THE BELOVED ONE

HAMPIR KETAHUAN DANISH



HAMPIR KETAHUAN DANISH

0"Baiklah akan aku lakukan apa yang kamu inginkan. Tapi aku tidak mau sampai sore aku hanya mau sampai jam dua saja, karena aku harus membantu Kakak ku di rumah." ucap Ayraa dengan nada penuh tekanan.     
0

"Baiklah oke.. tidak apa-apa kalau kamu hanya sampai jam dua, tapi tidak ada alasan kamu untuk tidak datang. Selesai kuliah kamu harus segera ke sini walaupun itu jam berapa selesainya." ucap Dara dengan serius.     

"Baiklah aku setuju, tapi hanya sampai Bara sembuh. Setelah itu Jangan menggangguku aku tidak mau ada urusan lagi dengan kalian. Apa kamu setuju!" ucap Ayraa membuat kesepakatan dengan Dara.     

"Oke... aku setuju." jawab Dara menatap penuh wajah Ayraa.     

"Drrrt...Drrrt... Drrtt"     

"Dara ponsel kamu berbunyi." ucap Niluh yang mendengar ponsel Dara di atas meja berbunyi.     

"Bawa ke sini Niluh." ucap Dara yang masih duduk sama Ayraa di sofa.     

"Dara.. kenapa Bara masih belum bangun?" tanya Niluh sambil memberikan ponselnya pada Dara.     

"Barusan dia tidur setelah minum obat." jawab Dara sambil menerima panggilan Ayahnya.     

"Hallo.. ya Ayah." sahut Dara saat mendengar suara Ayahnya yang memanggil namanya.     

"Kamu ada di mana Dara? Ayah sudah ada di rumah sakit dengan Danish teman ayah." ucap Adiyasa yang yang sudah ada di rumah sakit bersama Danish.     

"Dengan siapa Ayah? dengan Danish? teman Ayah yang yang waktu itu datang di kantor Ayah?" tanya Dara dengan wajah yang terlihat berseri-seri.     

"Iya... Danish ingin melihat keadaan Bara, kamu di mana?" tanya Adiyasa mengulangi lagi pertanyaannya.     

"Aku ada di rumah sakit Ayah, aku senang kalau Danish ikut bersama Ayah kesini." ucap Dara dengan sangat antusias.     

Ayraa yang mendengar ucapan Dara sangat terkejut kalau Danish sudah mengenal Dara.     

"Ya sudah... Ayah sekarang menuju kesana." ucap Adiyasa sambil menutup panggilannya.     

"Kamu mengenal teman Ayah kamu Dara?" tanya Ayraa memastikan pemikirannya.     

"Tidak juga, aku belum mengenalnya. Tapi aku tahu namanya dari Ayah kemarin. Dia sangat dingin sekali tapi aku sangat menyukainya. Aku suka dengan pria tipe seperti Danish." jawab Dara dengan sebuah senyuman.     

Entah kenapa hati Ayraa terasa tercubit saat mendengar kata-kata Dara, walau Dara masih belum mengenal Danish. Rasa cemburu mulai menyergap hati Ayraa.     

"Apa Ayah kamu sudah mau kesini Dara?" tanya Ayraa mulai gelisah karena dia harus pergi dari kamar Bara.     

"Karena sudah jam dua aku harus pulang, besok aku akan ke sini." ucap Ayraa bersiap-siap untuk keluar dari kamar Bara agar tidak bertemu dengan Danish.     

"Niluh..kamu pulang tidak? kalau kamu tidak pulang. Aku pulang duluan." tanya Ayraa mulai gelisah.     

"Ya...tunggu aku Ayraa, aku akan ikut pulang denganmu." ucap Niluh kemudian mengikuti Ayraa yang sudah keluar dari kamar.     

Bergegas Ayraa berjalan cepat diikuti Niluh yang berada di belakangnya. Dari kejauhan Ayraa melihat Danish dan seorang laki-laki yang sudah terlihat tua. Dengan cepat Ayraa menarik tangan Niluh dan bersembunyi di balik pohon agar tidak terlihat oleh Danish.     

"Ada apa sih Ayraa? Kenapa kamu menarikku dan bersembunyi di sini?" tanya Niluh tak mengerti dengan apa yang dilakukan Ayraa.     

"Tidak apa-apa, sudah aman. Aku tadi melihat seseorang yang yang tidak ingin aku lihat." ucap Ayraa mengambil nafas lega setelah Danish berlalu dari ke arah kamar Bara.     

