THE BELOVED ONE

KEWAJIBAN SUAMI ISTRI



KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

0Ayraa bangun dari tidurnya sedikit terkejut saat ada tangan halus milik Danish yang melingkar pada perutnya.     
0

"Ya Tuhan, hampir saja aku berteriak. Untung saja aku ingat kalau aku dan Kak Danish sudah menikah." ucap Ayraa dalam hati dengan kedua matanya yang terbuka namun dengan tubuh tidak bergerak.     

Dengan pelan Ayraa mengangkat tangan Danish yang ada di atas perutnya.     

Tanpa menimbulkan suara Ayraa turun dari tempat tidur dan segera ke kamar mandi membersihkan badannya.     

Bagi Ayraa setelah dia menikah dengan Danish maka tugasnya sebagai istri harus ia jalankan yaitu melayani dan menyiapkan segala sesuatu apa yang diperlukan suaminya.     

Setelah membersihkan badannya Ayraa berganti pakaian bersih, kemudian mendekati Danish yang masih tidur dengan lelapnya.     

"Kak Danish, bangun." panggil Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish.     

"Hmm." sahut Danish melingkarkan tangannya memeluk pinggang Ayraa dengan kedua matanya yang masih terpejam.     

"Kak Danish... bangun sudah pagi." ucap Karin sedikit mengguncang bahu Danish, namun Danish tetap bergeming dalam tidurnya malah semakin mempererat pelukannya.     

"Kiss me, Ayraa." ucap Danish dengan suara berat menghadap ke arah Ayraa dengan kedua matanya yang setengah terbuka.     

"Kak Danish manja." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Manja pada istri tidak apa-apa kan Ayraa?" tanya Danish dengan suaranya yang semakin berat.     

Ayraa terdiam kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Danish kemudian mengecup bibir Danish dengan penuh kasih sayang.     

"Terima kasih sayang." ucap Danish menarik pelan punggung Ayraa agar tenggelam dalam pelukannya.     

"Kak Danish, aku harus ke dapur sekarang untuk bantu Bunda masak, menyiapkan sarapan buat Kak Danish." ucap Ayraa dengan malu-malu.     

"Istri yang rajin dan baik hati pada suami." ucap Danish semakin mempererat pelukannya.     

"Kak Danish juga suami yang baik hati selalu sabar sama istri." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

Dengan sebuah senyuman Danish melepaskan pelukannya.     

"Terima kasih Ayraa, aku mau di tiap pagi siapa yang terbangun lebih dulu dia yang akan memberikan ciuman untuk membangunkan. Bagaimana Ayraa kamu setuju kan sayang?" tanya Danish menggenggam tangan Ayraa.     

"Ya Kak, kalau memang hal itu untuk kebaikan kita tidak apa-apa. Sekarang Kak Danish mandi dulu ya, aku sudah menyiapkan air hangat." ucap Ayraa seraya pergi ke almari untuk mengambil handuk bersih dan memberikannya pada Danish.     

"Baiklah, aku akan mandi." ucap Danish bangun dari tempatnya kemudian pergi ke kamar mandi.     

Selagi Danish mandi, Ayraa merapikan tempat tidur yang sudah menjadi tugas tiap paginya.     

Saat merapikan meja belajarnya Ayraa terpaku pada sebuah foto dirinya dan Chello.     

Ayraa duduk dan meraih foto itu dan menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca.     

"Chello...aku merindukanmu, bagaimana keadaanmu di sana sekarang? apa kamu juga merindukan aku Chell?" tanya Ayraa dalam hati dengan hati yang terasa sepi tanpa ada Chello lagi di hari-harinya.     

Tak terasa airmata yang sudah di tahannya tetap mengalir juga. Ayraa menangis dalam diam agar Danish tidak mendengarnya.     

"Kapan kita bisa bertemu kembali Chell? kenapa kamu harus menjauh dariku? bukannya kita saling menyayangi satu sama lain?" tanya Ayraa lagi dengan sebuah penyesalan entah, entah sebuah penyesalan karena apa? yang pasti dalam hatinya ada sesuatu yang hilang yang membuat hidupnya terasa timpang.     

"Apa kamu merindukan Chello Ayraa?" tiba-tiba Danish bertanya dan sudah berdiri di belakangnya.     

Dengan cepat Ayraa meletakkan kembali foto dirinya bersama Chello di tempatnya seraya mengusap airmatanya yang tersisa.     

"Sedikit Kak." sahut Ayraa dengan suara tercekat.     

"Kalau pun banyak juga tidak apa-apa Ayraa, bukannya memang Chello sahabat dekat kamu." ucap Danish merengkuh Ayraa dari belakang.     

