THE BELOVED ONE

HANYA SEBATAS NAFSU SAJA



HANYA SEBATAS NAFSU SAJA

0"Aku akan menerima apa adanya kamu Danish karena aku mencintaimu. Dan kalau kamu ingin pembuktian dari cintaku aku bisa memberikannya sekarang padamu." ucap Dara seraya melepas pakaian atasannya di hadapan Danish tanpa ada rasa malu.     
0

"Pakailah kembali pakaianmu itu lebih dulu. Karena sebelum kamu melakukan pembuktian itu aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." ucap Danish dengan serius.     

"Apa yang ingin kamu ingin tunjukkan padaku Danish? apa kamu akan memberi hadiah padaku?" tanya Dara dengan tersenyum manja dengan hati di penuhi kebahagiaan.     

"Bukan, tapi aku akan menunjukkan sesuatu padamu agar kamu tahu siapa diriku sebenarnya. Baru setelah itu...kamu bisa memberi keputusan apa kamu bisa menerima kekuranganku atau tidak." ucap Danish seraya mengeluarkan surat penting keterangan dari Dokter yang menyatakan dirinya positif mengidap virus HIV dan juga surat keterangan kehamilan Dara yang mendapatkan pantauan khusus dari dokter karena suami positif mengidap virus HIV.     

"Bacalah surat keterangan ini dengan baik-baik.. Aku akan menunggu jawabanmu. Semoga apa yang kamu ucapkan tadi tidak berubah setelah membaca surat keterangan ini." ucap Danish dengan wajah serius seraya memberikan surat-surat tersebut pada Dara.     

Dara mengkerutkan keningnya sambil menerima surat-surat tersebut dari Danish.     

dengan gemetar Dara memulai membaca surat yang sudah ada di tangannya wajah Dara seketika berubah menjadi pucat, memerah dan entah apa yang dirasakan Dara sungguh itu sangat mengejutkan dirinya dan tidak mampu berkata apa-apa selain melempar surat itu di hadapan Danish.     

"Surat apa itu? semua itu tidak benar bukan? ini pasti hanya permainanmu saja kan Danish? surat ini palsu bukan? Aku tidak percaya kalau kamu punya penyakit seperti itu." ucap Dara yang masih hanya membaca surat keterangan kalau Danish positif virus HIV.     

"Kalau kamu tidak percaya surat yang ini, bacalah surat yang kedua ini. Kalau kamu masih belum percaya juga, kita bisa ke rumah sakit untuk memastikan hal itu." ucap Danish memberikan surat keterangan kehamilan Ayraa.     

Dengan perasaan kesal merasa dipermainkan Dara menerima surat kedua tersebut dan kembali membacanya.     

Dara semakin merasakan kekecewaan yang luar biasa setelah membaca surat kedua yang menyatakan kehamilan Ayraa dengan pemantauan khusus karena ayah dari bayi Ayraa mengidap virus HIV.     

"Kamu sudah membacanya bukan? sekarang apa yang kamu lakukan? ingin melanjutkan pembuktian itu bukan? aku membutuhkan pembuktian itu darimu sekarang sebelum kamu hidup bersamaku." ucap Danish seraya melepas kemejanya.     

"Tidak!! aku tidak perlu membuktikan apa-apa padamu. Aku tidak ingin tertular penyakit kamu, kalau aku tahu dari awal aku tidak akan melanjutkan perasaan ini. Pasti hidup kamu tidak akan lama bukan? dan aku tidak ingin hidupku berakhir sia-sia." ucap Dara sambil membetulkan pakaiannya kemudian bergegas pergi meninggalkan Danish yang duduk tersenyum sendirian.     

"Syukurlah...akhirnya semua masalah ini berlalu. Semoga setelah ini Dara tidak akan mengejarku dan tidak menyakiti Ayraa lagi." ucap Danish dalam hati seraya memasukkan kembali surat-surat yang dibawanya ke dalam tasnya untuk segera pergi dari Hotel Santika.     

Namun sebelum Danish memakai kemejanya untuk segera pergi dari Hotel, kamar Danish tiba-tiba terketuk dan dilihatnya Ayraa sudah berdiri di hadapannya dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Ayraa? kamu ada di sini? siapa yang memberitahumu kalau aku ada di sini?" tanya Danish yang masih belum sempat memakai kemejanya.     

