THE BELOVED ONE

INGIN MENJAGA AYRAA



INGIN MENJAGA AYRAA

0"Niluh, tolong ambil minyak kayu putih untuk Ayraa agar cepat sadar." ucap Bara tidak Ingin jauh-jauh dari Ayraa.     
0

Walau hati Niluh terluka tetap saja, Niluh menuruti apa yang diperintahkan Bara untuk mengambil minyak kayu putih buat Ayraa.     

"Sekarang oleskan minyak kayu putih ini pada Ayraa agar tubuhnya hangat." ucap Bara memberikan perintah lagi pada Niluh.     

Tanpa menolak keinginan Bara, Niluh mengoleskan minyak kayu putih pada tubuh tertentu Ayraa.     

"Niluh, kamu ikut denganku ke rumah sakit. Aku akan membawa Ayraa ke sana. Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada Ayraa." ucap Bara sambil mengangkat tubuh Ayraa yang masih belum sadar.     

"Aku menunggumu di mobil, jangan lupa bawa tasnya Ayraa juga." ucap Bara sambil berjalan cepat membawa Ayraa ke mobilnya.     

Sambil menunggu Niluh, Bara mengambil selimut yang ada di belakang mobil dan menyelimuti Ayraa yang di baringkan di kursi mobil.     

Tidak berapa lama Niluh datang dengan membawa tas Ayraa dan pakaian basah milik Ayraa.     

"Cepat masuklah Niluh, kita harus cepat-cepat ke rumah sakit." ucap Bara pada Niluh kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.     

Sampai di rumah sakit, Bara keluar dari mobilnya kemudian mengangkat tubuh Ayraa dan membawanya cepat ke arah ruang UGD.     

"Suster tolong, teman saya pingsan belum sadar juga sampai sekarang." ucap Bara pada perawat jaga dengan wajah cemas.     

Niluh yang melihat sikap Bara begitu perhatian pada Ayraa terselip rasa cemburu di hatinya, namun Niluh tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya berdiri dan menatap Bara dengan rasa kecemasannya.     

"Bara sebaiknya kita tunggu di depan, biarkan Dokter memeriksa keadaan Ayraa." ucap Niluh seraya menarik lengan Bara.     

Bara menurut apa kata Niluh, karena memang tidak ada yang bisa dia lakukan untuk bisa membantu Ayraa selain Dokter yang memeriksanya sekarang.     

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Dokter jaga memanggil Bara dan Niluh.     

"Bagaimana keadaan Ayraa Dokter? apa Ayraa baik-baik saja? apa Ayraa sudah sadar?" tanya Bara dengan beruntun mencemaskan keadaan Ayraa.     

"Keadaan pasien baik-baik saja hanya masih lemah dan selamat saya ucapkan karena pasien dalam keadaan hamil dengan usia kandungan sudah empat Minggu. Apakah anda suami pasien?" Tanya Dokter tersebut dengan tersenyum mengulurkan tangannya menyalami Bara.     

Tanpa bisa berkata apa-apa Bara menyambut uluran tangan Dokter yang memberi selamat padanya.     

"Ayraa hamil?" jerit hati Bara semakin terluka hatinya.     

"Sekarang kalian bisa melihat pasien di dalam karena pasien sudah sadar." ucap Dokter tersebut kemudian pergi meninggalkan Bara dan Niluh.     

Niluh yang mendengar tentang kehamilan Ayraa sangat bahagia karena tidak ada kesempatan bagi Bara untuk mendapatkan Ayraa. Tapi tidak bagi Bara setelah mendengar kehamilan Ayraa hatinya semakin terluka karena Ayraa hamil hasil dari suaminya bukan dari dirinya.     

Dengan penuh perhatian, Niluh menggenggam tangan Bara yang terlihat lemas setelah mendengar berita tersebut.     

"Ayo.. Bara, kita masuk ke dalam." ucap Niluh membawa masuk Bara ke dalam kamar di mana Ayraa sudah sadar.     

Ayraa menatap Bara yang sedang menundukkan wajahnya tanpa melihat ke arah Ayraa.     

"Bara.. kemarilah." panggil Ayraa dengan suara lemah.     

Bara mengangkat wajahnya, tidak percaya Ayraa memanggilnya.     

Dengan perasaan ragu Bara mendekati Ayraa.     

Mengetahui Ayraa dan Bara yang terlihat serius, Niluh meninggalkan mereka berdua dan menunggu di depan kamar dengan hati sedih dan terluka.     

