THE BELOVED ONE

ADIYASA BERTEMU AYRAA



ADIYASA BERTEMU AYRAA

0"Ayraa...apa kamu masih belajar dengan teman-teman kamu?" tanya Danish saat malam di tempat tidur.     

"Masih Kak, kenapa?" tanya Ayraa yang sedang bersandar di bahu Danish sambil menatap wajah Danish.     

"Ayraa, aku mau tanya padamu...apa kamu kenal dengan Dara dan Bara?" tanya Danish dengan tiba-tiba membuat Ayraa terkejut seketika.     

"Kenapa Kak? apa Kak Danish kenal dengan Dara dan Bara?" tanya Ayraa ganti bertanya pada Danish.     

"Aku bertanya padamu karena aku tahu dari Tuan Adiyasa kalau Dara dan Bara kuliah di Universitas yang sama denganmu. Selagi aku ingat, aku bertanya padamu.. kamu juga kuliah di sana bukan?" ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Iya Kak, Dara dan Bara satu Universitas denganku... tapi aku tidak terlalu mengenal mereka. Hanya saja, aku ada masalah dengan mereka. Karena aku ada masalah dengan mereka...makanya aku tidak cerita pada Kak Danish karena Kak Danish adalah teman kerja Tuan Adiyasa orang tua Bara dan Dara." ucap Ayraa tidak ingin lebih lama lagi untuk menutupi semuanya.     

"Kamu ada masalah apa dengan mereka? karena aku juga ada masalah dengan Dara." ucap Danish yang tidak ingin menutupi semuanya dari Ayraa.     

Tanpa ada kebohongan Ayraa menceritakan semuanya dari awal sampai terakhir ancaman Dara dan Bara yang menginginkan dirinya untuk menjaga Bara yang sakit di rumahnya.     

Danish tersenyum saat mendengar cerita di adegan Ayraa mendorong dan menendang miliknya Bara.     

"Jadi apa yang Tuan Adiyasa bilang kalau anaknya dalam keadaan kritis di rumah sakit, itu karena kamu yang telah menendang miliknya Bara." ucap Danish dengan tertawa.     

"Aku menendangnya bukan karena sengaja Kak, tapi aku membela diri karena dia sudah tidak sopan padaku. Berani-beraninya dia mencium bibirku." ucap Ayraa dengan tatapan kesal.     

"Bagaimana rasanya dicium oleh Bara? apakah lebih terasa dibanding ciuman ku?" tanya Danish menggoda Ayraa.     

"Kak Danish!! tidak lucu aahhh!!" ucap Ayraa dengan bibir cemberut.     

"Tahu tidak Kak, hampir seratus kali aku membersihkan bibirku dengan pakai sabun setelah Bara mencium ku." ucap Ayraa dengan hati di penuhi emosi.     

Danish semakin tertawa mendengar ucapan Ayraa yang terlihat sangat lucu.     

"Kenapa kamu tidak menceritakan dari awal kepadaku Ayraa? kenapa? hmm?" tanya Danish sambil tersenyum.     

"Aku tidak ingin kak Danish kepikiran tentang masalah itu.. cukup pekerjaan di kantor yang membuat pikiran Kak Danish lelah. Apalagi dengan mereka mengancam aku yang akan dikeluarkan dari Universitas, pasti itu akan membuat Kak Danish kepikiran." ucapan Ayraa dengan jujur.     

"Tidak akan menjadi beban pikiranku Ayraa, dan sudah menjadi kewajiban ku untuk memikirkan semua apa yang telah terjadi padamu. Jadi lain kali... kalau ada sesuatu hal apapun kamu harus menceritakan semuanya padaku, jangan ada yang ditutupi." ucap Danish menangkup wajah Ayraa dengan penuh kasih sayang.     

"Kak Danish sendiri ada masalah apa dengan Dara? karena aku dengar sendiri saat di rumah sakit kalau Dara menyukai mu Kak." ucap Ayraa dengan tatapan kesal.     

"Iya benar apa kata kamu Ayraa kalau Dara kemungkinan besar menyukaiku. Karena tadi pagi Dara pergi ke kantor, dan di sana dia menggoda ku dan cara menggodanya sudah tidak pantas lagi. Bukan seperti wanita yang baik-baik dan itu sudah aku ceritakan pada Ayahnya." cerita Danish menceritakan semuanya dan tidak ada yang disembunyikan lagi dari Ayraa.     

