THE BELOVED ONE

BERTAHAN DEMI AYRAA



BERTAHAN DEMI AYRAA

0"Suster!! ada apa dengan suami saya? apa yang terjadi di dalam?" tanya Ayraa mengikuti langkah cepat perawat itu.     
0

Cayla yang menguatirkan keadaan Ayraa ikut berlari mengikuti di samping Ayraa.     

"Suster tolong jawab pertanyaan saya, ada apa dengan suami saya?" tanya Ayraa lagi dengan menahan sesak di dadanya.     

"Jantung pasien melemah." jawab perawat itu yang di minta dokter untuk segera memanggil dokter Riyan.     

Mendengar jawaban perawat itu tubuh Ayraa langsung ambruk ke lantai dan pingsan. Segera Cayla menopang kepala Ayraa dan di bantu beberapa perawat Ayraa di bawah ke ruang UGD untuk di periksa keadaanya.     

Dalam keadaan pingsan Ayraa, antara sadar dan tidak sadar di hadapannya ada Danish yang duduk di sampingnya dengan tersenyum.     

"Bangunlah sayang." ucap Danish dengan wajah yang terlihat sangat tampan di mata Ayraa.     

"Kak Danish...Kak Danish tidak apa-apa? Kak Danish baik-baik saja?" tanya Ayraa segera bangun dari tidurnya kemudian memeluk Danish dengan sangat erat.     

"Aku tidak apa-apa Ayraa...kamu jangan mencemaskan aku." ucap Danish mengusap lembut wajah Ayraa.     

"Bagaimana aku tidak mencemaskan Kak Danish yang terluka dan berdarah? dan sekarang Kak Danish sudah tidak kenapa-kenapa? bagaimana bisa?" tanya Ayraa menangkup wajah tampan Danish.     

"Aku memang tidak kenapa-kenapa Ayraa, sebentar lagi aku pergi ke tempat yang jauh. Dan kamu di sini harus bisa menjaga bayi kita." ucap Danish seraya memeluknya erat Ayraa seolah-olah tidak ingin melepaskan Ayraa.     

"Kak Danish bilang apa? tidak!!! kak Danish tidak boleh pergi ke mana-mana! Kak Danish harus tetap bersamaku!" ucap Ayraa menangis pilu.     

"Tapi aku harus pergi Ayraa... aku tidak bisa bertahan lagi." ucap Danish dengan tatapan nanar.     

"Tidak Kak Danish!! Jangan pergi!!! aku mohon jangan tinggalkan aku Kak Danish." ucap Ayraa di sela-sela Isak tangisnya.     

"Maafkan aku Ayraa... seandainya aku bisa bertahan..aku pasti akan bertahan untukmu." ucap Danish dengan berat hati melepas pelukannya dan berjalan menjauh dari tempat Ayraa yang berteriak tidak berhenti memanggil namanya.     

"Kak Danishhhhhhh!! jangan pergiiiiii!!! aku mohon Kak...jangan tinggalkan aku sendirian Kak... kasihan bayi kita Kak." ucap Ayraa duduk bersimpuh dengan air mata yang menetes di pipinya.     

Danish menatap Ayraa dari dengan hati yang terasa berat.     

"Apa kamu berat meninggalkan Ayraa?" tanya sebuah suara yang Danish tidak mengetahuinya.     

"Aku sangat berat meninggalkannya sendirian di saat dia mengandung darah dagingku yang belum lahir." jawab Danish dengan tatapan hampa.     

"Apa kamu ingin menunggu bayi kamu lahir?" tanya suara itu.     

"Aku ingin ada kesempatan untuk bisa menjaga istri dan anakku hingga aku sudah tidak mampu lagi untuk bertahan." ucap Danish dengan tatapan penuh harap.     

"Kalau kamu ingin menjaganya bertahanlah agar kamu bisa kembali padanya." ucap suara itu lagi kemudian menghilang dari pandangan Danish.     

Dengan hati yang di penuhi kebahagiaan Danish berlari secepat mungkin menghampiri Ayraa.     

"Ayraaaaa!" panggil Danish setelah berada di hadapan Ayraa.     

"Kak Danish... kak Danish." panggil Ayraa mengangkat wajahnya menatap wajah Danish dengan penuh kebahagiaan.     

"Aku telah kembali untukmu Ayraa." ucap Danish dengan tatapan penuh seraya memeluk Ayraa dengan sangat erat.     