Tanpa menoleh lagi Ayraa berjalan cepat dengan menggandeng tangan Niluh.     

Sampai di jalan besar Ayraa dan Niluh berpisah. Ayraa naik taksi lebih menuju ke arah rumahnya.     

Sampai di rumah Ayraa bergegas masuk ke dalam kamar dan segera menghubungi Danish yang ada di Rumah sakit bersama Adiyasa dan Dara.     

"Hallo Kak Danis, Kak Danis ada di mana sekarang?" tanya Ayraa seolah-olah tidak tahu kalau Danish berada di rumah sakit. Rasa cemburu di hati Ayraa sudah tidak bisa ditahannya lagi, apa lagi mendengar pengakuan Dara kalau menyukai Danish.     

"Aku ada di rumah sakit sayang, ada apa?" jawab Danish agak menjauh dari Adiyasa dan Dara karena tidak ingin mengganggu ketenangan Bara yang sudah terbangun dari tidurnya.     

"Kak Danish.. pulanglah cepat! perutku sakit sekali...Aku tidak tahu kenapa, cepat pulang Kak Danish." ucap Ayraa berbohong pada Danish agar Danish cepat pulang dan tidak berlama-lama di rumah sakit.     

"Ya Ayraa.. aku akan segera pulang. Tunggu ya sayang.. aku akan pulang cepat." ucap Danish dengan sangat cemas.     

"Permisi Tuan Adiyasa, mohon maaf aku tidak bisa lama-lama di sini istriku saat ini sedang sakit perut." ucap Danish kemudian pergi dari kamar Bara.     

Dara yang mendengar ucapan Danish bagaikan mendengar petir di siang hari. Dara sama sekali tidak percaya kalau Danish telah mempunyai istri dan itu tidak bisa diterimanya.     

"Ayah kenapa Ayah tidak bilang kalau Danish sudah mempunyai istri?" ucap Dara dengan nada kesal.     

"Danish memang sudah mempunyai istri Dara, dan kamu tidak bertanya pada Ayah, Danish sudah punya istri atau tidak? kenapa memang? Apa kamu menyukai Danish?" tanya Adiyasa dengan tersenyum.     

"Aku sudah menyukai Danish dari awal Ayah, dan aku tidak bisa dengan mudah melupakannya. Aku ingin Danish menjadi milikku." ucap Dara secara terang-terangan pada Ayahnya.     

"Tidak seperti itu Dara, kamu bisa mencintai laki-laki yang lain yang belum punya istri. Danish sudah mempunyai istri dan tidak baik mencintai suami orang lain." ucap Adiyasa dengan tenang.     

"Tapi ayah...aku terlanjur mencintai Danish. Aku akan berusaha sekuat tenaga agar Danish menjadi milikku Ayah. Aku tidak bisa mengalah begitu saja." ucap Dara dengan bibir cemberut meninggalkan Adiyasa bersama Bara.     

Adiyasa menggelengkan kepalanya melihat sikap putrinya yang sama sekali tidak dewasa.     

"Bara, bagaimana keadaanmu? Apa kamu masih merasakan sakit pada bagian yang kemarin kena tendang teman wanita kamu hingga membuat kamu pingsan?" tanya Adiyasa menahan tawa.     

Wajah Bara memerah dengan ucapan Ayahnya yang menyindirnya.     

"Sudah mendingan ayah, dan bukan karena itu yang membuat aku pingsan ayah.. tapi karena aku terbentur pada dinding dengan cukup keras. ucap Bara tidak ingin terlihat banci di mata Ayahnya.     

"Sekarang bagaimana? apa kamu sudah bertemu dengan gadis itu?" tanya Adiyasa merasa kagum pada gadis yang berani menghajar Bara putranya yang sangat sombong dan manja.     

"Nama gadis itu Ayraa Ayah, dan aku belum bertemu dengannya. Kata Dara hari ini Ayraa datang, tapi aku tidak melihatnya sampai sekarang." jawab Bara yang sejak mencium Ayraa tidak bisa melupakan wajah Ayraa sama sekali. Bara masih merasakan bagaimana rasanya mencium bibir Ayraa yang lembab, yang sudah menarik hati dan dunia khayalnya.     

"Kalau kamu pulang, ajaklah Ayraa ke rumah. Ayah ingin bertemu dengan Ayraa gadis pemberani yang telah berani menghajar kamu." ucap Adiyasa dengan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.