"Sepertinya mereka berdua kekurangan kasih sayang Kak dan kehidupan mereka dimanjakan dengan harta, jadi sombong dan sok tampan dan cantik seperti itu." ucap Ayraa dengan serius.     

"Ya...bisa jadi seperti itu, dan kamu harus hati-hati...karena apa Ayraa? Karena kamu sudah mempunyai suami...kamu harus menjaga kehormatanmu dan kehormatan suami." ucap Danish mengingatkan Ayraa tentang hakikat nya seorang istri.     

Ayraa menganggukkan kepalanya seraya memeluk Danish dengan penuh rasa kekaguman.     

"Jadi...besok kamu masih pergi ke rumahnya Bara?" tanya Danish dengan serius.     

"Iya Kak, daripada dia nanti lapor ke Rektor dan pasti Rektor akan membela Bara, karena yang memberi bantuan kampus itu hampir semuanya dari Ayahnya Bara." ucap Ayraa dengan pasti.     

"Ya sudah.. kamu ke rumah Bara pulang kuliah bukan? jam dua belas kan? aku akan main ke sana, agar kita bisa bertemu di sana secara tidak sengaja. Agar Bara tahu kalau kamu sudah mempunyai suami tampan seperti aku." ucap Danish sedang tersenyum.     

"Ya..tentu saja suamiku yang paling tampan di seluruh dunia, tidak ada ketampanan yang lain selain kak Danish suamiku seorang." ucap Ayraa sambil mencubit hidung Danish dengan gemas.     

"Kita tidur sekarang ya Ayraa, sudah malam. Besok pagi aku harus berangkat pagi-pagi karena ada rapat dengan partner kerja baru." ucap Danish kemudian berbaring sambil memeluk Ayraa.     

"Ya Kak... mimpi indah suamiku." ucap Ayraa mengecup bibir Danish dengan penuh cinta.     

***     

Dengan ditemani Niluh, akhirnya Ayraa pulang kuliah langsung pergi ke rumah Bara.     

"Ayraa, sebaiknya aku pulang saja... takutnya nanti Bara semakin marah padaku kalau aku mengikuti kamu terus."ucap Niluh yang merasa diabaikan oleh Bara.     

"Sudah...kamu tenang saja, nanti kamu akan tahu sendiri di rumah bara... dan Bara nanti pasti akan membutuhkan kamu." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Niluh menatap Ayraa dengan tatapan aneh dan penasaran.     

"Ada apa sih Ayraa? memang apa yang akan terjadi di rumah Bara nanti?" tanya Niluh ingin tahu apa yang akan terjadi.     

"Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi? kita lihat saja apa yang terjadi di sana nanti. Sekarang ayo kita turun." ucap Ayraa seraya keluar dari taksi.     

Tiba di rumah Bara Ayraa menekan bel pintu dengan pelan.     

Tidak berapa lama kemudian keluar pembantu Bara seorang wanita yang sudah setengah tua.     

"Bara ada Bik?" tanya Ayraa dengan sopan.     

"Non Ayraa ya? Bibik sudah dipesan sama Den Bara untuk mengantar Non Ayraa ke kamar Den Bara." ucap pembantu tersebut kemudian mengantar Ayraa dan Niluh kamar Bara.     

"Siapa yang datang Bik Minah?" tiba-tiba terdengar suara bariton milik Adiyasa.     

"Ohhh..Ini Tuan.. teman Den Bara, Non Ayraa." ucap Bik Minah saat melewati ruang tengah untuk mengantar Ayraa.     

"Oh.. Ayraa. Sini sebentar Ayraa, Om mau ngobrol sebentar sama kamu." ucap Adiyasa dengan tenang.     

Dengan sedikit gugup Ayraa menghampiri Adiyasa sedangkan Niluh di antar Bik Minah ke kamar Bara.     

"Om dengar dari cerita Bara katanya kamu yang menendang pusakanya Bara ya? hingga Bara pingsan dan masuk rumah sakit? apa itu benar Ayraa?" tanya Adiyasa memastikan ceritanya antara Bara dan Ayraa.     

Wajah Ayraa memerah mendapat pertanyaan dari Ayahnya Bara. Sungguh Ayraa tidak menyangka kalau Bara terbuka juga pada Ayahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.