THE BELOVED ONE

DI UJUNG PENGHARAPAN



DI UJUNG PENGHARAPAN

0Sudah empat hari Nicky dan Hana berada di Surabaya. Suasana rumah Nicky yang biasanya sepi , tampak sudah ramai, dengan hadirnya saudara-saudara dari Keluarga besar papa dan mamanya. Nicky dan Hana lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar. Tidak ada hal yang berkesan di hati Nicky kecuali rasa yang begitu hampa. Sejak pertengkarannya dengan Bagas, sampai hari ini Nicky sama sekali tidak tahu kabar tentang Bagas lagi. Bahkan Bagaspun tidak ada memberi kabar, baik pesan ataupun sekedar menelpon dirinya. Hari-hari Nicky di laluinya dengan lebih banyak melamun. Dan seringkali Hana mengingatkan jika Nicky ingin mundur dari pernikahan, hana akan berusaha untuk membantunya. Tapi Nicky tetap bersihkeras dengan pilihannya yaitu menikah dengan Raka walau hatinya penuh rasa sakit.     
0

" Keras kepalamu itu, lambat laun akan membunuhmu secara berlahan Nick,....tidak hanya membunuhmu,,...tapi juga membunuh Bagas,....ingat itu Nick.,,, " kata Hana.     

" Maafkan aku Hana,... aku tidak bisa mundur lagi,... aku tidak tahu apa yang terjadi nanti, aku pasrah dengan takdir Tuhan,...." ucap Nicky dengan rasa putus asa.     

" Nick... tante dan Genta jadi kapan datangnya,...?" tanya Hana setelah sadar belum melihat keberadaan Genta dan mamanya Bagas.     

" Besok pagi katanya datang Han? kenapa memang Han?" tanya Nicky dengan heran.     

" Bukannya malam ini ya rencananya,..?" tanya Hana lagi seperti memikirkan sesuatu.     

" Katanya mama, pekerjaan Genta belum selesai , jadi besok pagi-pagi baru ke sini,... " jawab Nicky menatap Hana semakin penasaran.     

" Aku hanya merasa aneh aja ,... seperti ada sesuatu,.. " curiga Hana. " Kamu tahu tidak Nick,....kemarin saat aku ada telpon Bagas tapi yang angkat telpon seorang wanita,...." namanya kalau tidak salah adalah Jeany ..." rasanya aku pernah mendengar nama itu di keluarga bagas, tapi aku lupa apa benar namanya Jeany,..." kata Hana panjang lebar.     

" Jeany itu sekertaris Bagas yang baru Han,...dan kamu tahu kan, saat ini Bagas dengan jeany berada di jakarta,..." cerita Nicky.     

" Ohhh ,.... " Hana berpikir sesuatu, mencoba mengingat sesuatu tentang jeany.     

" Sudahlah Han,... ayo kita tidur,.." aku sangat lelah hari ini ..." kata Nicky sambil mengambil selimutnya buat tidur.     

" Memang , kamu sudah siap untuk acara besok Nick,....?" tanya Hana heran melihat Nicky biasanya menangis mengingat Bagas, saat ini sangat terlihat datar.     

" Siap tidak siap , bukannya aku harus tetap siap Han,..." aku sudah pasrah dengan jalannya takdir ....aku sudah putus asa Han,...aku sudah menyerah dengan semua yang terjadi nanti,..."Nicky menghela nafas berat.     

" Ya kita tunggu saja takdirmu besok Nick,....aku berharap semua akan baik-baik saja, yang terpenting kamu bahagia,..." balas Hana meragu.     

"Hemmmm,....semoga semua baik-baik saja,..."gumam Nicky pelan, mencoba memejamkan matanya.     

***     

Di Vila,...Jeany ,Genta dan Elina berkumpul di kamar Bagas. Tubuh Bagas berbaring lemah di ranjangnya. Sejak Genta menemukan Bagas yang pingsan , kondisi Bagas semakin hari semakin menurun drastis. Penyakit lambungnya kambuh akut. Karena Infeksi di lambungnya sudah parah, untuk mendapatkan nutrisi dan vitamin, bagas mendapatkannya dari cairan infus. Walau Bagas terkadang masih sadar, namun Bagas lebih banyak diam dan tidak merespon dengan apa yang di dengarnya. Tatapan mata Bagas kosong dan hampa. Elina menangis duduk di ranjang di samping Bagas. Di genggamnya jemari Bagas yang lemah dan kurus. Elina menangis menciumi punggung tangan Bagas. Hati Elina hancur dengan keadaan Bagas yang bagai mayat hidup.     

