THE BELOVED ONE

SAMA-SAMA MERASA BERSALAH



SAMA-SAMA MERASA BERSALAH

0"Hana...sebaiknya kamu pulang sekarang, Raka kecelakaan tapi tidak terlalu parah, dia sudah ada di rumah sekarang." ucap Nicky yang belum tahu kehamilan Hana.     
0

"Apa Rin? Raka kecelakaan? kenapa bisa terjadi?" tanya Hana dengan perasaan cemas.     

"Raka sedang mencarimu, kemungkinan karena terlalu memikirkan kamu jadi tidak fokus saat mengendarai mobil." jawab Nicky duduk di samping Bagas sedang menjaga Raka yang sedang tidur setelah pulang dari rumah sakit.     

"Kamu sekarang ada di mana Nick?" tanya Hana dengan perasaan bersalah karena dirinya Raka jadi mengalami kecelakaan.     

"Aku dan Bagas menjaga Raka dari tadi, untuk itu cepatlah pulang. Kasihan Raka tidak ada yang menjaganya pergelangan tangannya retak." ucap Nicky dengan suara pelan tidak ingin membuat Raka terbangun.     

"Oke...oke Rin, aku akan segera pulang." ucap Hana dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.     

Di saat datang kebahagiaan karena dirinya hamil, saat itu juga rasa kebahagiaannya menjadi sedih karena Raka mengalami kecelakaan.     

"Ya sudah, aku dan Bagas akan menjaga Raka sampai kamu datang." ucap Nicky sambil menatap Bagas yang sedang menatapnya.     

"Bagaimana sayang? apa Hana mau pulang untuk melihat Raka?" tanya Bagas yang saat ini memakai tongkat penyangganya lagi sejak di perintahkan oleh dokter untuk pakai alat knee agar tukang lutut Aska menjadi kuat kembali.     

"Ya dia akan datang, mungkin dua jam perjalanan kalau Hana lewat tol." sahut Nicky sambil melihat ke arah lutut Bagas.     

"Apa masih terasa nyeri sayang?" tanya Nicky dengan penuh perhatian.     

Walau ingatannya belum kembali, Nicky sudah merasakan ada sesuatu yang di ingat sedikit tentang Bagas dan Hana.     

"Sudah lumayan Nick." sahut Bagas dengan tersenyum mendapat perhatian yang semakin berlimpah dari Nicky.     

"Syukurlah Gas, jangan dulu bekerja terlalu keras. Ingat kesehatanmu lebih penting dari pekerjaan. Aku tidak ingin menangis seperti saat kamu koma, sampai aku harus mengancam akan menikah dengan orang lain." ucap Nicky tanpa sadar ada yang teringat dalam memorinya.     

"Nicky...apa yang kamu ucapkan barusan?" tanya Bagas dengan tatapan tak percaya.     

"Apa? aku mengatakan yang sebenarnya kan Gas?" ucap Nicky dengan wajah serius.     

"Bukan masalah itu sayang, apa yang kamu ucapkan soal ancaman itu...aku belum pernah menceritakannya padamu." ucap Bagas dengan perasan bahagia yang tak bisa lagi dia uraikan dengan kata-kata.     

Nicky menatap wajah Bagas dengan tatapan tak berkedip.     

"Benarkah? jadi apa yang aku bilang tadi dari ingatanku yang hilang?" tanya Nicky dengan tatapan matanya yang sudah berkaca-kaca.     

"Ya Nick, semoga lambat laun ingatanmu bisa kembali seluruhnya." ucap Bagas memeluk Nicky dengan perasaan bahagia.     

"Aamiin sayang." ucap Nicky membalas pelukan Bagas lebih erat.     

"Eum.. sudah hampir dua jam Raka belum bangun juga." ucap Bagas sambil melihat ke arah Raka yang masih terpejam rapat.     

"Mungkin karena pengaruh obatnya Gas, untung saja Raka seorang dokter jadi bisa menolong dirinya sendiri sebelum pertolongan datang." ucap Nicky ikut melihat Raka yang masih tertidur.     

"CEKLEK"     

Pintu kamar terbuka terlihat wajah Hana dengan matanya yang sembab.     

"Nicky! bagaimana Raka?" tanya Hana melihat Raka yang terbaring dengan mata yang terpejam.     

"Masih belum bangun mungkin karena pengaruh obatnya, atau menunggu kamu mungkin." ucap Nicky dengan nada menggoda.     

Wajah Hana memerah mendengar ucapan Nicky yang menggodanya.     

