THE BELOVED ONE

KESEPAKATAN DENGAN DARA



KESEPAKATAN DENGAN DARA

0"Tapi kalau kamu tidak ke sana, masalahnya akan semakin besar Ayraa. Kamu bisa dikeluarkan dari Universitas." ucap Niluh dengan perasaan cemas.     
0

Ayraa terdiam sejenak memikirkan apa yang di katakan Niluh ada benarnya juga.     

Kalau dirinya sampai di keluarkan dari universitas, maka Danish akan mengetahui masalahnya.     

"Jam berapa kamu akan ke rumah sakit." tanya Ayraa akhirnya mengalah untuk pergi melihat Bara daripada akan menjadi masalah.     

"Pulang kuliah aku ke sana, jam sebelas mungkin. jawab Niluh dengan perasaan lega karena Ayraa mau melihat keadaan Bara.     

"Ya sudah.m aku jam jam setengah sebelas aku berangkat ke kampus. Aku tunggu di depan kampus ya? kita berangkat sama-sama." ucap Ayraa sambil melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul sembilan.     

"Oke.. aku tunggu di depan kampus jam sebelas." ucap Niluh kemudian menutup panggilannya.     

Setelah bicara dengan Niluh, Ayraa berbaring di sofa di ruang dalam pribadinya Danish untuk beristirahat.     

Namun tetap saja Ayraa tidak bisa beristirahat dengan tenang karena tidak tahu apa yang akan terjadi saat nanti dia akan ke rumah sakit menemui Bara.     

"Ayraa." panggil Danish yang masuk ke dalam ruang pribadinya dan menghampiri Ayraa.     

"Iya Kak, ada apa?" jawab Ayraa bangun dari tidurnya dan duduk di samping Danish yang duduk di sampingnya.     

"Aku akan pergi menemui Tuan Adiyasa. Kemungkinan sekalian mampir ke rumah sakit untuk menengok putranya yang saat ini keadaannya tidak baik. Kamu tidak takut kan tinggal di sini sendirian sampai aku kembali?" ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa.     

Seketika wajah Ayraa tampak terkejut saat Danish bilang akan ke rumah sakit untuk menengok Bara.     

"Kak Danish jam setengah sebelas nanti aku akan pergi ke kampus, diajak teman untuk ke rumah sakit menengok teman yang sedang sakit. Dari rumah sakit aku langsung pulang ya Kak." ucap Ayraa minta izin pada Danish tapi tidak menceritakan kalau dia ke rumah sakit untuk melihat Bara juga.     

"Oh... teman kamu juga ada yang sakit? di rumah sakit mana?" tanya Danish tidak merasa curiga.     

"Aku tidak tahu kak di rumah sakit mana? Aku hanya di minta tolong sama Niluh untuk menemaninya ke rumah sakit dan aku juga tidak terlalu mengenal dekat dengan yang sakit." ucap Ayraa yang memang tidak mengenal dekat dengan Bara dan Dara.     

"Ya sudah... kalau begitu sekalian saja aku antar kamu ke kampus, biar kamu tidak naik taksi." ucap Danish meraih tangan Ayraa dan mengajaknya keluar dari ruang pribadinya.     

Dengan di antar Danish, Ayraa sudah tiba di kampus untuk bertemu Niluh.     

"Hai...Niluh, menunggu lama?" tanya Ayraa setelah turun dari mobil Danish.     

Niluh yang melihat wajah Danish dari jendela menatap penuh wajah Danish tanpa berkedip.     

"Kakak kamu Ayraa?" tanya Niluh setelah mobil Danish pergi.     

"Emm..iya, dia Kak Danish kenapa?" tanya Ayraa dengan tatapan heran melihat Niluh yang tidak berkedip melihat Danish walaupun sudah tidak ada lagi di hadapannya.     

"Tampan sekali Kakak kamu Ayraa, apa dia sudah punya pacar?" tanya Niluh dengan sebuah senyuman.     

"Kak Danish tidak punya pacar, tapi punya istri." jawab Ayraa dengan sedikit cemburu melihat Niluh terlihat menyukai Danish.     

"Sayang sekali Ayraa, padahal Kakak kamu sangat tampan Ayraa, coba kalau tidak punya istri aku pasti ingin jadi pacarnya." ucap Niluh dengan tertawa kecil.     

