THE BELOVED ONE

KABAR DARI NILUH



KABAR DARI NILUH

0"Ayraa... bangun sayang." panggil Danish membangunkan Ayraa yang masih belum bangun.     
0

"Tidak biasanya Ayraa belum bangun? apa kamu karena terlalu capek gara-gara semalam tidurnya sangat malam?" tanya Danish dalam hati sambil melihat wajah Ayraa yang masih tertidur lelap.     

"Ayraa...bangun sayang.. sudah siang. Apa kamu sakit?" tanya Danish melihat Ayraa yang sudah terbangun namun hanya menatapnya saja tanpa bicara.     

"Aku sedikit tidak enak badan Kak. Hari ini aku tidak masuk kuliah ya Kak? aku ikut Kak Danish kerja saja, menemani Kak Danish di kantor." ucap Ayraa ingin menghindar dari masalah dengan Bara.     

"Kalau tidak enak badan istirahat di rumah Ayraa, bukannya ikut aku kerja." ucap Danish sambil mengusap wajah Ayraa dengan sayang.     

"Di sana ada ruangan khusus tidak? di kantor Kak Danish? kalau ada aku bisa istirahat di sana." ucap Ayraa dengan tatapan memohon.     

"Ada disana.. tapi, apa kamu bisa istirahat di sana? apa sebaiknya istirahat di rumah saja Ayraa?" ucap Danish lagi memastikan Ayraa bisa beristirahat dengan nyaman.     

"Aku istirahat di sana saja Kak, paling tidak kalau dekat dengan Kak Danish.. aku bisa sembuh cepat." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Ya sudah, cuci muka dulu dan pakai jaket kamu. Kita akan segera berangkat, karena aku ada pertemuan lagi dengan Tuan Adiyasa." ucap Danish sambil memberikan handuk bersih pada Ayraa.     

Dengan perasaan senang Ayraa bangun dari tidurnya dan mencuci mukanya dengan cepat agar bisa ikut Danish kantor.     

"Kak Danish aku belum memasak untuk sarapan Kak Danish pagi ini. Bagaimana Kak? apa aku siapkan roti selai saja ya? untuk minum obatnya Kak Danish." ucap Ayraa merasa bersalah karena tidak memasak untuk sarapan buat Danish.     

"Tidak perlu Ayraa, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita di kantor saja. Dan lagi obatnya sudah aku minum sebelum makan." jawab Danish sambil tersenyum melihat wajah Ayraa yang memerah karena malu.     

"Terima kasih Kak...Kak Danish memang suami yang terbaik." ucap Ayraa sambil memeluk pinggang Danish.     

Danish tersenyum dengan wajah memerah mendengar pujian dari Ayraa.     

"Sekarang ambil saja bekalnya di meja makan, aku tunggu di mobil Ayraa." ucap Danish seraya membawa tas dan berkas kerjanya.     

Setelah Ayraa membawa bekal untuk sarapan di kantor Danish. Ayraa segera keluar dan masuk ke dalam mobil di mana Danish sudah menunggunya.     

"Sudah siap Ayraa? tidak ada yang lupa bekalnya?" tanya Danish sebelum menjalankan mobilnya untuk berangkat ke kantor.     

"Sudah siap semua Kak... aku juga bawa selimut berjaga-jaga kalau di sana tidak ada selimut." ucap Ayraa dengan tersenyum bahagia Karena hari ini bisa seharian bersama Danish.     

Tanpa bicara lagi Danish menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang ke arah kantor nya yang tidak jauh juga dari rumahnya.     

tiba di kantor perusahaannya Danish menggandeng tangan Ayraa melewati lobby kantor dan juga semua ruangan kantor karyawan yang ada di lantai satu.     

Semua mata yang ada di ruangan kantor menatap Ayraa dan Danish dengan tatapan tak berkedip juga penuh tanda tanya. Mereka mengira Danish belum menikah atau belum mempunyai kekasih. Ternyata Danish telah datang bersama Ayraa yang terlihat jelas kalau Danish sangat mencintai Ayraa. Karena di sepanjang jalan lorong ruangan Danish menggenggam erat tangan Ayraa.     

"Selamat pagi Pak Danish." sapa seorang wanita yang bangun dari duduknya dan menghampiri Danish hanya untuk mengucapkan selamat pagi.     

