THE BELOVED ONE

MENJAGA DANISH DENGAN CINTA



MENJAGA DANISH DENGAN CINTA

Sudah hampir satu minggu Ayraa tidak masuk ke kampusnya. Ponselnya tidak Ayraa aktifkan. Ayraa sengaja mematikannya agar tidak seorangpun temannya menghubunginya.     

Dan selama satu minggu Danish bekerja tanpa mengenal lelah karena Danish ingin menguasai medan bisnisnya dengan cepat.     

Rasa lelah tidak Danish rasakan hingga hari ini Danish harus bekerja lagi walau keadaannya sudah merasa lemas.     

"Kak.. sebaiknya Kak Danish jangan bekerja dulu. Wajah Kak Danish pucat." ucap Ayraa dengan cemas, apalagi dirinya sendiri di hari-hari terakhir sangat malas melakukan hal apapun.     

"Aku tidak apa-apa Ayraa, aku juga sudah minum obat." ucap Danish seraya bersiap-siap pergi bekerja.     

Dengan tubuh lemas Danish berusaha bangun dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Namun tubuh Danish limbung dan hampir ambruk jika Ayraa tidak menangkap dan menyanggahnya.     

"Kak Danish ke tempat tidur dulu ya Kak." ucap Auraa memapah Danish ke tempat tidur.     

Dengan di papah Ayraa, Danish berbaring di tempat tidur dalam keadaan tubuhnya yang sangat lemas.     

"Kenapa dengan tubuhku Ayraa? terasa lemas dan sakit semua." ucap Danish dengan bibir yang mengering dan tubuh yang kedinginan.     

"Mungkin pengaruh obat Kak Danish atau karena kak Danish terlalu lelah bekerja beberapa hari terakhir ini dan Kak Danish tidak merasakannya, dan sekarang Kak Danish baru merasakannya." ucap Ayraa sambil meraba kening dan leher Danish yang terasa dingin.     

"Mungkin aku memang kelelahan Ayraa." ucap Danish berusaha memejamkan matanya agar bisa istirahat dan tidur.     

Dengan penuh perhatian Ayraa menyelimuti tubuh Danish dengan selimut tebal.     

"Dingin sekali Ayraa." gumam Danish dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan.     

"Aku buatkan teh hangat ya Kak?" ucap Ayraa merasa iba melihat keadaan Danish.     

"Tetaplah di sini Ayraa, jangan tinggalkan aku sendirian." ucap Danish dengan suara gemetar.     

Dengan hati Ingin menangis Ayraa mengusap wajah Danish dengan penuh kasih sayang.     

"Aku tidak akan kemana-mana Kak." jawab Ayraa menggenggam tangan Danish dengan menahan tangisnya.     

"Aku lebih tenang dengan kamu ada sisiku Ayraa." ucap Danish menempelkan tangan Ayraa pada pipinya.     

Ayraa menatap wajah Danish yang pucat dengan bibirnya yang bergetar. Tubuh Danish masih menggigil walau Auraat sudah menyelimutinya dengan dua selimut tebal.     

"Ayraa... Ayraa." panggil Danish mulai merasa tegang dan semakin meracau karena demamnya yang sangat tinggi.     

Ayraa semakin bingung harus berbuat apa agar Danish tidak lagi merasa kedinginan.     

"Ayraa.. Ayraa..aku mencintaimu, sangat mencintaimu Ayraa..aku takut mati." Racauan Danish semakin membuat hati Ayraa menangis, melihat keadaan Danish yang terlihat sangat lemas dengan kedua matanya yang terpejam.     

"Kak Danish...sadar Kak." ucap Ayraa sambil mengusap-usap telapak tangan Danish agar tidak merasa kedinginan.     

Upaya Ayraa untuk menghangatkan tubuh Danish tidak membawa hasil apa-apa. Bahkan tubuh Danish semakin gemetaran dengan kedua tangannya yang menggenggam erat dan kedua matanya yang terpejam rapat.     

Ayraa semakin panik dengan keadaan Danish yang semakin memburuk. Dengan hati sedih Ayraa naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah Danish agar Danish merasakan hangat dengan dia memeluknya.     

"Kak Danish... peluklah aku agar Kak Danish tidak kedinginan." ucap Ayraa dengan suara lirih sambil menarik pelan punggung Danish agar menghadap ke arahnya dan memeluknya.     

Antara sadar dan tidak Danish pun menghadap ke wajah Ayraa dengan tubuhnya yang masih gemetar.     

Perlahan Ayraa menyingkap selimut Danish dan menyusup kedalamnya setelah lebih dulu melepas seluruh pakaiannya.     

