THE BELOVED ONE

KESIBUKAN HARI PERTAMA



KESIBUKAN HARI PERTAMA

0"Kak...ini bekal buat kak Danish untuk siang nanti. Dan ini ada pisang goreng juga." ucap Ayraa seraya menunjukan kotak bekalnya pada Danish yang sedang sarapan.     
0

"Terima kasih Ayraa." ucap Danish menatap Ayraa dengan tatapan sayang.     

"Sama-sama Kak." ucap Ayraa mengambil kursi melanjutkan makannya.     

"Ayraa, hari ini kamu mulai kuliah kan? kalau pulang nanti hubungi saja aku, nanti aku akan menjemputmu." ucap Danish seraya minum air putih.     

Ayraa menganggukkan kepalanya.     

"Obat Kak Danish sudah kan?" tanya Ayraa mengingatkan Danish.     

"Sudah dua jam yang lalu sayang." ucap Danish beranjak dari tempatnya untuk bersiap-siap ke kantor.     

"Hati-hati di jalan ya Kak." ucap Ayraa ikut bangun dari duduknya untuk mengantar Danish ke depan.     

"Kamu juga sayang, jaga hati kamu di kampus." ucap Danish dengan tersenyum mengecup kening Ayraa.     

"Ya Kak, Kak Danish juga jaga pandangan." ucap Ayraa membalas senyuman Danish seraya mengecup punggung tangan Danish.     

Dengan perasaan hati yang di penuhi kebahagiaan Ayraa kembali masuk untuk mempersiapkan catatannya untuk berangkat kuliah sebentar lagi.     

***     

Dengan sedikit bingung Ayraa masuk ke kampusnya untuk pertama kalinya.     

"Bingung juga ya... kalau tidak tahu kelas ada di mana?" ucap Ayraa dalam hati dengan pandangan mata yang tak berhenti melihat ke sana kemari.     

"Coba kalau ada Chello, pasti aku tidak akan sebingung ini." ucap Ayraa dalam hati kembali merasakan kehilangan Chello.     

Dengan tatapan mata yang masih bingung Ayraa berusaha untuk mencari kelasnya setelah bertanya ke sana kemari.     

"Ini mungkin kelas ku? harusnya benar ini." ucap Ayraa dalam hati kemudian masuk ke dalam kelasnya.     

Sedikit ragu Ayraa masuk ke dalam kelas dan berjalan ke arah belakang untuk mencari tempat duduk yang masih kosong.     

"PLETAK"     

"Auuhhhh!" Ayraa mengaduh kesakitan memegang kepalanya sambil menatap ke sekeliling ruangan siapa yang telah berani melempar dirinya dengan bulpen.     

"Bara!! tanggung jawab tuh!!" ucap salah satu cewek yang duduk di antara tiga cowok yang hanya senyum-senyum kecuali satu cowok yang di panggil Bara. Bara hanya diam menatap Ayraa dengan tajam.     

Setelah Ayraa tahu yang melempar dirinya adalah Bara dengan kesal Ayraa mendekati Bara.     

"Ehh...kamu punya aturan tidak? lempar-lempar orang seenaknya." ucap Ayraa seraya memasukkan bulpen yang di ambilnya di lantai ke dalam sakunya.     

"Kembalikan bulpenku!" ucap Bara dengan nada dingin.     

"Tidak! salah sendiri siapa suruh lempar ke aku. Minta maaf dulu baru aku berikan." ucap Ayraa dengan tenang, kemudian duduk di kursinya.     

"Ehh... bukan Bara yang harus minta maaf padamu! tapi kamu yang harus minta maaf pada Bara! main slonong saja... semua mahasiswa yang baru di sini harus lapor dulu ke Bara sebelum duduk." ucap Dara saudara kembar Bara.     

Mendengar ucapan Dara, Ayraa mengangkat wajahnya dan menatap Dara dengan tatapan kesal dan marah.     

"Apa yang kamu bilang barusan? harus lapor ke Bara? memang Universitas ini milik nenek moyang Bara! enak saja! suruh tuh dia minta maaf, sembarangan melempar orang." ucap Ayraa kembali duduk setelah meluapkan amarahnya.     

"Ehh...Kamu!! dibilangin malah berani membantah...kamu belum tahu siapa kita? tunggu saja setelah ini." ucap Dara dengan kasar mengambil bulpen Bara yang ada di sakunya.     

