THE BELOVED ONE

PERSIAPAN KE KOTA BALI



PERSIAPAN KE KOTA BALI

0"Bagaimana Danish, Ayraa, apa kalian sudah yakin dengan rencana pindah ke Bali?" tanya Bagas saat duduk bersama di ruang tengah.     
0

"Kita berdua sudah sangat yakin Ayah, aku akan melanjutkan kuliah juga membantu Kak Danish mengembangkan perusahaan barunya nanti di sana." ucap Ayraa sambil menatap ke arah Danish yang menatapnya.     

"Perusahaan kamu yang di sini apa sudah terjual Danish?" tanya Bagas berpikir menjual perusahaan itu tidak lah mudah yang bisa langsung terjual.     

"Belum Ayah, masih aku tawarkan ke teman." jawab Danish dengan jujur.     

"Begini saja, Perusahaan kamu yang di sini biarkan saja berjalan seperti biasanya. Kamu bisa menyerahkan pada orang yang bisa kamu percaya. Sedangkan untuk kamu bekerja di Bali kamu bisa mengelola perusahaan Ayah yang ada di sana." ucap Bagas yang memang mempunyai beberapa cabang perusahaan di beberapa kota yang sudah tersebar di Indonesia.     

"Tapi Ayah, aku ingin berusaha mendirikan perusahaan sendiri dari bawah." ucap Danish tidak ingin merepotkan Bagas.     

"Dengar Danish, Ayah mempunyai beberapa perusahaan di beberapa kota dan semua itu nantinya miliknya Ayraa dan itu berarti juga milikmu yang harus kamu teruskan. Jadi mulai sekarang kamu harus bisa belajar untuk mengelola semua perusahaan yang Ayah miliki itu." jelas Bagas tanpa bisa dibantah lagi oleh Danish.     

"Apa yang dikatakan Ayah kamu itu benar Danish, Ayraa. Buat apa Perusahaan kita yang begitu banyak kalau Ayah kamu yang mengelola semua? apalagi usia Ayah kamu sudah tidak seperti dulu lagi dan kalian yang muda yang harus bisa melanjutkan usaha Ayah kamu." ucap Nicky dengan suara pelan.     

Ayraa menatap ke arah Danish kemudian menggenggam tangan Danish agar Danish bisa mengabulkan apa yang di inginkan Ayahnya.     

Setelah Danish terdiam sejenak akhirnya menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah Ayah, aku akan menuruti apa kata Ayah saja. Aku akan berusaha untuk mengembangkan perusahaan Ayah yang ada disana dengan bantuannya Ayraa." ucap Danish dengan sungguh-sungguh.     

"Baguslah kalau kamu bisa menerima keputusan Ayah. Jadi kapan? rencana kalian untuk pindah ke kota Bali?" tanya Bagas menatap penuh wajah Danish dan Ayraa secara bergantian.     

"Kalau memang semua sudah ada di sana, kita bisa cepatnya pindah ke sana Ayah. Tinggal aku saja yang akan daftar kuliah di universitas yang terdekat dengan rumah. Bukannya di sana juga ada Rumah Ayah yang bisa kita tinggali." ucap Ayraa sangat tahu di kota Bali ayahnya juga punya rumah di sana.     

"Untuk rumah kalian bisa saja tinggal di sana atau kalau Danish ingin mencari tempat tinggal yang lain silakan saja. Ayah tidak akan memaksa untuk hal itu." sahut Bagas memberikan keputusan itu pada Danish.     

"Jadi.. bisakah kita pindah dalam Minggu ini ayah?" tanya Ayraa pada ayahnya.     

"Tidak apa-apa, apa yang terbaik menurut kalian berdua...kalian lakukan saja, Ayah dan Bunda pasti mendukung kalian." ucap Bagas lagi sepenuhnya percaya pada Danish dan Ayraa.     

"Kalau begitu biar Kak Danish pesan tiket besok pagi, dan hari Minggu kita bisa berangkat ke kota Bali." ucap Ayraa dengan antusias.     

"Jangan lupa Ayraa, besok kamu dan Danish pamit juga ke Ayah Raka dan Bunda Hana." ucap Nicky mengingatkan Ayraa.     

Ayraa menganggukkan kepalanya dengan pasti.     

