THE BELOVED ONE

TUGAS PERTAMA AYRAA



TUGAS PERTAMA AYRAA

0"Aku hanya mau Ayraa!! di mana Ayraa!! panggil dia sekarang!" teriak Bara dengan hati yang di liputi kekecewaan.     
0

"Bara!! kenapa kamu berteriak!" ucap Niluh mulai panik dengan kemarahan Bara yang tidak jelas.     

"Di mana Ayraa? cepat hubungi Ayraa! aku ingin Ayraa ada di sini!" ucap Bara yang sudah tidak terkendali emosinya.     

"Bara! dengarkan aku." ucap Niluh berusaha menenangkan hati Bara dengan memegang tangan Bara.     

"Aku tidak mau mendengarmu! aku mau Ayraa! di mana Ayraa?" tanya Bara menepis tangan Niluh dengan kasar.     

"Apa ada yang mencariku?" tanya Ayraa yang muncul dari balik pintu ketika mendengar teriakan Bara dari luar.     

"Ayraa!!." panggil Bara dengan suara tercekat dan wajah yang memerah melihat Ayraa yang sudah berdiri di pintu dengan wajah tatapan kesal.     

"Kamu dari mana? kenapa kamu datang lama sekali?" tanya Bara dengan beruntun sudah kepalang basah malu di hadapan Ayraa.     

"Aku dari kamar kecil, perutku sakit..apa untuk ke kamar kecil saja aku harus lapor padamu?" tanya Ayraa dengan kesal.     

Bara mengangkat wajahnya dengan wajah memerah, mendengar ucapan Ayraa yang ternyata dari kamar kecil.     

"Niluh!! kenapa kamu tidak bilang padaku kalau Ayraa ke kamar kecil!" teriak Bara pada Niluh dengan kesal karena Niluh dia telah malu di hadapan Ayraa.     

"kenapa kamu harus menyalahkan Niluh? bukannya kamu yang dari tadi berteriak-teriak tidak ingin Niluh bicara?" sahut Ayraa membela Niluh.     

Bara terdiam menelan salivanya mendengar Ayraa yang memarahinya.     

"Itu urusanku untuk memarahi Niluh, Kenapa kamu memarahi aku!" ucap Bara masih membela diri.     

"Baiklah, kalau kamu tidak ingin aku marahi. Aku pulang saja, lebih baik kamu di jaga Niluh di sini." ucap Ayraa beranjak dari tempatnya namun tangan Bara mencekalnya dengan kuat.     

"Kamu tidak akan kemana-mana, kamu harus menjagaku mulai sekarang dan tidak ada alasan lagi untuk kamu tidak datang. Sekarang aku lapar suapi aku dengan puding buatanmu." ucap Bara menahan rasa malunya.     

Dengan tatapan kesal Ayraa duduk di samping Bara dengan membawa kotak pudingnya.     

"Dengar, kesepakatan ku hanya menjaga kamu!! bukan untuk menyuapi kamu! memang kamu apanya aku?" ucap Ayraa dengan tatapan melotot indah di mata Bara.     

"Kamu bertanya.. kamu apanya aku? mau jadi pacarku? baik sekarang kamu telah menjadi pacarku." ucap Bara tanpa memberi kesempatan untuk bicara.     

"Tidak!! aku tidak mau jadi pacarmu! dan lagi kamu tidak mengenal siapa aku! dan aku juga tidak mengenalmu! enak saja mengklaim seseorang menjadi pacar!" ucap Ayraa memalingkan wajahnya karena teramat kesal dengan kata-kata Bara.     

Niluh yang mendengar ucapan Bara terasa sakit hatinya namun apa daya karena Bara adalah penguasa di tempat kuliahnya Niluh hanya bisa diam saja.     

"Ucapanku tidak bisa dibantah! apa yang aku ucapkan adalah sebuah perintah! dan sekarang kamu adalah pacarku! ingat itu Ayraa." ucap Bara menatap wajah Ayraa yang terlihat sangat kesal.     

"Terserah kamu! aku tidak mau tahu kalau nanti kamu akan menyesal." ucap Ayraa yang tidak bisa mengatakan kalau dirinya telah menikah sebelum Danish mengizinkannya.     

Karena Danish tahu Ayraa masih sangat muda Danish tidak ingin ruang gerak Ayraa menjadi terbatas, dengan Ayraa berstatus sudah menikah. Untuk itu Danish melarang Ayraa untuk menceritakan statusnya jika tidak ada yang bertanya.     

