THE BELOVED ONE

KEDATANGAN CAYLA KANSYA



KEDATANGAN CAYLA KANSYA

0"Bukannya tadi kamu bilang tidak suka Ayraa? Kenapa kamu habiskan sayang? lalu es krim ini bagaimana?" tanya Danish menunjukkan dua es krim yang baru dibelinya.     
0

"Biar aku habiskan juga Kak...aku suka es krimnya semu." ucap Ayraa dengan tersenyum mengambil dua es krim yang ada di tangan Danish dan menjilatnya dengan lahap.     

Danish menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ayraa yang begitu sangat lahap menghabiskan es krimnya.     

"Bagaimana Ayraa? Apa kamu sudah puas dan senang dengan menghabiskan empat es krim sekaligus?" ucap Danish tersenyum sambil mengusap rambut kepala Ayraa.     

"Sudah sangat puas Kak, sekarang kita pulang. Perutku sudah kenyang dengan es krim." ucap Ayraa dengan hati bahagia menggandeng tangan Danish dan berjalan ke mobil yang ada di pinggir jalan.     

"Sekarang biar aku yang menyetir Ayraa, Kamu sudah terlihat kekenyangan. Kalau kamu mengantuk tidur saja nanti ya." ucap Danish seraya masuk ke dalam mobilnya diikuti Ayraa yang terlihat kekenyangan.     

Tiba di rumah Ayraa keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah dalam keadaan kenyang dan mengantuk berat.     

Namun langkah kaki Ayraa berhenti seketika saat melihat seseorang yang sudah lama tidak di jumpainya berdiri tepat di depan pintu di hadapannya.     

"Cayla???" panggil Ayraa dengan tatapan tak percaya seorang Cayla yang ada di negara New York sekarang berada di hadapannya.     

"Ayraa!!" teriak Cayla dengan suara nyaring berlari ke arah Ayraa dan memeluk Ayraa dengan sangat erat.     

"Kamu Cay beneran?" tanya Ayraa masih dengan tatapan tak percaya memeluk Cayla dan mencubit kedua pipi Cayla.     

"Aduhhh!! yaa...aku Cayla! Ayraa." ucap Cayla membalas mencubit hidung Ayraa dengan gemas.     

"Kamu tahu dari mana? aku tinggal di sini?" tanya Ayraa masih berdiri di depan rumah dengan memeluk Cayla.     

"Dari Bunda, Bunda memintaku pulang untuk menemaninya tapi aku bosan di rumah, tidak ada kamu dan Chello. Mau ke tempat Chello juga tidak mungkin kan? untuk itu aku ke sini." jawab Cayla panjang lebar.     

"Ayraa... sebaiknya ajak teman kamu masuk ke dalam rumah." ucap Danish yang dari tadi menunggu berdiri bersandar di pintu rumah karena kunci rumah di bawa Ayraa.     

"Ya Tuhan!! maaf kak Danish, Cayla...ayo kita masuk ke dalam." ucap Ayraa seraya membuka pintu rumah.     

"Cay, kenalkan ini suamiku Kak Danish. Kamu sudah tahu dari Bunda bukan?" tanya Ayraa dengan tersenyum meraih pinggang Danish.     

"Eihhh ya...aku tahu dari Bunda, dan Bunda juga sempat mengirim foto kalian berdua saat kajian jadi pengantin." ucap Cayla dengan tersenyum mengulurkan tangannya pada Danish.     

"Kenalkan aku Cayla saudara kembar Chello sahabat Ayraa." ucap Cayla dengan ramah.     

"Danish... suami Ayraa." ucap Danish dengan merasa canggung karena Cayla saudara Chello.     

"Ayraa, Cayla...aku tinggal dulu ya, biar kalian bisa mengobrol bebas tanpa ada gangguan." ucap Danish dengan tersenyum kemudian naik ke lantai atas untuk beristirahat.     

Ayraa menganggukkan kepalanya menatap Danish yang naik ke atas hingga tidak terlihat lagi.     

"Cayla...ada apa denganmu sampai kamu kemari?" tanya Ayraa duduk dekat dengan Cayla dengan suara pelan.     

Cayla menatap ke lantai atas memastikan Danish sudah masuk ke dalam kamarnya.     

"Chello memintaku untuk menjaga kamu dan kandungan kamu itu saja." ucap Cayla dengan suara pelan.     

