THE BELOVED ONE

CINTA YANG TAK BISA SIRNA



CINTA YANG TAK BISA SIRNA

0Dengan langkah cepat Chello masuk ke dalam apartemennya setelah selesai ambil mata kuliah pagi.     
0

"Tidak biasanya sudah pulang Chell?" tanya Arkan sahabat Chello yang baru sejak tinggal di Filipina.     

"Iya... aku kurang enak badan, mau istirahat." jawab Chello seraya menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.     

"Chell, kamu dengar kabar tidak kalau dari beberapa teman kita ada yang ikut membantu di garis depan sebagai relawan di basis Utara akan bisa langsung mendapatkan gelar kedokteran." ucap Arkan menatap penuh wajah Chello yang sedang berbaring.     

"Apa benar katamu Ar? kalau kita ikut ke sana sebagai relawan kita langsung mendapat gelar kedokteran?" tanya Chello ketika bangun dari tidurnya menatap Arkan dengan serius.     

"Iya benar... tapi paling sedikit kita harus di sana kurang lebih tiga tahun baru kita akan dipulangkan dan mendapat gelar kedokteran tersebut, semacam ada kontrak tertulis." jelas Arkan.     

"Kalau berita itu benar, aku mau daftar ke sana daripada di sini juga aku terkadang bosan.     

Suasananya kurang mendukung." ucap Chello merasakan kesepian yang dalam tanpa ada Ayraa disampingnya.     

"Menurutku bukan suasananya yang kurang mendukung Chell, tapi hati kamu yang kurang mendukung. Karena hati kamu tidak ada di sini tapi ada di Indonesia." ucap Arkan yang sudah mengetahui semua cerita tentang Ayraa.     

"Iya benar juga katamu, aku tidak bisa fokus ke mata kuliah. Aku pikir dengan menjauh dari Ayraa aku bisa melupakannya tetapi ternyata tidak semakin aku ingin melupakannya kenanganku bersama Ayraa semakin menghimpit perasaanku. Aku tidak bisa melupakan kenangan dan perasaan ku pada Ayraa." ucap Chello dengan wajah sedih.     

"Kalau kamu memang tidak bisa melupakannya, hubungi saja dia. Kalian kan bersahabat jadi tidak ada salahnya kalau sesama sahabat itu saling memberi kabar. Bukan malah menghilang...kalau kamu menghilang, ya....beginilah resikonya, kamu sendiri yang merasakan kesepian itu bukan?" ucap Arkan memberi saran pada Chello untuk menghubungi Ayraa.     

"Aku sudah tidak ada keberanian untuk menghubungi Ayraa, aku takut perasaanku akan semakin mendalam dan akan semakin sulit untuk melupakannya." ucap Chello merasakan kerinduan yang sangat dalam.     

"Apa kamu tahu kabar Ayraa sekarang?" tanya Arkan melihat Chello yang semakin terlihat sedih akan rindunya pada Ayraa.     

"Dalam satu bulan ini aku tidak tahu kabar tentang Ayraa, karena aku tidak bertanya pada Bunda Nicky." jawab Chello dengan perasaan putus asa.     

"Bagaimana kalau sekarang kita menghubungi Ayraa? kalau kamu tidak mau bicara dengannya, biar aku yang bicara dengan Ayraa." ucap Arkan memberi saran pada Chello agar kerinduannya pada Ayraa sedikit terobati.     

"Terserah kamulah Ar, bagaimana baiknya. Aku berharap Ayraa baik-baik saja dan bahagia dengan Danish." ucap Chello berharap bisa mendengar suara Ayraa walau hanya sekejap.     

"Baiklah biar aku yang menghubungi Ayraa sekarang. Aku juga ingin mengenal Ayraa." ucap Arkan kemudian meminta nomor Ayraa pada Chello.     

Setelah mendapatkan nomor dari Chello segera Arkan menghubungi Ayraa.     

"Hallo.. apa benar ini Ayraa?" tanya Arkan setelah panggilannya diterima oleh Ayraa.     

"Benar...aku sendiri Ayraa." jawab Ayraa disana dengan perasaan penuh tanda tanya.     

"Mungkin kamu tidak mengenalku.. tapi aku sangat mengenalmu, kenalkan aku Arkan teman Chello kamu masih ingat Chello bukan?" tanya Arkan cara menyalakan speaker ponselnya agar Chello bisa mendengarnya juga.     