"Gas, Bagaimana kabarmu? kakimu sudah baikan kan?" tanya Hana sambil melihat arah lutut kaki Bagas yang tertutup celana.     

"Alhamdulillah, sudah lumayan baik Han." jawab Bagas dengan tersenyum.     

"Syukurlah kalau begitu, oh ya...ada yang ingin aku beritahukan pada kalian tentang sesuatu yang mungkin akan membuat kalian berdua bahagia." ucap Hana dengan sebuah senyuman.     

"Tentang apa?" tanya Nicky penasaran.     

"Aku tadi pagi melakukan testpack dan hasilnya positif, aku hamil anaknya Raka." ucap Hana dengan tersenyum.     

"Yang benar??? Han? kamu hamil? Aaahhh Hana.. akhirnya kamu hamil juga." teriak Nicky tanpa sadar teriakannya membangunkan Raka.     

"Selamat ya Han, atas kehamilanmu... semoga nanti kita bisa berbesan ya?" ucap Nicky ikut bahagia atas kehamilannya Hana.     

"Hana." panggil Raka dengan suara lemah yang tak percaya dengan apa yang di ucapkan Nicky.     

Melihat Raka sudah terbangun dari tidurnya Hana melihat ke arah Raka dan menghampirinya.     

"Hana, Raka... kita pulang dulu ya? Selamat buat kalian berdua sebentar lagi juga akan menjadi seorang ayah dan ibu seperti kita berdua." ucap Nicky tersenyum bahagia.     

"Terima kasih ya Nick, sudah menjaga Raka." ucap Hana dengan tulus.     

"Sama-sama bukannya kita sudah seperti saudara sejak kita sama-sama mengajar." ucap Nicky tanpa sadar lagi telah mengatakan sebagian dari ingatan yang hilang.     

"Nicky!!! kamu telah mengingatku?" tanya Hana seraya memeluk Nicky sedang perasaan yang sangat bahagia.     

"Ya.. sejak tadi pagi Nicky sepertinya telah mendapatkan beberapa ingatannya yang hilang." ucap Bagas memeluk bahu Nicky setelah Hana melepas pelukannya.     

"Syukurlah Gas, akhirnya Nicky kamu telah kembali." ucap Raka seraya meraih tangan Hana dan menggenggamnya dengan erat tak ingin Hana cemburu lagi.     

"Oke..kita pulang dulu ya... selesaikan masalah kalian dengan baik-baik." ucap Nicky memeluk Hana dan mencium pipi kanan kiri Hana.     

Sambil memeluk pinggang Bagas, Nicky keluar dari kamar meninggalkan Raka dan Hana yang masih berpegangan tangan.     

"Hana, kemarilah." panggil Raka dengan suara pelan.     

"Ya Ka.. maafkan aku, karena aku kamu jadi terluka." ucap Hana seraya memeluk Raka dengan sangat erat.     

"Aku yang minta maaf padamu Han, aku tidak sengaja telah menyakiti hatimu." ucap Raka membalas pelukan Hana dengan penuh kerinduan.     

"Katakan padaku sekarang Han? di mana kamu selama ini, aku sudah mencarimu ke mana-mana, tinggal butik kamu yang di Bogor yang belum aku datangi. Rencanaku tadi pagi berangkat tapi aku kecelakaan di jalan." ucap Raka masih memeluk Hana dengan erat.     

"Ya Ka, aku ada di Bogor dan aku berniat untuk memberitahumu juga kalau aku hamil dan itu bayi kamu." ucap Hana di sela isak tangis bahagianya.     

"Benarkah apa yang kamu katakan Han? kita akan punya anak? aku akan menjadi seorang ayah?" tanya Raka yang baru percaya saat Hana mengatakannya lagi.     

"Ya Ka, aku juga baru tahu tadi pagi." ucap Hana dengan tertawa lirih.     

"Kamu tidak akan meninggalkan aku lagi kan Hana? aku merasakan kesepian tanpa kamu." ucap Raka dengan jujur.     

"Aku juga, kesepian tanpa kamu Ka....aku sangat merindukanmu." ucap Hana dengan memeluk Raka erat melepas kerinduannya.     

"Berjanjilah padaku, kalau kamu marah atau cemburu padaku... harus bilang jangan main kabur." ucap Raka tersenyum bahagia.     

"Ya...aku berjanji padamu tidak akan main kabur lagi, tapi aku langsung menghukummu dengan tidak memberikan jatah padamu." ucap Hana dengan tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.