"Selamat pagi Yani." jawab Danish dengan tersenyum ramah.     

"Kalau boleh tahu siapa dia Pak Danish?" tanya Yani dengan tatapan tak berkedip menatap ke arah Ayraa.     

"Ohh.. kenalkan, namanya Ayraa...dia istriku." jawab Danish sambil memeluk bahu Ayraa.     

"Jadi...Pak Danish sudah punya istri? aku kira masih belum punya istri." ucap Yani tanpa basa-basi.     

"Kenapa kalau aku sudah punya istri?" tanya Danish tidak mengerti apa yang dipikirkan Yani.     

"Aku kira Ayraa adiknya Pak Danish karena terlihat masih anak-anak." sahut Yani sambil menatap Ayraa dari bawah ke atas.     

"Ayraa memang masih muda dia masih kuliah tingkat dua...jadi apa yang kamu bilang memang benar. Tapi istriku sangat dewasa sekali bahkan lebih dewasa di banding wanita yang usianya tua tapi sikapnya masih anak-anak." ucap Danish membela Ayraa dengan memujinya di hadapan Yani.     

seketika wajah Yani memerah mendengar ucapan Danish yang secara jelas menyindir dirinya dan memuji Ayraa.     

"Ya sudah Yani, lanjutkan kamu bekerja. Aku akan membawa istriku ke ruangan ku." ucap Danish sambil memeluk pinggang Ayraa berjalan ke arah ruangan kantornya.     

"Silakan Pak." ucap Yani kemudian kembali ke meja kerjanya dengan wajah yang terlihat suram.     

Dengan langkah yang tenang Danish membuka pintu ruang kerjanya dan menyuruh Ayraa masuk ke dalam.     

"Sekarang, kamu istirahat lah didalam Ayraa. Aku mau kerja dulu." ucap Danish sambil memberikan kunci ruang pribadinya yang ada di dalam pada Ayraa.     

Tanpa membantah ucapan Danish, Ayraa menerima kunci ruang pribadinya Danish dan masuk ke dalam untuk beristirahat.     

Di dalam ruang pribadi Danish, ayraa berbaring di sofa yang cukup besar.     

"Drrrt... Drrrt.. Drrrt"     

Mendengar ponselnya berbunyi, dengan cepat Ayraa menerima panggilan tersebut setelah tahu yang menghubunginya adalah Niluh.     

"Hallo.. ya Niluh ada apa?" tanya Ayraa dengan perasaan yang tiba-tiba tidak enak.     

"Ayraa.. kenapa kamu tidak masuk kuliah? ada kabar penting buat kamu. Kamu mendapat pesan dari Dara saudara kembarnya Bara yang sekarang ada di rumah sakit." ucap Niluh dengan suara yang sepertinya ketakutan.     

"Ada hubungannya apa antara Bara yang ada di rumah sakit denganku?" sahut Ayraa sedikit gugup karena yang pasti Dara tahu kalau Bara terluka karena dirinya.     

"Kamu di minta Dara untuk pergi ke rumah sakit untuk melihat Bara. Apa benar Bara terluka karena kamu Ayraa? disini semua sudah tahu kalau Bara terluka karena kamu." ucap Niluh dengan perasaan cemas.     

"Aku melakukannya karena terpaksa. Bara telah melecehkan aku dengan membawaku ke kamar kecil.. di sana dia menciumku! apa aku harus diam saja dan tidak membalasnya?" ucap Ayraa dengan hati kesal menceritakan semuanya pada Niluh.     

"Jadi Bara telah menciummu? benar-benar Bara kelewatan sekali." ucap Niluh dengan perasaan hancur karena selama ini dia telah memendam rasa pada Bara.     

"Sekarang bagaimana? kamu disuruh Dara ke rumah sakit dan di sini aku diminta Dara untuk menemanimu ke sana." ucap Niluh dengan hati yang masih terluka.     

"Bilang sama Dara, aku tidak akan kesana!! Bara yang salah kenapa harus kesana." ucap Ayraa dengan perasaan semakin kesal.     

"Tapi kalau kamu tidak ke sana, masalahnya akan semakin besar Ayraa. Kamu bisa dikeluarkan dari Universitas." ucap Niluh dengan perasaan cemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.