THE BELOVED ONE

TERPISAH RANJANG



TERPISAH RANJANG

Bagas berbaring di tempat tidurnya sambil mengusap tempat di sampingnya yang kosong.     

Sangat sedih dengan semua yang terjadi, kebahagiaan yang baru saja dia dapatkan kini telah hilang dari rengkuhannya.     

Cinta dan perasaan Nicky yang sudah dia miliki kini telah lepas dari genggamannya.     

"Ya Tuhan, ujian apa yang sekarang terjadi? aku sama sekali tak mengerti bagaimana bisa ini terjadi?" ucap Bagas dengan hati yang terluka kembali.     

Setelah hampir dua bulan tidak bertemu dengan Nicky, dan dalam satu bulan sepenuhnya dia mencari keberadaan Nicky ke mana-mana dan kini semuanya telah hilang dengan kehadiran Nicky dengan mengakhiri hubungannya.     

Kedua mata Bagas terpejam, tidak tahu apa bisa tidur atau selamanya tidak akan bisa tidur lagi, jika hati dan pikirannya hanya tertuju pada Nicky.     

Dengan hati yang gelisah dan merasa sakit, Bagas berdoa dalam hati agar bisa tidur sedikit saja.     

"Tok...Tok... Tok"     

"Ya." sahut Bagas dengan lemas.     

"Den Bagas... Non Nicky menunggu di meja malam untuk makan malam." ucap Bik Ijah di luar pintu.     

"Nanti saja Bik, aku makan... Nicky suruh makan saja dulu." ucap Bagas merasa tidak ada keinginan untuk makan.     

"Ya Den." ucap Bik Ijah kemudian berlalu.     

Setelah beberapa menit berlalu terdengar lagi pintu Bagas terketuk.     

"Tok..Tok..Tok"     

"Bik Ijah...aku masih belum lapar, nanti aku akan makan Bik." ucap Bagas semakin sedih dengan hatinya karena Nicky sama sekali tidak ada perhatian padanya.     

"Aku bukan Bik Ijah, aku Nicky... boleh aku masuk." ucap Nicky di luar pintu.     

Dengan hati tak percaya, seketika Bagas bangun dari tidurnya duduk bersandar sambil membaca buku.     

"Masuklah Nick." sahut Bagas tidak ingin Nicky melihat kesedihannya.     

Terlihat Nicky masuk dengan membawa satu nampan makanan dan di letakkannya di pinggir ranjang.     

"Kata Bik Ijah kamu masih belum makan, jadi aku bawa makananmu ke sini." ucap Nicky sedikit canggung.     

"Aku masih belum lapar, mau habiskan baca ini dulu." ucap Bagas berusaha untuk tenang.     

"Tapi aku tahu sendiri dari pagi kamu belum makan sama sekali, bagaimana kamu bisa bilang belum lapar." ucap Nicky sedikit mengejutkan Bagas karena apa yang dikatakan Nicky benar adanya.     

"Sebentar lagi aku makan, terima kasih banyak." ucap Bagas dengan hati semakin tersiksa dengan hadirnya Nicky.     

"Makanlah sekarang, kata Bik Ijah kamu juga baru sakit dan kamu punya riwayat sakit mag akut. Sebaiknya kamu jangan menunda untuk makan." ucap Nicky seraya mengambil buku yang ada di tangan Bagas dan menggantinya dengan nampan yang ada sepiring makanan dan minuman.     

"Terima kasih, aku akan segera memakannya. Bisakah kamu meninggalkan aku untuk makan?" ucap Bagas dengan tatapan memohon agar Nicky segera pergi karena hatinya semakin sedih dengan kehadiran Nicky.     

"Maaf, aku akan menunggu di sini hingga kamu selesai makan." ucap Nicky dengan tenang.     

"Aku pasti memakannya Nick, kamu tidak perlu menungguiku." ucap Bagas sedikit gusar karena pasti makannya akan butuh waktu lama karena dia sama sekali tidak ada selera makan.     

"Aku akan tetap menunggu kamu selesai makan. Dan aku tadi terima telepon dari Mama kamu besok Mama kemari." ucap Nicky sedikit kaget saat Mama Bagas mencarinya dengan menelepon dari pesawat telepon rumah.     

Bagas menegakkan punggungnya dan menatap wajah penuh wajah Nicky.     

"Kenapa kamu tidak beralasan lain agar Mama tidak kemari?" tanya Bagas sambil mulai makan makanannya.     

