THE BELOVED ONE

BERAT TUK MELEPASKAN



BERAT TUK MELEPASKAN

0"Ayraa? kamu di sini?" panggil Chello tidak percaya Ayraa menemuinya dengan pakaian kebaya pengantin.     
0

"Chello!! kamu jahat sekali..aku membencimu, sangat membencimu!" teriak Ayraa seraya memukuli dada Chello bertubi-tubi kemudian memeluk Chello dengan sangat erat dan menumpahkan tangisannya di dada Chello.     

Chello terdiam hanya bisa membalas dengan memeluk Ayraa dengan sangat erat.     

"Sudah Ayraa, jangan menangis lagi... malu di lihat orang, apalagi dengan pakaianmu seperti ini?" ucap Chello dengan dengan tersenyum.     

"Jangan tersenyum lagi kamu Chell, aku marah padamu tahu tidak!" teriak Ayraa masih dalam keadaan memeluk Chello.     

"Mana ada orang yang sedang marah tetapi memeluk dengan sangat erat?" ucap Chello seraya mengacak puncak kepala rambut Ayraa dengan rasa sayang.     

"Kenapa kamu tidak datang ke pernikahan ku? kamu jahat sekali Chell." ucap Ayraa menyandarkan kepalanya di dada Chello.     

Chello tidak menjawab pertanyaan Ayraa, selain semakin memeluk erat tubuh Ayraa dalam pelukannya.     

"Kamu pasti tahu kalau aku menyayangimu bukan? karena aku sayang kamu.. makanya aku tidak datang di pernikahan kamu. Aku ingin melihat kamu bahagia dengan Pak Danish pada bayang-bayang aku." ucap Chello dengan serius.     

"Tapi itu sangat menyakiti hatiku Chello, aku ingin kamu ada di saat aku menikah tadi. Tapi kamu tidak ada dan itu semakin membuatku sedih." ucap Ayraa mengungkapkan apa yang dirasakannya.     

"Maafkan aku... sekarang kamu harus bahagia dengan Pak Danish, aku harus pergi sekarang nanti aku ketinggalan pesawat." ucap Chello menangkup wajah Ayraa dan menatap dalam-dalam wajah Ayraa.     

"Jangan pergi Chell, bukannya kamu bilang menyayangiku Ingin melihatku bahagia?" ucap Ayraa dengan air mata yang kembali mengalir di pipinya.     

"Aku harus pergi Ayraa, jaga diri kamu baik-baik juga Pak Danish. Semoga kita akan bertemu lagi." ucap Chello dengan berat hati melepas pelukannya dan berjalan masuk untuk segera check-in tanpa melihat lagi ke arah Ayraa yang akan bisa melemahkan hatinya.     

Ayraa bersandar di dinding menangis sedih melihat kepergian Chello.     

Danish yang berdiri tidak jauh dari tempat Ayraa, melihat semua kejadian dari awal pertemuan Chello dan Ayraa hingga saat mereka berpisah ikut merasakan kesedihan Ayraa dan Chello.     

Dengan menghela nafas panjang Danish mendekati Ayraa kemudian memeluknya dengan penuh perasaan.     

"Jangan menangis lagi Ayraa, aku yakin Chello akan segera kembali." ucap Danish menenangkan hati Ayraa yang sedang kehilangan Chello.     

"Kapan Kak Danish?" tanya Ayraa menumpahkan kesedihannya dalam pelukan Danish.     

"Saat Chello merindukanmu pasti dia akan pulang." ucap Danish seraya mengusap puncak kepala Ayraa.     

Ayraa semakin menenggelamkan kepalanya di dalam pelukan Danish.     

"Kita pulang sekarang ya?" ucap Danish seraya mengangkat wajah Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

"Tapi pesawat Chello belum berangkat Kak Danish, aku ingin melihat terakhir kalinya Chello pergi." ucap Ayraa dengan tatapan memohon.     

"Kalau begitu... ayo, ikut aku..kita akan melihat pesawat Chello yang akan berangkat." ucap Danish menggenggam tangan Ayraa dan membawanya pergi melewati lorong bandara yang tidak bisa di masuki sembarang orang hingga bisa masuk ke dalam landasan bandara.     

"Lihat Ayraa, kamu bisa melihat Chello dari sini bukan? lihat itu pesawatnya akan segera lepas landas." ucap Danish sambil memeluk bahu Ayraa.     

Tanpa mengedipkan matanya Ayraa menatap kearah pesawat yang akan lepas landas membawa pergi Chello dari kehidupannya tapi bukan dari kenangannya.     