" Gen,....baiknya kita bawa Bagas ke rumah sakit sekarang,.." Mama tidak ingin terjadi apa-apa sama Bagas Gen,..." kata Elina menangis pilu.     

" Ya Ma,...Genta akan telpon dokter irwan dulu,..." Genta merogoh kantong celananya untuk mengambil HPnya.     

Mata Bagas yang terpejam membuka perlahan dan mengumam pelan.     

" Jangan bawa aku ke rumah sakit,. biarkan aku di sini saja,..." suara pelan Bagas terbata-bata.     

Airmata Elina mengalir deras.     

" Kamu jangan keras kepala seperti ini sayang,..." kamu harus sembuh nak,...demi mama sayamg ..." ucap Elina menangis.     

Jeany memeluk Elina , ikut menangis, tidak tega melihat keadaan Bagas yang semakin hari semakin tak berdaya.     

Bagas menyentuh wajah mamanya berlahan. di usapnya air mata mamanya.     

" Mama jangan menangis,...baiknya mama pulang,,..mama besok pagi harus pergi, Nicky membutuhkan mama,..." kasihan Nicky jika mama tidak datang,..." Bagas mohon,." kata Bagas dengan suara yang hampir tidak terdengar. Nafasnya mulai terputus-putus, sangat kelihatan sekali Bagas kesulitan dalam bernafas. Elina mengangguk pasrah memenuhi keinginan putranya.     

" Bagas harus janji sama mama,....jika mama besok ke surabaya, Bagas harus baik-baik dan harus cepat sembuh ya,..." ucap Elina masih dalam tangis.     

Jeany menatap Genta yang masih berdiri ,     

" Gen,...antar mama pulang sekarang,...temani mama besok pagi ke surabaya, biar aku yang temani Bagas di sini,..." kata Jeany memberiak syalnya pada Elina agar tidak kedinginan dalam perjalan pulang.     

Dengan berat hati Elina memeluk Bagas sekali lagi,...dan mencium kening Bagas.     

" mama pulang dulu ya sayang,..." kata Elina menatap Bagas untuk kesekian kalinya.     

Genta menuntun Elina masuk ke dalam mobil, dan membawanya pulang untuk beristirahat.     

Tinggal Jeany menjaga dengan sabar di samping Bagas. Di pandanginya wajah Adik iparnya yang pucat dengan bibir yang membiru pucat. Tubuhnya yang mulai kurus, dengan pipi yang makin tirus, membuat hati Jeany makin bersedih. Sudah hampir 2 minggu dia berada di Bandung jauh dari suaminya, karena ingin membantu Bagas menyelesaikan masalahnya. Namun dengan situasi yang seperti ini membuat Jeany takut. Takut jika terjadi apa-apa pada Bagas.     

" Gas,... kamu jangan seperti ini, .. kamu harus kuat Gas,.... kasian mama, papa, dan Mas yoga jika kamu seperti ini,... " Jeany mengusap pipi Bagas. Bagas menatap Jeany dan tersenyum.     

" Kak Jean,.. jangan kuatir,.. Bagas baik-baik aja kak,... " bibir Bagas menggumam sangat pelan .     

Mata Bagas mengerjap sesaat, tangannya memegang perutnya yang mulai terasa nyeri. Bagas merintih,..." Kak sakit,...sakit sekali kak Jean."     

Jeany meraba perut Bagas yang sakit.     

" Yang mana yang sakit Gas, ....tanya Jeany panik. " Minum obat dulu ya Gas,..." Jeany mengambil obat yang berupa cairan yang sudah tersedia di atas meja. Bagas menggelengkan kepalanya dengan pelan.     

Bagas menolak obat yang akan di minumkan Jeany. Jeany menangis sedih melihat penolakan Bagas. Dengan susah payah akhirnya Bagas mau meminum obatnya setelah melihat Jeany menangis. Setelah beberapa menit, Bagas mulai tertidur. Jeany mengusap kening Bagas yang berkeringat. Tubuh Bagas terasa dingin. Di selimutinya tubuh Bagas dengan selimut yang tebal. Jeany menjaga dengan penuh perhatian. Jeany berpikir ingin memberitahu Nicky, namun jeany teringat ucapan Bagas, agar tidak sedikitpun memberi kabar pada Nicky sampai proses akad nikah Nicky selesai. Jeany meremas tangannya. bingung bagaimana caranya membantu Bagas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.