THE BELOVED ONE

MENAHAN RASA MALU



MENAHAN RASA MALU

0"Terima kasih Kak, kita pulang sekarang dan bilang pada Ayah Kak." ucap Ayraa ingin memulai hidup baru bersama Danish dengan segenap cintanya.     
0

Dengan bergandengan tangan Danish dan Ayraa berjalan keluar dari rumah sakit dan menghentikan sebuah taxi untuk segera pulang ke rumah.     

Tiba di rumah Ayraa dan Danish sudah di tunggu Bagas dan yang lainnya termasuk Raka dan Hana yang ikut cemas setelah mendengar cerita dari Bagas kalau Ayraa nekat ke Bandara hanya ingin bertemu dengan Chello.     

"Ayraa, Danish? apa kalian baik-baik saja? dan lihat penampilan kalian? masih berpakaian seperti ini?" tanya Khabir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti dengan apa yang di pikiran Danish dan Ayraa.     

"Kita berdua baik-baik saja Ayah, setelah kita bertemu Chello kita langsung ke rumah sakit untuk konsultasi pada Dokter seperti pesan Ayah Bagas pada kita." jawab Danish dengan jujur.     

"Bagaimana dengan keadaan Chello Danish? dia baik-baik saja kan saat melihat kalian berdua?" tanya Hana dengan perasaan tiba-tiba cemas akan keadaan putranya.     

"Keadaan Chello baik-baik saja, dan hanya Ayraa yang menemui Chello..aku tidak ingin mengganggu kebersamaan mereka." ucap Danish dengan tersenyum seraya memeluk bahu Ayraa.     

"Syukurlah kalau kalian bertiga baik-baik saja." ucap Hana merasa kuatir mereka ada pertengkaran.     

"Selagi kalian ada di sini semua, tadi aku dan Ayraa sempat membicarakan tentang masa depan kita berdua. Kita berdua bersepakat ingin tinggal bersama di kota Bali. Kita akan memulai kehidupan kita di sana, dan mencari rezeki di sana." ucap Danish melihat ke arah semuanya secara bergantian sambil menggenggam tangan Ayraa dengan erat.     

"Kalian di kota Bali bekerja apa? apa kalian sudah memikirkan itu semua?" tanya Bagas menatap wajah Danish dan Ayraa.     

"Kita juga sudah memikirkan hal itu Ayah, jadi untuk perusahaanku yang ada di sini akan aku jual, dan aku akan membuka perusahaan baru di sana. Untuk sementara aku akan berusaha untuk berdiri sendiri dan Ayraa juga bisa melanjutkan kuliahnya di sana." ucap Danish mengungkapkan pendapatnya.     

Bagas dan Nicky saling pandang kemudian menatap ke arah Khabir.     

"Bagaimana pendapatmu Khabir tentang keinginan anak kita? mereka ingin tinggal di kota Bali dan bekerja di sana. Apa kamu setuju atau mempunyai pendapat lain?" tanya Bagas dengan serius.     

"Aku setuju saja dengan apa yang mereka inginkan, karena mereka sudah mempunyai rumah tangga sendiri. Dan aku percaya pada Danish kalau dia bisa bekerja dengan baik di sana, karena menurutku di kota Bali juga prospeknya sangat bagus untuk perusahaan Danish." ucap Khabir memberikan pendapatnya.     

"Raka, Hana bagaimana pendapat kalian? bukankah Ayraa juga putri kalian? apa kalian setuju dengan keinginan mereka berdua?" tanya Bagas pada sahabatnya Raka dan Hana yang sudah dianggapnya seperti saudara.     

"Aku sangat setuju dengan mereka berdua, karena mereka sudah sama-sama dewasa dan memang sudah waktunya untuk hidup mandiri. Tapi aku jadi sedih, karena selain sudah tidak ada Chello di sini, Ayraa pun tidak bersama kita lagi. Kita berempat akan pasti akan kesepian di sini." ucap Hana dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Jangan sedih seperti itu Hana, bukannya kita bisa kesana nanti dalam satu bulan sekali dan kita pun juga masih bisa menghubungi mereka tiap hari bukan?" Hibur Nicky sambil memeluk bahu Hana.     

"Ya sudah, kalau memang kalian bertekad untuk hidup di sana, yang penting kalian harus bisa saling mengerti dan saling membantu satu sama lain." ucap Bagas dengan serius.     