Dengan memeluk tubuh Danish yang masih kedinginan Ayraa membungkus tubuhnya yang menyatu dengan tubuh Danish dalam satu selimut yang sama.     

"Ayraa sayang aku menginginkanmu." ucap Danish saat merasakan pelukan hangat Ayraa yang memeluknya dengan sangat erat.     

"Aku juga Kak." sahut Ayraa mengusap wajah Danish dengan lembut.     

"Ayraa." ucap Danish menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ayraa dengan kedua matanya yang terpejam.     

"Apa masih kedinginan Kak?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Danish yang terlihat sudah tenang.     

"Sedikit sayang." Jawab Danish membalas pelukan Ayraa dengan semakin merapatkan tubuhnya hingga kulit tubuhnya menyatu dengan kulit tubuh Ayraa.     

"Tidurlah Kak Danish." ucap Ayraa seraya mengusap punggung Danish yang juga mulai menghangat.     

Dalam pelukan Ayraa, Danish merasakan rasa hangat yang mengalir keseluruh tubuhnya. Kehangatan yang di berikan Ayraa walau hanya dengan pelukan saja telah membuat Danish terlelap dengan tenang dalam pelukan Ayraa.     

Berkali-kali Ayraa mengucap rasa syukur, ketakutannya akan kehilangan Danish sedikit hilang.     

Demam Danish berangsur-angsur turun, keadaan Danish sudah membaik dan sudah tidak menggigil kedinginan lagi.     

Hingga siang hari, Danish masih terlelap dalam tidurnya dengan kepalanya yang bersandar pada dada Ayraa yang tanpa memakai apapun.     

Ayraa yang juga ketiduran segera bangun untuk menyiapkan makan siang.     

Perlahan Ayraa mengangkat pelan kepala Danish dan meletakkan di atas bantal.     

Tanpa menimbulkan gerakan dan suara yang bisa menyebabkan Danish bangun, Ayraa turun dari tempat tidur dengan sangat pelan.     

Sambil membawa handuk bersih, Ayraa masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya sebelum masak untuk makan siang.     

Selesai mandi Ayraa segera ke dapur untuk memasak sebelum Danish terbangun.     

Setelah semua masakan siap Ayraa bergegas kembali ke kamar untuk melihat keadaan Danish.     

"Kak.. bangun Kak." panggil Ayraa dengan suara pelan seraya meraba kening dan leher Danish yang sudah hangat.     

Perlahan kedua mata Danish terbuka seiring sebuah senyuman di bibir Danish     

"Terima kasih Ayraa." ucap Danish dengan hati yang sangat bahagia.     

"Sama-sama Kak, makanan sudah siap kita makan ya Kak." ucap Ayraa dengan sedikit heran kenapa Danish tiba-tiba bangun dari tidur langsung tersenyum.     

"Aku ingin makan di sini sayang, ingin kamu suapi, tapi aku mandi dulu." ucap Danish bangun dari tidurnya sambil berpegangan pada tangan Ayraa yang memegang lengannya.     

"Sudah aku siapkan air hangat di kamar mandi Kak." ucap Ayraa yang sudah menyiapkan air hangat sebelum membangunkan Danish.     

"Terima kasih sayang." ucap Danish sekali lagi dengan tersenyum kemudian masuk ke kamar mandi.     

Sambil menunggu Danish yang masih mandi, Ayraa mengambilkan makanan buat Danish dan di bawanya ke kamar.     

Di dalam kamar ternyata Danish sudah menunggunya duduk di pinggir ranjang dengan sebuah senyuman yang tak lepas dari bibirnya.     

"Ada apa Kak? dari tadi Kak Danish tersenyum terus?" tanya Ayraa sambil meletakkan makanannya di atas tempat tidur.     

"Bukannya saat aku demam, aku menginginkanmu sayang? kenapa kamu tidak memberikannya?" tanya Danish dengan menahan senyum.     

"Memang Kak Danish ingat kalau meminta hal itu?" tanya Ayraa dengan wajah memerah.     

"Bukannya kamu juga menginginkannya? kenapa tidak kamu lakukan?" tanya Danish seraya meraba kedua payudara Ayraa.     

"Aku tidak ingin Kak Danish kelelahan, waktu masih banyak buat kita untuk memadu kasih." ucap Ayraa seraya mengambil makanannya dan menyuapi Danish.     

"Selesai ini kita lakukan ya sayang?" tatap Danish dengan tatapan penuh cinta.     

Ayraa menganggukkan kepalanya dengan sebuah senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.