Ayraa seraya mengecup punggung tangan Danish.     

Sambil membawa tasnya Danish, Ayraa mengantar Danish sampai ke depan rumah.     

Setelah Danish berangkat kerja, Ayraa kembali kedalam dengan hati dan pikiran yang gelisah.     

"Aku harus bagaimana sekarang? apa aku berterus terang saja pada Kak Danish, tentang Dara yang telah mengancamku untuk menjaga Bara?" tanya Ayraa dalam hati.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

Ponsel Ayraa berbunyi berulang-ulang, dengan hati berat Ayraa meraih ponselnya yang ada di atas meja.     

"Bara? tahu darimana dia nomor teleponku?" tanya Ayraa dalam hati seraya menerima panggilan Bara.     

"Hallo...ada apa? tahu dari mana kamu nomor teleponku?" tanya Ayraa dengan ketus.     

"Tidak perlu kamu tahu dari mana aku dapat nomor kamu. Aku hanya mengingatkan jangan terlambat saat nanti datang ke rumah sakit. Kalau kamu sedikit terlambat tahu akibatnya." ucap Bara dengan hati berdebar-debar.     

"Tidak perlu kamu kasih tahu aku sudah tahu." ucap Ayraa dengan hati kesal kemudian menutup panggilan Bara.     

Dengan kesal Ayraa melempar ponselnya ke atas tempat tidur.     

"Drrrt... Drrrrt...Drrrt"     

Ponsel Ayraa kembali berbunyi berulang-ulang. Ayraa menghela nafas panjang sambil meraih ponselnya dengan hati kesal.     

"Hallo...ada apa lagi?" ucap Ayraa setelah tahu yang menghubunginya adalah Bara lagi.     

"Aku belum selesai bicara kenapa kamu matikan?" ucap Bara dengan kesal.     

"Mau bicara apa lagi?" tanya Ayraa semakin tak mengerti dengan kemauan Bara.     

"Jangan lupa kalau ke rumah sakit buatkan aku puding yang enak, kalau tidak enak tahu sendiri akibatnya." ucap Bara dengan singkat.     

"Kenapa aku yang membuat puding? kamu kan bisa beli sendiri? tidak ada kesepakatan untuk aku buat puding! aku hanya menjaga kamu!" bantah Ayraa dengan penuh amarah.     

"Suka-suka aku untuk meminta apapun pada kamu, karena kamu yang telah membuat aku masuk rumah sakit." ucap Bara tidak punya alasan lain selain mengancam Ayraa.     

"Aku tidak ada waktu untuk buat puding! kesibukanku banyak! kalau kamu mau beli saja di toko." ucap Ayraa menahan emosinya.     

"Kalau kamu tidak mau membuatnya, kamu yang harus belikan." ucap Bara tanpa bisa di bantah lagi seraya menutup panggilannya.     

"Aaahhh!! Bara sialan!!" teriak Ayraa uring-uringan sambil berjalan ke dapur untuk membuat puding untuk Bara.     

Dengan cepat Ayraa membuat dua puding yang Ayraa masukkan ke dua tempat yang berbeda.     

Ayraa terpaksa membuat pusing untuk Bara dan untuk Danish.     

Selesai membuat dua puding yang satu Ayraa masukkan ke dalam kulkas untuk Danish saat pulang kerja dan yang satu di masukkan ke dalam tas kecil untuk dibawa ke rumah sakit setelah pulang kuliah.     

Bergegas Ayraa masuk ke dalam kamar dan cepat-cepat mandi untuk berangkat kuliah.     

Tiba di tempat kuliah Ayraa sudah di sambut oleh Niluh dan Dara.     

"Kamu tidak lupakan Ayraa? nanti pulang kuliah langsung ke rumah sakit menjaga Bara." ucap Dara duduk di samping Ayraa.     

Ayraa diam saja tidak menjawab pertanyaan Dara.     

"Kamu tidak menjawab pertanyaanku Ayraa? atau kamu tuli?" tanya Dara sambil berdiri dari duduknya.     

"Apa sih maumu! sudah aku bilang jangan menggangguku lagi! aku sudah tahu tugasku sesuai dengan kesepakatan kita! jadi...mulai sekarang jangan bicara lagi denganku! Aku mau belajar sekarang." ucap Ayraa sambil mengeluarkan catatannya.     

Kedua tangan Dara terkepal mendengar ucapan Ayraa yang sama sekali tidak takut padanya. Tapi sesuai dengan perjanjiannya dia memang tidak akan mengganggu Ayraa lagi. Untuk itu Dara hanya bisa marah dalam hati kemudian pergi meninggalkan Ayraa.     

"Kamu hebat Ayraa, kamu sama sekali tidak takut sama Dara. Baru kali ini ada seseorang yang berani sama Dara dan Bara." ucap Niluh dengan perasaan kagum pada Ayraa.     

Ayraa hanya diam saja, konsentrasi pada Dosen yang sudah masuk ke dalam ruangan.     

Hampir empat jam mata kuliah yang harus di ikuti Ayraa dan selesai tepat di jam dua belas lebih lima belas menit.     

Segera Ayraa pergi ke layar ruangan untuk menghubungi Danish.     

"Kak Danish." panggil Ayraa sambil melihat ke jam tangannya untuk segera berlanjut ke rumah sakit.     

"Ya sayang...kamu sudah selesai kuliah?" tanya Danish yang sedang makan bekal Ayraa.     

"Ya Kak, baru selesai. Kak Danish sudah makan dan minum obat?" tanya Ayraa terlambat mengingatkan Danish.     

"Ini baru makan Ayraa, obatnya sudah dua jam yang lalu." jawab Danish menghabiskan makanannya hingga tidak tersisa.     

"Syukurlah Kak, maaf terlambat mengingatkan Kak Danish." ucap Ayraa merasa bersalah.     

"Tidak apa-apa sayang..jadi kamu untuk belajar dengan teman-teman kamu?" tanya Danish sambil minum air putih setelah makan.     

"Jadi kak, ini juga mau berangkat Kak. Aku berangkat dulu ya Kak. Sampai nanti di rumah." ucap Ayraa kemudian menutup panggilannya cepat-cepat saat Niluh datang menghampirinya.     

"Ayraa, aku ikut denganmu ya? biar kamu tidak bosan menjaga Bara." ucap Niluh yang sudah rindu pada Bara.     

"Ayolah." sahut Ayraa dengan singkat berjalan keluar dari kampus dan naik taksi ke rumah sakit.     

Tiba di rumah sakit Bara sudah menunggu kedatangan Ayraa dengan hati yang berdebar-debar.     

Hampir satu jam Bara menahan untuk tidak tidur walau minum obat dan matanya mulai mengantuk.     

"Bara." panggil Niluh sambil membawa sebuah kotak kecil yang berisi puding yang di buat Ayraa.     

"Kok kamu? mana Ayraa?" tanya Bara dengan tatapan penuh kecewa.     

"Ya... Ayraa... masih..." belum Niluh melanjutkan ucapannya Bara sudah membentaknya.     

"Aku hanya mau Ayraa!! di mana Ayraa!! panggil dia sekarang!" teriak Bara dengan hati yang di liputi kekecewaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.