THE BELOVED ONE

KESABARAN DANISH (1)



KESABARAN DANISH (1)

0"Ayraa... usia kandungan sekarang sudah berapa bulan?" tanya Cayla setelah sarapan bersama dengan Ayraa dan Danish.     
0

"Masih mau tiga bulan? kenapa Cay?" tanya Ayraa dengan tatapan heran.     

"Aku ingin di usia empat bulan nanti kamu segera USG dan aku akan mengambil gambarnya untuk aku kirim ke Chello siapa tahu dengan melihat keadaan kamu dan bayi kamu Chello akan punya semangat hidup untuk bertahan." ucap Cayla dengan tersenyum tanpa tahu ucapannya telah menyakiti hati Danish.     

Ayraa hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang dikatakan Cayla.     

"Ayraa, kamu kuliah jam berapa? aku antar ya? aku berangkat agak siangan." ucap Danish menyela pembicaraan Cayla dan Ayraa.     

"Biar aku saja yang mengantar Kak Danish, sekalian aku ingin tahu keadaan kampus Ayraa... siapa tahu aku minat melanjutkan kuliah lagi." ucap Cayla menghentikan keinginan Danish.     

"Kita bisa berangkat sama-sama Cayla, biar Kak Danish yang mengantar kita." ucap Ayraa tidak ingin membuat hati Danish kecewa.     

"Baiklah, aku menurut apa katamu saja Ay.     

Wanita hamil itu harus di bahagiakan bukan?" ucap Cayla dengan tersenyum tanpa memperdulikan Danish. Bagi Cayla, Danish tak lebih dari seorang laki-laki yang merebut Ayraa dari Chello. Dan itu tidak bisa di maafkan oleh Cayla karena dimata Cayla hanya Chello yang bisa membahagiakan Ayraa dengan tulus.     

Setelah selesai makan bersama Ayraa bersiap-siap untuk pergi ke kampus diantar Danish.     

"Cay... apa kamu sudah siap?" tanya Ayraa dari ruang tengah pada Cayla yang masih di dalam kamar.     

"Iya sebentar, aku sudah hampir selesai." jawab Cayla dari dalam kamar.     

Tidak beberapa lama, Cayla keluar dari kamar dengan penampilan yang beda.     

"Cay? kamu mau ke kampus atau mau kontes model?" tanya Ayraa dengan tersenyum.     

"Di New York penampilan seperti ini sudah biasa Ay." sahut Cayla sambil tersenyum memberikan sebuah coklat pada Ayraa.     

"Ayraa, ayo kita berangkat... bukannya kamu ada kelas pagi?" tanya Danish seraya membawakan megambil buku dari tangan Ayraa karena Ayraa sedang makan coklat pemberian Cayla.     

Cayla melihat perhatian Danish pada Ayraa, tapi tetap saja perhatian Danish tidak ada bandingannya jika di bandingkan dengan Chello.     

Sambil makan coklatnya yang belum habis Ayraa masuk ke dalam mobil di ikuti Cayla yang duduk di belakang.     

"Ayraa, kenapa kamu tidak duduk disini menemaniku? jadi kita bisa ngobrol dengan enak." pinta Cayla dengan tatapan memohon.     

Ayraa melihat ke arah Danish sekilas meminta persetujuan dari Danish, dan Danish menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

Tanpa menjawab ucapan Cayla, Ayraa pindah ke belakang duduk berdua dengan Cayla.     

"Ay... semalam aku vicall sama Chello, saat ini dia ada di garis depan lagi selama dua Minggu. Aku mencemaskannya, keadaannya saat ini kurang baik. Kalau kamu ada waktu hubungi Chello Ay, kasihan dia pasti membutuhkanmu saat ini." ucap Cayla dengan wajah sedih membuat Ayraa tidak tega mendengarnya.     

"Nanti kalau ada waktu kita hubungi dia ya? kamu jangan sedih seperti ini." ucap Ayraa sambil memeluk Cayla dengan sayang.     

"Benar ya Ay...kita nanti hubungi Chello." ucap Cayla menyandarkan kepalanya di bahu Ayraa.     

Ayraa menatap ke arah Danish yang terlihat sedih dan beberapa kali menghela nafas panjang.     

Tiba di kampus Ayraa dan Cayla keluar dari mobil.     

"Cay, tunggulah di sana sebentar...aku mau bicara dengan Kak Danish sebentar." sambil membuka pintu mobil depan dan masuk ke dalam mobil untuk bicara dengan Danish.     