Dengan kedua matanya yang berkaca-kaca Ayraa melihat pesawat Chello yang perlahan terbang tinggi meninggalkan kota Bandung.     

Danish memeluk Ayraa semakin erat dan menarik pelan tubuh Ayraa agar bisa menumpahkan kesedihannya ke dalam pelukannya.     

Setelah beberapa saat membiarkan Ayraa melepas kesedihannya Danish mengangkat wajah Ayraa dengan penuh rasa sayang.     

"Apa kita bisa pulang sekarang Ayraa? kita harus segera ke rumah sakit untuk konsultasi dengan Dokter seperti pesan ayah pada kita." ucap Danish dengan suara pelan.     

Tanpa membalas ucapan Danish, Ayraa menganggukkan kepalanya sambil memeluk pinggang dan menyandarkan kepalanya pada bahu Danish.     

Dengan naik taxi Danish dan Ayraa pergi ke rumah sakit terdekat untuk konsultasi dengan Dokter mengenai hubungannya setelah menikah agar bisa melakukan hubungan badan layaknya suami istri yang sehat.     

Sampai di rumah sakit Danish dan Ayraa menemui Dokter khusus yang bisa memberi penjelasan tentang hubungan mereka berdua setelah menikah. Setelah beberapa jam berkonsultasi Danish dan Ayraa sudah mendapatkan penjelasan secara keseluruhan tentang bagaimana mereka menjalani hidup bersama tanpa ada ketakutan istri tertular dan juga bisa mendapatkan bayi yang sehat.     

"Apa kamu sudah jelas dengan penjelasan Dokter tadi Ayraa?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Sudah Kak...sangat jelas malah." ucap Ayraa merasa lega karena Ayraa masih bisa memberikan kebahagiaan pada suaminya.     

"Apa kamu takut untuk berhubungan badan denganku nanti Ayraa?" tanya Danish dengan serius.     

"Kenapa harus takut Kak, bukankah Kak Danish sudah mengkonsumsi ARV dengan teratur?" ucap Ayraa mengusap wajah Danish dengan penuh rasa sayang tidak ada sedikitpun rasa jijik ataupun takut tertular.     

"Kalau kamu tertular bagaimana Ayraa? aku tidak ingin kamu tertular olehku Ayraa." tanya Danish dengan perasaan yang tiba-tiba sedih.     

"Tidak akan terjadi kalau kita selalu hati-hati Kak, dan kalau memang iya aku tertular mungkin sudah takdirku Kak, aku bisa bersama menemani Kak Danish." ucap Ayraa yang di sambut Danish dengan pelukan sangat erat.     

"Jangan bicara seperti itu Ayraa, aku akan menjagamu agar kamu tidak tertular sayang." ucap Danish dengan hatinya yang sekarang mudah sensitif.     

"Aku tidak akan tertular Kak, kita akan saling menjaga." ucap Ayraa membalas pelukan Danish lebih erat.     

"Kita pulang sekarang ya Kak?" ucap Ayraa yang sedikit bisa melupakan kesedihannya setelah kepergian Chello.     

"Hem...kita pulang ke mana setelah kita menikah Ayraa? ke Apartemen atau tinggal bersama Ayah dan Bunda?" tanya Danish seraya berjalan keluar Bandara dengan menggenggam tangan Ayraa.     

"Kak, bagaimana kalau kita tinggal di Bali? kita memulai hidup baru di sana?" tanya Ayraa ingin hidup mandiri dan bekerja setelah menikah dengan Danish.     

"Apa kamu tidak takut kelaparan hidup bersamaku?" tanya Danish dengan tersenyum.     

"Kenapa takut kelaparan? Kak Danish bisa menjual perusahaan Kak Danish dan membuka baru di Bali atau Kak Danish bisa bekerja sama dengan perusahaan Ayah." ucap Ayraa dengan optimis.     

"Apa kamu yakin sayang?" tanya Danish merasakan lebih bersemangat setelah melihat Ayraa tidak bersedih lagi.     

"Sangat yakin Kak, apa Kak Danish merasa tidak yakin?" tanya Ayraa menatap dalam wajah Danish.     

"Selama kamu yakin dan merasa bahagia, aku pasti akan yakin Ayraa." ucap Danish merengkuh tubuh Ayraa dengan hati di penuhi kebahagiaan.     

"Terima kasih Kak, kita pulang sekarang dan bilang pada Ayah Kak." ucap Ayraa ingin memulai hidup baru bersama Danish dengan segenap cintanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.