Berbeda dengan Danish yang sudah berusia matang dan bekerja, di tiap harinya saat bertemu dengan relasi kerjanya Danish selalu menyebut istrinya.     

"Kamu melamunkan apa? ayo..cepat suapi aku! Aku sudah lapar." ucap Bara dengan menahan senyum.     

Dengan kesal Ayraa menyuapi Bara dengan mendorong sendoknya saat memasukkan ke dalam mulut Bara, hingga Bara tersedak karenanya.     

"Uhukk.. Uhukk.. Uhukk"     

Bara terbatuk-batuk menahan rasa sakit di tenggorokannya karena Ayraa menekan sendoknya terlalu keras ke dalam mulutnya.     

Dengan cepat Niluh yang mengetahui hal itu segera memberikan segelas air putih pada Bara. Sedangkan Ayraa hanya tersenyum puas melihat Bara yang sedang terbatuk-batuk menahan sakitnya dengan wajah yang memerah.     

"Kamu mau balas dendam padaku? atau ingin membunuhku lagi?" tanya Bara dengan wajah yang memerah.     

"Aku tidak sengaja.. mana bisa aku membalas dendam pada mu?" ucap Ayraa menahan tawa dalam hati.     

"Suapi aku lagi.. dan ingat pelan-pelan. Aku tidak terbiasa makan dengan cepat." ucap Bara sambil memegang lehernya yang masih terasa sakit.     

Tanpa tersenyum, kembali Ayraa menyuapi Bara dengan pelan.     

"Niluh, kamu bisa keluar sebentar? aku mau bicara berdua saja dengan Ayraa." ucap Bara pada Niluh, karena Bara tidak ingin Niluh mengetahui apa yang akan dikatakannya pada Ayraa.     

"Baiklah Bara, aku menunggu di luar." ucap Niluh dengan perasaan cemburu.     

Setelah Niluh keluar dari kamar Bara menatap penuh wajah Ayraa.     

"Mendekat lah kemari, aku mau bicara penting denganmu dan kamu tidak boleh menolaknya." ucap Bara dengan suara berat.     

Ayraa mengerutkan keningnya.     

"Kamu bisa bicara dari situ, aku di sini saja." sahut Ayraa tidak Ingin dekat-dekat dengan Bara karena tidak ada orang lain, selain mereka berdua.     

Bara menghela nafas panjang menatap wajah Ayraa yang terlihat jelas tidak menyukainya.     

"Kenapa kamu tidak menyukaiku?" tanya Bara dengan serius.     

"Karena kamu, menyebalkan dan aku tidak suka dengan sikapmu yang sok kaya dan sok tampan." ucap Ayraa tanpa ada basa-basi.     

Wajah Bara memerah menahan rasa kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa karena yang bicara adalah wanita yang di cintainya.     

"Kamu!! tidak bisakah bicara yang lembut padaku! seperti pada yang lainnya." ucap Bara menatap penuh wajah Ayraa.     

"Bagaimana aku bisa bicara lembut padamu, kalau kamu saja kasar pada wanita. Sama sekali tidak bisa menghargai seorang wanita." ucap Ayraa semakin pedas ucapannya pada Bara. Tapi tetap saja Bara tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya diam.     

"Ayraa, malam ini aku pulang ke rumah.. jadi mulai besok kamu menjagaku di rumah, bukan di rumah sakit lagi dan kamu tidak bisa menolak hal ini. Ini sudah keputusan ku." ucap Bara dengan sangat serius.     

"Apa ke rumahmu? kalau kamu sudah pulang berarti kamu sudah sembuh! buat apa aku ke rumahmu dan menjaga kamu? di rumah kan banyak orang? kamu bisa dijaga sama mereka. Aku tidak mau." ucap Ayraa dengan ketus.     

"Baiklah aku tidak akan memaksamu. Tapi jangan salahkan aku, kalau besok ada surat dari Rektor kalau kamu dikeluarkan dari Universitas." ucap Bara dengan tenang.     

"Itulah sifat kamu yang sebenarnya, makanya aku sama sekali tidak menyukaimu. Sama sekali tidak punya hati dan selalu memaksakan kehendak." ucap Ayraa dengan tatapan penuh amarah.     

"Aku sudah bicara baik-baik denganmu, tapi kamu tidak mau mendengarkan aku. Apa aku salah menggunakan cara hal itu?" tanya Bara dengan menjaga senyum, karena cara yang di pakai Dara sangat menakjubkan hasilnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.