"Ya Ayraa." sahut Bara duduk di samping Ayraa.     

"Terima kasih ya, telah menolongku." ucap Ayraa dengan tulus.     

"Sama-sama, atas nama Dara aku minta maaf padamu.. karena ulah Dara kamu jadi seperti ini." ucap Bara dengan tatapan sedih.     

"Tidak apa-apa, semua sudah berlalu dan yang penting aku sudah tidak apa-apa kan?" ucap Ayraa sambil tersenyum.     

"Apa kamu sudah diberitahu Dokter kalau kamu sekarang dalam keadaan hamil?" tanya Bara dengan perasaan kecewa.     

"Benarkah? benarkah aku hamil? aku belum diberitahu dokter sama sekali. Ya Tuhan.. aku hamil? aku akan menjadi seorang ibu. Pasti Kak Danish akan gembira mendengar hal ini. Bagaimana dengan keadaan kandunganku? apa kamu tahu Bara?" tanya Ayraa pada Bara sambil menggenggam tangan Bara.     

Hati Bara berdesir saat kulit lembut Ayraa menggenggam tangannya.     

"Kalau kamu sudah sehat, kita bisa memeriksakannya ke Dokter kandungan agar kamu tahu keadaan bayi kamu." ucap Bara seolah-olah dia merasakan menjadi suami Ayraa.     

"Ya.. tentu saja aku ingin cepat mengetahui keadaan kandunganku karena ada sesuatu yang harus aku jelaskan pada Dokter." ucap Ayraa saat mengingat penyakit yang diderita Danish, Ayraa takut bayinya tidak sehat.     

"Sekarang bagaimana keadaanmu? sudah baikan atau masih lemas? kalau kamu masih lemas aku akan menunggumu sampai kamu pilih kembali." ucap Bara dengan penuh perhatian.     

"Aku masih sedikit lemas, beberapa hari terakhir aku merasa lapar terus... ternyata penyebabnya karena aku hamil." ucap Ayraa dengan tersenyum bahagia.     

"Baiklah aku akan ke kantin mencari makan buat kamu. Sementara kamu bisa bersama Niluh." ucap Bara dengan wajah memerah karena bahagia, disaat Ayraa hamil dia orang yang pertama mengetahuinya dibanding Danish suaminya.     

Ayraa menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Bara.     

Setelah Bara pergi Niluh masuk dengan membawa tas Ayraa dan menyerahkannya pada Ayraa.     

"Kamu tidak ingin mengabari suamimu kalau kamu ada di sini Ayraa?" tanya Niluh ingin Danish cepat datang agar Bara bisa pulang bersamanya.     

"Iya...aku belum mengabari Kak Danish. Sekarang aku akan mengabarinya." ucap Ayraa seraya mengambil ponselnya dari dalam tasnya.     

"Hallo.. Kak Danish? Kak Danish sudah pulang belum?" tanya Ayraa sambil melihat jam di dinding kamar yang sudah menunjukkan pukul empat sore.     

"Ini sudah mau pulang sayang, apa kamu sudah ada di rumah?" tanya Danish belum tahu keadaan Ayraa.     

"Aku sekarang ada di rumah sakit Kak." ucap Ayraa tanpa memberitahu tentang kehamilannya karena Ayraa ingin memberi kejutan pada Danish saat sudah dihadapannya.     

Seketika Danish terkejut mendengar kabar dari Ayraa.     

"Apa? kamu di rumah sakit sayang? kamu kenapa? di rumah sakit mana sekarang? Aku akan segera kesana." ucap Danish dengan perasaan cemas dan panik.     

"Aku tidak apa-apa Kak, Kak Danish tenang saja. Aku ada di Rumah sakit Mutiara, Kak Danish segera kesini ya? tapi hati-hati di jalan ya Kak, jangan ngebut." ucap Ayraa menenangkan hati Danish, karena Ayraa tidak ingin Danish kenapa-kenapa.     

Setelah bicara dengan Danish, Ayraa memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya bersamaan Bara yang membawa semangkok bubur dari kantin.     

"Ayraa aku membawa bubur untukmu agar kamu sehat kembali." ucap Bara tersenyum pada Ayraa, kemudian menatap ke arah Niluh memberikan kode agar Niluh pergi.     

Dengan menghela nafas panjang, Niluh pergi meninggalkan Bara dan Ayraa.     

"Aku suapi ya Ayraa? aku ingin menjagamu saat ini." ucap Bara dengan suara pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.