"Ya Bunda, pasti aku akan ke sana untuk pamit pada Ayah Raka dan Bunda Hana." ucap Ayraa dengan tersenyum berharap dengan ke sana, Ayraa mendapat kabar terbaru tentang Chello.     

"Ya sudah, kalian berdua istirahatlah terutama Danish jangan terlalu capek bekerja." ucap Bagas pada Danish yang terlihat pucat jika terlalu banyak bekerja.     

Danish menganggukkan kepalanya kemudian bangun dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya.     

"Kak, apa yang di katakan Ayah sangat benar. Kak Danish jangan terlalu banyak bekerja, lihat sekarang wajah Kak Danish sangat pucat." ucap Ayraa saat Danish sudah berbaring di tempat tidur, sedangkan Ayraa duduk di samping Danish sambil memijat lengan Danish.     

"Hari ini aku sibuk menjual Perusahaan ke teman-teman Ayraa, dan aku juga menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai beberapa bulan ini." ucap Danish dengan wajah lelah.     

"Kalau bisa pekerjaan kak Danish secepatnya Kak Danish serahkan pada orang yang benar-benar bisa Kak Danish percaya." ucap Ayraa masih memijat lengan dan bahu Danish.     

"Sudah aku serahkan pada Pak Zein, tapi aku tidak bisa membiarkan begitu saja Ayraa. Aku harus tetap memantau perkembangan perusahaan." ucap Danish beberapa hari tidak bekerja di kantor memang sangat terasa capeknya.     

"Besok bisa Kak Danish serahkan ke pak Zein kan? karena hari Minggu kita sudah harus berangkat ke Bali." ucap Ayraa dengan serius.     

"Ya Ayraa, setelah aku beli tiket aku akan langsung ke kantor untuk menyerahkan semuanya ke Pak Zein." ucap Danish yang sudah sangat percaya pada Pak Zein seniornya yang mengajarinya cara berbisnis.     

"Baguslah kak, sekarang Kak Danish istirahat saja aku akan packing pakaian saja biar besok bisa agak lama di rumah Ayah Raka." ucap Ayraa seraya bangkit dari duduknya namun tangan Danish menahan pergelangan tangannya.     

"Aku ingin kamu menemaniku tidur Ayraa." ucap Danish dengan tatapan penuh harap.     

Melihat wajah Danish yang pucat dan memelas Ayraa naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Danish.     

"Tidurlah Kak, aku akan memeluk kak Danish sampai Kak Danish tertidur." ucap Ayraa sambil memeluk pinggang Danish.     

Danish membalas pelukan Ayraa dan menenggelamkan kepalanya dalam ceruk leher Ayraa.     

"Aku sangat mencintaimu Ayraa, apa aku terlihat lemah sekarang di matamu Ayraa?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

"Kak Danish bicara apa? tentu saja tidak Kak, Kak Danish kan memang sakit dan sakitnya Kakak bukanlah sakit yang biasa." ucap Ayraa memeluk erat Danish dengan hati sedih.     

"Aku merasa takut kita tidak akan bisa bersama-sama sampai usia kita tua Ayraa." ucap Danish merasakan tubuhnya kian hari mudah merasa lelah.     

"Kak Danish harus yakin, dengan hidup sehat dan minum obat tepat waktu. Kak Danish bisa hidup layaknya orang yang sehat." ucap Ayraa menautkan keningnya pada kening Danish.     

"Terima kasih sayang, kamu selalu memberikan semangat hidup padaku." ucap Danish dengan suara lirih.     

"Aku istrimu Kak, yang akan selalu sayang dan perduli pada Kak Danish, aku mencintai Kak Danish." ucap Ayraa menatap penuh wajah Danish kemudian mengecup bibir Danish dengan penuh rasa cinta.     

"Aku juga mencintaimu Ayraa." ucap Danish membalas ciuman Ayraa dengan penuh perasaan.     

"Apa Kak Danish tidak ingin?" tanya Ayraa tiba-tiba merasakan hasratnya mulai bangkit hanya karena balasan ciuman Danish.     

"Apa kamu menginginkannya Ayraa?" tanya Danish dengan suara pelan.     

"Ya Kak, aku menginginkannya Kak." sahut Ayraa kembali mengecup bibir merah Danish.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.