"Ayraa.... Ayraa... bangunlah Ayraa.... sadar." panggil Cayla merasa cemas melihat keadaan Ayraa yang belum sadar juga ruang operasi Danish dalam keadaan kritis antara hidup dan mati.     

Perlahan kedua mata Ayraa terbuka dan menatap Cayla yang ada di hadapannya.     

"Cayla ada apa? apa yang terjadi? kenapa aku di sini?" tanya Ayraa sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing dan memikirkan apa yang barusan terjadi antara dirinya dan Danish.     

"Kamu pingsan Ayraa hampir satu jam." jawab Cayla masih dengan perasaan cemas.     

"Aku pingsan hampir satu jam? tidak mungkin aku tidak pingsan Cay. Aku memang tertidur dan terbangun saat Kak Danish memanggilku. Kita bicara panjang lebar dan Kak Danish sekarang sudah kembali. Kak Danish tidak jadi pergi Cay." ucap Ayraa menceritakan apa yang terjadi barusan antara dirinya dan Danish pada Cayla.     

"Bagaimana Kak Danish bisa bersamamu? Kak Danish sekarang masih ada di ruang operasi dalam keadaan kritis Ayraa. Dan kamu pingsan saat mendengar jantung Kak Danish melemah." ucap Cayla seraya mengusap wajah Ayraa agar Ayraa mengingat semuanya.     

Ayraa terdiam berusaha mengingat apa yang terjadi pada dirinya kemudian tiba-tiba kedua mata Ayraa berkaca-kaca dan menangis sedih.     

"Aku baru mengingatnya Cayla.. Kak Danish jantungnya melemah, bagaimana keadaannya sekarang Cayla? aku harus melihatnya." ucap Ayraa seraya turun dari tempat tidurnya kemudian keluar kamar dan berjalan ke ruang operasi.     

"Kamu tenang Ayraa Kak Danish masih di dalam, operasinya masih belum selesai dari satu jam yang lalu." ucap Cayla seraya memeluk bahu Ayraa.     

"Ya Tuhan!! tapi tadi keadaan Kak Danish tidak apa-apa Cay, kak Danish dalam keadaan baik-baik saja." ucap Ayraa dengan kedua matanya yang mengalir deras.     

"Kamu tenang ya Ay...Kak Danish pasti tidak akan apa-apa. Kak Danish akan bertahan untukmu karena aku tahu Kak Danish sangat mencintaimu." ucap Cayla memeluk Ayraa merasakan kesedihan Ayraa.     

"Bagaimana aku bisa tenang kalau di dalam sana Kak Danish dalam keadaan kritis dengan jantungnya yang semakin lemah. Aku harus bagaimana Cay? tadi aku berharap apa yang aku alami adalah hal yang nyata tapi ternyata semuanya hanya mimpi." ucap Ayraa di sela-sela tangisnya.     

Cayla tak bisa berkata apa-apa selain hanya bisa memeluk Ayraa dengan sangat erat.     

"Sabar ya Ay..kita tunggu sebentar lagi. Semuanya akan baik-baik saja, kita harus percaya itu." ucap Cayla ikut menangis dalam diam merasa bersalah pada Danish yang selama ini di anggapnya telah menjadi duri dalam daging hanya menginginkan harta Ayraa sebagai Putri tunggal Ayah Bagas.     

"Dengan keluarga pasien Danish Aillen." panggil Dokter yang barusan keluar dari ruang operasi.     

Segera Ayraa dan Cayla berlari menghampiri Dokter yang berdiri di depan pintu ruang operasi.     

"Ya Dokter, bagaimana dengan keadaan suami saya?" tanya Ayraa dengan dadanya yang semakin terasa sesak.     

"Syukurlah suami anda telah melewati masa kritisnya dan sekarang masih dalam keadaan belum sadar butuh beberapa jam untuk segera sadar. Semoga sebelum satu jam pasien bisa sadar kembali.Tapi tetap seperti yang kami informasikan sebelumnya kalau pasien sementara ini harus berada di tempat tidur atau kursi roda karena tulang punggung pasien mangalami keretakan." jelas Dokter tersebut panjang lebar.     

"Syukurlah Dokter kalau suami saya sudah melewati masa kritisnya itu yang sangat terpenting. Mengenai masalah keretakan pada tulang punggung suami saya.. jalan keluar apa yang bisa membuat suami saya bisa sembuh kembali Dokter?" tanya Ayraa dengan serius.     

"Mengenai hal itu, kita akan bicarakan setelah pasien sadar lebih dahulu karena semua keputusan ada pada pasien yang akan menjalaninya." ucap Dokter tersebut dengan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.