"Apa Kak Danish tidak cemburu karenanya?" tanya Ayraa menengadahkan wajahnya menatap wajah Danish.     

"Rasa cemburu itu pasti ada Ayraa, tapi dengan rasa cemburuku itu apa bisa menghilangkan rasa sayang kamu pada Chello? tidak kan sayang? rasa cemburuku telah mengalah pada persahabatan kalian berdua." ucap Danish seraya mengecup puncak kepala rambut Ayraa dengan penuh rasa cinta.     

Ayraa bangun dari duduknya kemudian memeluk erat Danish dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Danish.     

"Terima kasih Kak, Kak Danish suami yang terbaik." ucap Ayraa semakin mempererat pelukannya.     

"Sekarang, aku bersiap-siap untuk ke kantor. Dan kamu bukannya mau masak untukku Ayraa?" ucap Danish dengan tersenyum.     

"Eh...ya Kak, hampir saja aku lupa...aku akan siapkan sarapan dan bekal untuk Kak Danish ya." ucap Ayraa kemudian berjalan keluar kamar.     

Danish tersenyum menatap Ayraa yang keluar dari kamar. Dengan menghela nafas panjang Danish meraih foto yang ada di atas meja di lihatnya Ayraa yang sedang berpelukan dengan Chello saat masih pakai seragam sekolah SMA.     

"Persahabatan kalian seperti layaknya cinta, saling melekat tidak akan bisa terpisahkan." ucap Danish dengan perasaan sedih akan perpisahan mereka hanya karena kehadiran dirinya. Danish merasa karena dirinya Ayraa dan Chello berpisah.     

Entah karena apa ada setitik airmata Danish tergenang di kedua sudut matanya.     

Dengan perasaan berat Danish kembali meletakkan foto Ayraa dan Chello di tempat semula. Kemudian mengambil pakaiannya dari almari untuk berganti pakaian dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.     

Setelah berpakaian rapi dan memakai sepatunya Danish keluar kamar berjalan ke ruang makan di mana Ayraa sedang mempersiapkan sarapan dan bekal untuknya.     

"Baunya semakin membuatku lapar Ayraa." ucap Danish seraya duduk di kursi makan.     

"Semua ini masakan Bunda Kak Danish, aku terlambat datangnya tadi kan? aku hanya bantu-bantu saja barusan." ucap Ayraa sambil meletakkan sebuah piring di hadapan Danish.     

"Bunda kemana?" tanya Danish sambil melihat kearah dapur mencari keberadaan Bundanya.     

"Baru saja pergi ke kamar Ayah, untuk memanggil ayah sarapan." Jawab Ayraa sambil duduk di samping Danish.     

"Kak Danish mau sarapan yang mana?" tanya Ayraa sambil mengambil nasi buat Danish.     

"Sayuran yang banyak Ayraa, saat ini aku harus banyak makan sayur dan buah." ucap Danish untuk menjaga kesehatannya.     

"Ya Kak, tidak lupa membawa obat kan Kak?" tanya Ayraa lebih mengontrol pada obat yang harus di minum Danish tidak boleh terlewat.     

"Tidak akan lupa sayang." jawab Danish mengeluarkan obat dari kantong celananya untuk di minumnya setelan sarapan pagi.     

Ayraa tersenyum kemudian memberikan segelas air putih pada Danish.     

Dengan tenang Danish dan Ayraa sarapan bersama untuk pertama kalinya sebagai suami istri.     

Tanpa sadar Danish tersenyum karena hatinya sangat bahagia karena apa yang di impikannya untuk bisa menikahi Ayraa akhirnya menjadi nyata.     

"Ada apa Kak? kenapa Kak Danish tersenyum?" tanya Ayraa dengan heran.     

"Aku hanya tidak percaya saja akhirnya aku bisa sarapan pagi bersamamu sebagai suami isteri Ayraa, salah satu impianku saat mulai mencintai kamu." jawab Danish dengan jujur.     

"Salah satu impian ya Kak, impian yang lain Kak Danish apa?" tanya Ayraa sambil mengunyah pelan makanannya.     

"Mempunyai anak darimu, aku ingin menggendong dan tidur bersama anak kita, itu impian terbesarku. Dan impian terakhirku jika aku meninggal lebih dulu, aku ingin meninggal dalam pelukanmu." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

"Kak Danish!! aku tidak mau Kak Danish bicara tentang kematian. Kita akan bersama-sama sampai kita tua." ucap Ayraa dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.     

"Maaf sayang, maafkan aku..aku tidak akan bicara itu lagi." ucap Danish seraya memeluk bahu Ayraa dengan perasaan sayang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.