Ayraa bangun dari duduknya berniat meminta kembali bulpen tersebut tapi ada sebuah tangan yang menahan pergelangan tangannya.     

"Sudah biarkan saja mereka, aku akan memberitahumu nanti siapa mereka. Siapa namamu? aku Niluh." ucap Niluh seraya mengulurkan tangannya.     

"Ayraa." balas Ayraa sambil membetulkan tempat duduknya.     

Baru Ayraa duduk, dosen dengan jurusan yang di ambilnya sudah datang.     

Dan Ayraa sangat beruntung ternyata pelajaran mata kuliahnya yang di Bandung lebih dulu Ayraa kuasai jadi di universitasnya yang baru bisa Ayraa kuasai dengan satu kedipan mata saja.     

Semua yang ada di ruangan berdecak kagum pada kepintaran Ayraa, semua soal mata kuliah dengan mudah di patahkan Ayraa.     

"Ayraa...kamu pintar juga ya? baru kali ini di kelas bisa mematahkan semua soal dari pak Wayan." ucap Niluh dengan tatapan kagum.     

"Dengarkan semua, karena bulan depan ada ujian untuk kalian yang masih dapat nilai D kalian harus belajar dengan Ayraa. Terutama yang saya panggil, Bara, Dara, Duta, Catur kalian berempat harus belajar pada Ayraa dan tugas ini harus kalian laporkan pada saya di akhir bulan sebelum ujian." jelas Pak Wayan membuat hati Ayraa merasa puas.     

"Lihat saja, kalau orang sombong akhirnya dapat hukuman juga." ucap Ayraa dalam hati yang ada di atas angin.     

Setelah jam kelas selesai, Ayraa di ajak Niluh ke Kantin. Di kantin sudah duduk Bara dan yang lainnya sedang menatap tajam Ayraa.     

"Hei... kamu kemarilah!" panggil Duta dengan badannya yang sangat besar.     

Ayraa sama sekali tidak menoleh ke arah Duta.     

"Hei!! kamu dengar tidak?" panggil Duta lagi seraya mendekati Ayraa yang sudah duduk bersama Niluh.     

"Ada apa sih!! kamu panggil siapa dan bicara sama siapa?" ucap Ayraa menatap tajam pada Duta.     

Duta menelan salivanya, mendapat tatapan tajam dari Ayraa yang tidak takut sama sekali padahal.     

"Aku bicara sama kamu!! kamu di panggil Bara, cepat ke sana." ucap Duta dengan suara penuh tekanan.     

"Siapa yang butuh? kalau dia yang butuh suruh dia kemari! kenapa harus aku yang ke sana." ucap Ayraa tanpa takut sama sekali.     

"Kamu!!! aku ingatkan... kamu jangan sampai membuat Bara marah!" ucap Duta dengan geram.     

"Memang apa yang bisa Bara lakukan padaku?" tanya Ayraa menatap penuh kedua mata Duta.     

"Kamu!!! lihat saja nanti apa yang bisa Bara lakukan padamu." ucap Duta kesal kemudian pergi dari hadapan Ayraa dan kembali ke tempat di Bara berada.     

"Aku tidak takut, katakan saja padanya aku menunggunya." ucap Ayraa dengan lebih kesal sambil melihat Duta yang pergi dari hadapannya.     

"Ayraa, kamu tahu...kamu sedang melawan siapa?" tanya Niluh dengan wajah pucat.     

"Siapa memang?" tanya Ayraa yang memang tidak tahu.     

"Bara dan Dara adalah anak dari keluarga yang kaya raya di kota ini, dan universitas ini hampir delapan puluh persen sumbangan dana dari orang tua Bara. Orang tua Bara yang pemilik perusahaan yang paling besar di kota Bali Tuan Adiyasa." jelas Niluh dengan wajah pucat.     

"Lalu hubungannya apa orang tua mereka sama aku?" tanya Ayraa tak mengerti.     

"Kamu bisa di keluarkan dari kampus dengan secara tidak terhormat." jawab Niluh dengan suara lirih.     

"Ohh... tidak bisa, aku ada referensi dari universitas yang di Bandung kalau aku sebagai pertukaran mahasiswa teladan." ucap Ayraa sedikit penasaran dengan orang tua Bara yang bernama Tuan Adiyasa.     

"Kamu berhati-hati lah Ayraa." ucap Niluh dengan cemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.