"Tidak penting siapa yang memberitahuku Kak. Aku hanya bertanya apa yang telah Kak Danish lakukan dengan Dara disini? aku sudah melihat Dara keluar dari kamar ini. Dan sayang sekali aku tidak bisa melihat saat kalian berdua di atas tempat tidur." ucap Ayraa yang masih melihat Danish dalam keadaan dada yang setengah telanjang.     

"Sayang...apa yang kamu pikirkan itu tidak benar. Tidak seperti itu kejadiannya Ayraa. Aku bisa menjelaskan semuanya. Kemari lah Ayraa, kita bicara dengan baik-baik agar semua masalah ini bisa selesai." ucap Danish berusaha tenang seraya meraih bahu Ayraa untuk bisa duduk bersamanya.     

"Apa yang Kak Danish jelaskan lagi aku sudah melihat keadaan Kak Danish dalam keadaan seperti ini dan Dara keluar dari kamar ini." ucap Ayraa sambil menunjuk dada Danish yang telanjang.     

"Iya...aku tahu apa yang kamu lihat seperti ini. Tapi tidak seperti itu kejadiannya Ayraa. Dengarkan aku dulu ya sayang." ucap Danish seraya mengeluarkan kembali surat yang ada di dalam tasnya dan memberikannya pada Ayraa.     

Walau hati Ayraa terluka dengan apa yang di lihatnya, Ayraa masih berusaha percaya pada Danish... duduk diam dan menerima surat yang diberikan Danish padanya.     

"Kenapa surat-surat ini Kak Danish bawa ke sini? bukannya surat-surat ini ada di tempat kerja Kak Danish yang belum sempat Kak Danish bawa pulang?" tanya Ayraa dengan tatapan heran.     

"Begini ceritanya sayang, tadi Tuan Adiyasa menghubungiku meminta bantuan agar bisa menyadarkan Dara untuk tidak meneruskan perasaannya atau menyakiti kamu lagi. Dan karena aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa aku menyanggupinya untuk menyadarkan Dara. Dan dengan cara inilah aku bisa menyadarkan Dara, aku menyuruh Dara ke sini dan menunjukkan surat-surat itu pada Dara. Tadi memang ada sikap Dara yang ingin membuktikan cintanya dengan menyerahkan kesuciannya. Tapi setelah membaca surat ini Dara meninggalkan aku sendirian, dan pasti kamu sudah tahu bukan jawabannya? tidak ada wanita yang benar-benar tulus mencintaiku selain kamu. Dan Dara mencintaiku hanya sebatas nafsu saja." Ucap Danish dengan serius.     

Ayraa terdiam setelah mendengar apa yang diceritakan Danish padanya.     

"Tapi Kak Danish, apa yang Kak Danish lakukan ini bisa berakibat tidak baik. Bagaimana kalau tadi Dara benar-benar mencintai kak Danish dan mau menyerahkan kesuciannya demi Kak Danish? apa terus Kak Danish akan menerima Dara?' tanya Ayraa merasakan kecemburuan dalam hatinya.     

"Tentu saja aku tetap tidak akan menerimanya sayang.. karena aku adalah milikmu.. hanya milikmu. Dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu selain kematian yang bisa memisahkan kita." ucap Danish seraya memeluk Ayraa dengan perasaan yang di penuhi oleh cinta.     

"Benarkah? apa yang Kak Danish katakan kalau Kak Danish hanya milikku? aku takut kalau Kak Danish pergi dariku. Aku tidak akan sanggup melalui hari-hari tanpa Kak Danish, tanpa cinta Kak Danish." ucap Ayraa seraya menyandarkan kepalanya di dada Danish yang masih telanjang.     

"Iya sayang... aku hanyalah milikmu dan aku juga tidak akan sanggup kalau jauh darimu." ucap Danish dengan tersenyum.     

"Maafkan aku ya Kak Danish hampir saja aku terkalahkan oleh rasa cemburuku. Tapi karena kesabaran Kak Danish, aku selalu bisa merasa tenang tanpa ada kemarahan lagi." ucap Ayraa semakin menenggelamkan kepalanya dada Danish.     

"Kita bisa saling menenangkan Ayraa, karena ada cinta di dalamnya. Cinta yang benar-benar tulus...bukan hanya sebatas nafsu." ucap Danish seraya mengecup kening Ayraa dengan penuh perasaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.