"Jadi kamu jauh-jauh dari New York pulang ke Bandung dan akhirnya ke Bali hanya karena menjagaku saja? kamu tidak apa-apa kan?" tanya Ayraa tak percaya sambil menempelkan tangannya di kening Cayla.     

"Percaya tidak percaya, aku hanya menjalankan tugas dari Chello saudara kembarku." ucap Cayla dengan santai.     

"Aissshhh... kalian saudara kembar yang aneh." ucap Ayraa dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Sudah ahhh!! jangan cengeng, mana Ayraa yang pantang menangis yang tomboy yang tak punya hati?" ucap Cayla yang sifatnya setali tiga uang dengan Ayraa tidak ada femininnya sama sekali. Tapi Cayla masih bisa mengubah penampilannya saat di catwalk karena dia seorang model.     

"Aku.. sekarang sudah menikah dan akan menjadi seorang ibu Cay, perasaanku dengan sendirinya sudah luluh dan melemah sejak mengenal Kak Danish. Perasaan Kak Danish sangat lembut dan kelembutan Kak Danish itulah yang membuat hatiku jadi seperti ini mudah tersentuh dan hanyut oleh hal yang manis." ucap Ayraa dengan serius.     

"Benar kata Chello, kalau kamu sudah menjadi seorang wanita yang sempurna." ucap Cayla menggenggam tangan Ayraa.     

"Bagaimana keadaan Chello Cay? terakhir aku bicara dengannya saat dia bertekad pergi ke basis Utara." tanya Ayraa dengan tatapan sedih, karena dirinya Chello tidak bisa menjalani kehidupannya secara normal.     

"Bagaimana aku mengatakannya padamu, kalau Chello dalam keadaan tidak baik. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di garis depan di banding di camp." ucap Cayla dengan pandangan sedih.     

"Tapi Chello tidak kenapa-kenapa bukan?" tanya Ayraa serasa perutnya mulas mendengar cerita Cayla tentang Chello.     

"Tidak kenapa-kenapa, tapi nyawanya tidak bisa di pastikan akan aman selama Chello masih berada di garis depan." ucap Cayla tanpa tersenyum.     

"Semoga Chello tidak kenapa-kenapa...aku selalu mendoakan Chello setiap hari, setelah mendoakan Kak Danish." ucap Ayraa dengan jujur.     

"Terima kasih Ayraa, aku tahu kamu sangat menyayangi Chello. Aku masih ingat bagaimana kamu selalu berusaha melindungi Chello. Padahal harusnya Chello yang selalu melindungi kamu." ucap Cayla dengan tersenyum mengingat bagaimana dulu saat masih kecil Ayraa selalu membantu Chello di setiap ada perkelahian.     

"Itu aku lakukan karena Chello tidak mau melukai orang." ucap Ayraa dengan tersenyum kecil.     

"Dan sekarang Chello menempa dirinya menjadi seorang laki-laki yang tidak punya hati dengan ikut menjadi suka relawan di garis depan. Kamu ingin tahu tidak penampilan Chello sekarang? aku punya fotonya, kamu pasti tidak akan mengenalnya lagi saat bertemu." ucap Cayla seraya membuka ponselnya dan menunjukkan foto Chello yang satu Minggu lalu dia dapatkan dari Chello saat kembali ke camp.     

Kedua mata Ayraa berkaca-kaca melihat penampilan Chello yang di luar bayangannya.     

"Ya Tuhan... Chello! kamu benar Cay... kalau aku bertemu dengannya pasti aku tidak bisa mengenalinya lagi." ucap Ayraa saat melihat kulit Chello yang putih menjadi coklat dan di sekitar rahangnya tumbuh bulu halus yang cukup lebat, dengan rambut yang sedikit panjang.     

"Di sana apa tidak mengikuti peraturan Cay? untuk memotong rambut dan mencukur jambang?" tanya Ayraa dengan perasaan sedih.     

"Kalau di camp pasti mengikut peraturan Ay, tapi kalau sudah di garis depan hal itu sudah tidak berlaku selain memikirkan nyawa agar selamat." jawab Cayla berusaha menutupi rasa kesedihannya.     

"Tiga tahun Chello ada di sana Cay.. semoga Chello pulang dalam keadaan selamat dan sehat." ucap Ayraa tidak bisa membayangkan selama tiga tahun Chello melewati hari-harinya di tengah kebisingan suara peluru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.