"Kak Danish." panggil Ayraa melihat Danish terdiam menatap dirinya.     

"Jangan dimasukkan hati ucapan Cayla ya Kak." ucap Ayraa seraya meraih tangan Danish dan menggenggamnya.     

Danish tersenyum membalas genggaman tangan Ayraa.     

"Aku tidak apa-apa Ayraa, aku lah yang menyebabkan semua ini terjadi. Chello pergi dan Cayla membenciku sekarang." ucap Danish dengan menghela nafas panjang.     

"Cayla sebenarnya baik hatinya Kak, dari dulu dia selalu melindungi orang-orang yang dia sayang." ucap Ayraa tidak bisa menyalahkan Cayla juga.     

"Kamu jangan cemas Ayraa, aku tahu Chello dan Cayla adalah sahabatmu dan itu berarti mereka juga sahabatku. Dan aku yakin mereka baik, karena kamu juga wanita yang baik." ucap Danish berusaha tetap bijak menyembunyikan rasa sedihnya yang merasa tersisih bila di bandingkan berartinya dirinya dengan Chello dan Cayla.     

"Syukurlah... kalau kak Danish bisa mengerti. Aku sudah tenang sekarang." ucap Ayraa kemudian mendekatkan bibirnya pada bibir Danish dan menciumnya dengan lembut.     

"Aku masuk ke dalamnya dulu ya Kak, jangan lupa untuk makan siang dan obatnya." ucap Ayraa seraya mengusap bibir Danish dengan jarinya yang terkena lipstiknya.     

Dengan nafas lega, Ayraa keluar dari mobil dan menghampiri Cayla yang masih menunggunya.     

"Ayo Cay, ikut kelasku akan aku kenalkan pada teman-temanku." ucap Ayraa seraya menggandeng Cayla dan membawanya ke kelasnya.     

Tiba ruang kelasnya, Niluh, Dara dan Bara sudah menyambut kedatangan Ayraa.     

"Ayraa... kemarilah." panggil Dara melambaikan tangannya menyisakan tempat duduk untuk Ayraa.     

"Ada apa?" tanya Ayraa setelah berada di dekat Dara dan lainnya.     

"Siapa dia Ayraa?" tanya Niluh sambil melihat ke arah Cayla dari bawah ke atas. Penampilan Cayla yang glamor membuat semua mata tak berkedip menatap Cayla terutama para cowok yang ada di dalam kelas.     

"Ya... kenalkan dia Cayla saudaraku." ucap Ayraa seraya menarik tangan Cayla agar segera mendekat.     

"Hai...semua..aku Cayla aku saudara Ayraa dari Bandung." ucap Cayla menyapa semuanya yang ada di dalam ruangan.     

Bara yang melihat sikap Cayla yang terlalu formal hanya tersenyum dalam hati.     

"Dosennya sudah datang belum?" tanya Ayraa saat menunggu hampir lima menit belum datang juga.     

"Sebentar lagi juga datang Ayraa." ucap Bara mengamati wajah Ayraa yang terlihat gelisah.     

"Kalau tidak datang aku mau pulang saja." ucap Ayraa seraya menegakkan punggungnya.     

"Memang ada apa?" tanya Bara menatap penuh wajah Ayraa.     

"Aku mau ke kantor Kak Danish." ucap Ayraa sedikit merasa kepikiran.     

"Ohh... tunggu saja beberapa menit lagi, kalau belum datang juga kamu bisa pulang." ucap Bara penasaran dengan apa yang di pikirkan Ayraa.     

"Baiklah." Ucap Ayraa duduk kembali di samping Bara.     

Tanpa Ayraa dan Bara sadari Cayla mengamati sikap Bara yang terlihat sangat perhatian pada Ayraa.     

"Ayraa, sebaiknya kita ke kantin saja sekarang. Selagi di sini kita bisa hubungin Chello." ucap Cayla tidak ingin Ayraa berlama-lama dengan Bara yang ingin lebih lama dengan Ayraa.     

"Sebaiknya kamu tunggu di sini saja Ayraa, hanya beberapa menit saja." ucap Bara tidak mau kalah dengan Cayla.     

Ayraa menatap wajah Bara dan Cayla secara bergantian bingung harus memilih siapa, Bara atau Ayraa.     

"Sebaiknya kita tunggu sepuluh menit lagi ya Cay? kalau belum datang baru kita ke kantin ya." ucap Ayraa menatap wajah Cayla yang terlihat kecewa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.