"Aku belum tahu siapa diriku, dan bagaimana masa lalu kita. Aku ingin mendengar cerita dari Mama kamu." ucap Nicky berusaha untuk tenang dengan pikiran yang campur aduk.     

Bagas terdiam, tidak menanggapi ucapan Nicky yang pasti membuatnya semakin terluka.     

"Aku sudah selesai makan, bisa panggilkan Bik Ijah untuk mengambil ini." ucap Bagas sambil meletakkan makanannya yang belum habis.     

"Kenapa kamu tidak menghabiskannya?" tanya Nicky ingin Bagas menghabiskan makannya.     

"Aku sudah kenyang, bagaimana aku bisa menghabiskannya." ucap Bagas tidak tahu lagi menghadapi Nicky yang masih berada di kamarnya.     

"Maaf, terpaksa aku menyuapimu." ucap Nicky sambil mengambil makanannya.     

Bagas sama sekali tidak mengerti dengan sikap Nicky. Pagi tadi dia sendiri yang ingin berpisah darinya. Tapi malam ini seolah-olah memaksakan diri untuk memperhatikannya.     

"Aku tidak tahu, apa yang yang kamu inginkan Nick?" ucap Bagas dengan suara yang terasa berat.     

"Aku hanya ingin tahu masa lalu kita saja." ucap Nicky sedikit penasaran karena sebagian cerita dari Bik Ijah yang menceritakan pernikahan mereka sangat bahagia.     

Tanpa bicara lagi Nicky menyuapi Bagas dengan pelan dan Bagas sama sekali tidak bisa menolaknya.     

Suapan demi suapan akhirnya makanan Bagas habis juga.     

"Sudah habis kan? sekarang kamu bisa istirahat." ucap Nicky mulai tenang setelah makanannya Bagas habis.     

Tanpa menjawab ucapan Nicky, Bagas berbaring dan memejamkan matanya dengan hati berkecamuk.     

"Kamu telah menyiksaku Nick, dengan keputusanmu dan sikapmu yang sekarang ini." ucap Bagas dalam hati.     

Nicky menatap Bagas yang sudah tidur dengan memunggunginya.     

Dengan pikiran yang rumit Nicky meninggalkan kamar Bagas dan masuk ke dalam kamarnya setelah meletakkan piring kotor di meja makan.     

***     

Pagi hari...     

Bagas di kejutkan oleh suara Nicky yang sudah ada di kamarnya.     

"Nicky...ada apa?" tanya Bagas sambil mengusap wajahnya.     

"Ayo bangun, Bunda sudah datang. Sekarang sudah ada di kamarnya." ucap Nicky yang sedikit tidak berani menghadapi Mama Bagas.     

"Biarkan saja, mungkin Mama masih ingin istirahat. Dan lagi kenapa kamu tidak menemuinya?" tanya Bagas dengan heran.     

"Aku tidak berani, aku sedikit takut." ucap Nicky dengan wajah memerah.     

"Kalau kamu takut, kamu tunggu di kamar saja. Maksudku kamar kamu sendiri." ucap Bagas yang masih mengantuk karena semalaman tidak bisa tidur.     

"Tidak...kamu harus bangun dan temani aku untuk menemui Mama, aku takut salah bicara kalau sendirian." ucap Nicky dengan gugup.     

"Tapi Mama juga masih Istirahat Nick, sebaiknya kamu juga istirahat. Aku juga masih mengantuk karena semalaman aku tidak bisa tidur." ucap Bagas sambil memeluk gulingnya.     

"Aku tidak bisa tidur lagi." ucap Nicky dengan mata berkabut.     

"Baiklah, tunggu aku di ruang tamu aku akan mandi dulu." ucap Bagas yang akhirnya mengalah demi Nicky yang terlihat bingung.     

"Aku akan menunggumu di sini saja." ucap Nicky dengan tatapan memohon.     

Hati Bagas, kembali merasa tersiksa ingin sekali dia menyentuh dan memeluk Nicky jika sudah dalam keadaan bingung.     

Tapi Bagas menghargai permintaan Nicky untuk tidak menyentuhnya.     

"Baiklah kamu tunggu di sini, biar aku mandi di luar." ucap Bagas tidak ingin tersiksa lebih lama lagi di kamar bersama Nicky.     

"Tidak, jangan...kamu mandi di sini saja!!" ucap Nicky dengan tatapan rumit.     

"Nicky." panggil Bagas kemudian memeluk Nicky dengan sangat erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.