"Kamu teman Chello? berarti kamu sekarang ada di Filipina! di mana Chello sekarang?" tanya Ayraa seketika senang saat tahu Arkan adalah teman Chello.     

"Emm... Chello masih keluar sebentar. Mungkin sebentar lagi akan kembali." jawab Arkan sedikit berbohong karena Chello memberikan kode padanya untuk tidak memberikan ponselnya kepadanya.     

"Ohh.. keluar ke mana? apakah keadaan s     

Chello baik-baik saja? sudah lama aku tidak bertemu dengan Chello, aku sangat merindukannya." ucap Ayraa merasakan kerinduan pada Chello.     

"Chello juga merindukanmu, untuk itu Chello memintaku untuk menghubungimu. Chello ingin tahu keadaanmu sekarang. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Arkan sesuai dengan pesan Chello menanyakan keadaan Ayraa.     

"Aku baik-baik saja, saat ini aku sedang hamil satu bulan. Aku ingin sekali mendengar suara Chello. Apa Chello kembalinya lama? aku mau pulang jemputan sudah datang." ucap Ayraa ingin sekali bicara dengan Chello tapi Chello belum datang.     

Mendengar Ayraa hamil hati Chello menangis antara bahagia dan hatinya yang sangat sedih.     

"Syukurlah kalau kamu hamil, Chello pasti akan senang mendengarnya. Ya sudah Ayraa nanti aku beritahu Chello untuk menghubungi." ucap Arkan ikut merasakan kesedihan Chello yang terlihat jelas di wajah Chello.     

"Oke...aku pergi dulu ya bye." ucap Ayraa seraya menutup panggilannya.     

"Arkan, ayo ikut aku ke kampus. Aku mau daftar ikut jadi sukarelawan di basis Utara." ucap Chello dengan hati yang sudah pasti karena sudah tidak ada yang membuatnya bisa bertahan dalam kesendirian selain menjauh pergi dan menghilang.     

"Chell, jangan terburu-buru. Kamu harus memikirkannya sungguh-sungguh. Kamu harus bicara dengan orang tua kamu lebih dulu." ucap Arkan ikut merasakan kepedihan Chello hingga nekat harus pergi ke basis Utara.     

"Tidak perlu aku pikirkan lagi Arkan. Ayo kita ke kampus sekarang." ucap Chello seraya mengambil jaketnya untuk segera ke kampus.     

"Chello, aku minta pikirkan lagi. Jangan tergesa-gesa." ucap Arkan ikut putus asa melihat Chello yang keras kepala.     

"Aku sudah memikirkannya Ar." ucap Chello berjalan keluar di ikuti Arkan yang berjalan di sampingnya.     

Tanpa banyak bicara Chello menjalankan mobilnya ke kampusnya yang lumayan cukup jauh.     

Tiba di kampus segara Chello menemui dosen yang mengurusi untuk mahasiswa relawan yang belajar gratis sekaligus praktek di basis Utara sebagai relawan.     

Setelah mengikuti interview dan lolos, Chello tinggal di wajibkan meminta persetujuan dari orang tua.     

Chello termenung sejenak, untuk mendapatkan persetujuan itu Chello harus memberitahu Ayah dan Bundanya.     

"Chell, apa kamu yakin dengan semua ini?" tanya Arkan sangat kuatir dengan keadaan Chello yang tidak membaik setelah mendapat kabar dari Ayraa tentang kehamilannya.     

"Aku sangat yakin Ar, jangan berusaha membuatku berubah pikiran." ucap Chello seraya menghubungi Bundanya untuk meminta persetujuan.     

"Bunda." panggil Chello setelah panggilannya di terima Bundanya.     

"Ya Chello, bagaimana keadaanmu sekarang? sudah satu minggu kamu belum mengabari Bunda." ucap Hana sangat rindu pada putranya.     

"Ya Bunda, maaf aku sedang sibuk dalam satu minggu ini mengikuti baksos kampus." jelas Chello seraya menghela nafas panjang sebelum mengutarakan keinginannya untuk pergi ke basis Utara.     

"Bunda, ada yang ingin aku bicarakan dengan Bunda." ucap Chello ragu-ragu untuk memulai percakapannya.     

"Mau bicara tentang apa sayang?" tanya Hana dengan perasaan tidak enak.     

"Aku mau ke basis Utara untuk mendapatkan gelar sarjana Dokter. Di sana selama tiga tahun." ucap Chello menunggu reaksi hebat dari Bundanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.