"Jangan coba-coba menaksir Kak Danish, istrinya pencemburu, bisa-bisa kamu di dampratnya habis." ucap Ayraa dengan nada kesal.     

"Iya... iya, siapa juga yang mau merebut suami orang... tidak baik." ucap Niluh kemudian menggandeng tangan Ayraa untuk naik ke taksi yang sudah di hentikannya.     

Tiba di rumah sakit Niluh dan Ayraa keluar dari taksi dan berjalan masuk ke dalam koridor rumah sakit.     

"Kamu tahu kamarnya dia Niluh?" tanya Ayraa mengikuti Niluh yang berjalan dengan pasti ke kamar Bara.     

"Tadi malam teman-teman sudah ke sini semua Ayraa, kamu saja yang tidak ikut. Makanya aku tahu di mana kamar Bara sekarang." jawab Niluh sedikit malu karena tidak cerita ke Ayraa kalau dirinya sudah dua kali melihat keadaan Bara.     

Ayraa hanya terdiam mendengar pengakuan Niluh dan itu tidak terlalu penting baginya.     

"Karena tadi malam aku ke sini, Dara yang tahu aku adalah temanmu dia pesan padaku untuk menyuruh kamu datang ke sini bagaimanapun caranya. Kalau kamu tidak ke sini Dara akan lapor ke Rektor untuk mengeluarkan kamu dari universitas." ucap Niluh dengan ragu-ragu karena takut Ayraa akan marah.     

Ayraa masih tetap terdiam setelah mendengar penjelasan dari Niluh tentang Dara yang mengancamnya kalau dia tidak melihat keadaan Bara.     

"Sekarang apa yang harus aku lakukan kalau sudah di sini? Apa yang Dara inginkan dariku?" tanya Ayraa dengan nada kesal.     

"Aku juga tidak tahu apa yang diinginkan Dara darimu, yang penting kita ikuti saja apa keinginannya sekarang. Nah... itu kamarnya Bara, kita akan ke sana." ucap Niluh setelah sampai di kamar Bara yang terlihat sangat besar.     

Dengan hati berdebar-debar, Ayraa masuk ke dalam kamar Bara bersama Niluh. Dan Ayraa sangat terkejut di dalam kamar sudah ada Dara yang menatapnya dengan tatapan tajam.     

"Kamu akhirnya datang juga. Cepatlah kemari! aku ingin bicara denganmu." ucap Dara menunggu kedatangan Ayraa dan mencekal lengan Ayraa agar mendekat ke arahnya.     

"Apa sih kamu! tidak bisakah kamu bicara baik-baik tidak perlu kasar!" ucap Ayraa sambil menepis tangan Dara dengan keras.     

"Dengar!! aku tidak terlalu banyak bicara lagi padamu. Mulai besok, setelah kamu pulang kuliah, kamu harus ke sini untuk menjaga bara sampai sore, setelah itu terserah kamu. Kamu bisa pulang atau tidak, dan itu berlaku sampai Bara sembuh. Ini sudah final keputusanku! kalau kamu tidak melakukannya! aku akan lapor ke Rektor untuk mengeluarkanmu dari universitas!" ucap Dara dengan tatapan tajam.     

"Siapa kamu berani-berani lapor ke Rektor? silakan saja kalau kamu ingin melapor. Aku tidak takut, lagian yang salah bukan aku tapi saudara kamu." ucap Ayraa membalas tatapan Dara lebih tajam.     

"Kenapa aku tidak berani melapor ke Rektor! Apa kamu ingin bukti sampai kamu keluar dari Universitas? akan aku lakukan besok atau hari ini!" tantang Dara menantang ucapan Ayraa.     

Ayraa terdiam bukan karena tidak berani melawan Dara, tapi Ayraa lebih berpikir ke depan... memikirkan apa yang akan terjadi nanti kalau Danish mengetahui semua hal itu. Dan itu tidak diinginkan Ayraa karena akan menjadi beban pikiran Danish.     

"Baiklah akan aku lakukan apa yang kamu inginkan. Tapi aku tidak mau sampai sore aku hanya mau sampai jam dua saja, karena aku harus membantu Kakak ku di rumah." ucap Ayraa dengan nada penuh tekanan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.