"Baiklah Ayah, karena kita seharian masih belum berganti pakaian, kita ke kamar dulu sebentar untuk beristirahat." ucap Danish pamit pada semuanya, karena sudah teramat lelah karena seharian belum ada istirahat dan itu tidak akan baik untuk kesehatannya.     

Bagas dan yang lainnya saling pandang kemudian tersenyum.     

"Kalian berdua tidak lupa dengan pesan Ayah bukan? saat tadi konsultasi dengan dokter?" tanya Bagas sebelum Danish dan Ayraa beranjak dari tempatnya.     

"Tidak Ayah, kita berdua akan selalu ingat pesan Ayah." jawab Ayraa kemudian menggandeng tangan Danish dan membawanya masuk ke kamar.     

Di dalam kamar Danish merebahkan diri dengan masih berpakaian lengkap. Sedangkan Ayraa berniat melepas pakaiannya di kamar mandi.     

"Kamu mau ke mana Ayraa?" tanya Danish menatap kearah Ayraa yang sedang berdiri dari tempatnya.     

"Mau ganti pakaian Kak." jawab Ayraa dengan gugup.     

"Kenapa harus berganti pakaian di kamar mandi Ayraa? bukannya kita sudah menikah Ayraa?" ucap Danish bangun dari tidurnya dan mendekati Ayraa.     

"Tapi Kak..aku masih malu sama Kak Danish." jawab Ayraa dengan wajah tertunduk.     

"Kenapa harus malu sayang? kita sudah menjadi suami istri sekarang Ayraa." ucap Danish seraya perlahan melepas pakaian kebaya Ayraa kemudian melepas Jarit modern Ayraa.     

Ayraa memejamkan matanya menahan malu saat tubuhnya hanya tinggal celana dalam dan bra yang melekat di tubuhnya.     

"Kak Danish aku malu Kak." ucap Ayraa dengan suara lirih.     

"Aku juga malu Ayraa, tapi kita harus belajar dari sekarang bukan Ayraa." ucap Danish merasakan degup jantungnya berdegup sangat keras saat melihat tubuh Ayraa yang begitu sangat indah yang hampir melumpuhkan kedua kakinya.     

"Iya Kak, aku mengerti.. tapi aku harus mandi dulu dan membersihkan riasan wajahku Kak." ucap Ayraa dengan tubuh yang semakin gemetar saat tangan Danish menutupi tubuhnya dengan sebuah handuk.     

"Mandilah sayang, sebelum aku ingin memandikanmu." ucap Danish memberanikan diri mencium bibir Ayraa dengan penuh perasaan tanpa takut menularkan virus HIV pada isterinya karena dia sudah mengkonsumsi obat ARV dan Ayraa sendiri sudah mendapatkan vaksin anti virus HIV.     

"Kak Danish." panggil Ayraa dengan suara lirih tanpa bisa menolak ciuman Danish yang telah mampu memporak-porandakan hatinya selama ini.     

"Cepatlah mandi sayang, aku sudah tidak sabar untuk menunggu malam pertama kita." sahut Danish tidak ingin membuat Ayraa semakin malu.     

Dan untuk dirinya sendiri juga memerlukan waktu untuk istirahat setelah hampir seharian mengeluarkan tenaga dan pikirannya yang terkuras habis saat menikah dan mempertemukan Chello dan Ayraa.     

Setelah Ayraa masuk ke dalam kamar mandi, Danish melepas pakaiannya semua dan berganti dengan pakaian celana pendek dan kaos tipis yang dingin di kulitnya yang selalu hangat.     

Sambil menunggu Ayraa membersihkan badannya dan riasannya, Danish berbaring dengan memejamkan matanya untuk menenangkan hatinya yang masih berdegup sangat kencang.     

Pandangan Danish tak berkedip saat melihat ke arah pintu kamar mandi yang terbuka. Di lihatnya Ayraa sudah berdiri dengan pakaian tidurnya yang sangat transparan membuat jantungnya semakin berpacu tiga kali lipat dari detak jantungnya saat normal.     

"Ayraa." panggil Danish menelan salivanya saat Ayraa berjalan ke arahnya dengan wajah memerah yang semakin menambah kecantikan wajah Ayraa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.