THE BELOVED ONE

SEPAKAT TINGGAL SATU KAMAR



SEPAKAT TINGGAL SATU KAMAR

0"Tidak, jangan...kamu mandi di sini saja!!" ucap Nicky dengan tatapan rumit.     
0

"Nicky." panggil Bagas kemudian memeluk Nicky dengan sangat erat.     

Nicky terdiam dengan tubuh tak bergerak saat Bagas dengan tiba-tiba memeluknya.     

"Kenapa kamu menyiksaku seperti ini? kenapa kamu harus kehilangan memorimu? aku tidak sanggup berpisah denganmu Nick." ucap Bagas memeluk Nicky dengan semakin erat.     

"Aku tidak berniat menyiksamu, aku hanya jujur dengan apa yang aku rasakan sekarang. Aku sudah berusaha mengingatmu tapi aku tidak bisa! aku tidak mengingatmu bahkan satu saja kenangan kita, aku tidak ingin semakin menyakitimu nantinya." ucap Nicky dengan jujur.     

"Kamu tidak perlu mengingatnya sekarang Nick, dan aku tidak akan mengganggumu dengan kehadiranku. Biarkan waktu yang akan mengembalikan ingatan memori kamu." ucap Bagas dengan wajah memohon.     

Nicky menghela nafas panjang.     

"Bukankah aku sudah menyetujui permintaanmu selama sembilan bulan aku masih tinggal bersamamu?" ucap Nicky dengan sangat serius.     

"Tetaplah tinggal di kamar kita Nick, mungkin dengan kita tinggal satu kamar kamu bisa menemukan memori kamu yang hilang. Aku berjanji padamu aku tidak akan menyentuhmu selama kamu tidak menginginkannya." ucap Bagas dengan tatapan penuh harap.     

Nicky kembali dalam sebuah pertimbangan.     

Ada sesuatu di hatinya yang menolak keras permintaan Bagas, namun saat menatap mata Bagas ada kesedihan yang mendalam di sana.     

"Baiklah Gas, aku akan tinggal di kamarmu." Ucap Nicky dengan suara pelan namun begitu terdengar jelas di telinga Bagas.     

"Benarkah Nick? kamu mau tinggal di kamar ini?" tanya Bagas memastikan pendengarannya.     

"Ya..aku akan tinggal di kamar ini, tapi kamu harus ingat dengan janji kamu." ucap Nicky dengan suara yang jelas kali ini.     

"Syukurlah, trima kasih sayang...ehhh... Nick." ucap Bagas yang terpeleset memanggil kata sayang.     

Wajah Nicky sedikit memerah kemudian menatap ke sekeliling kamarnya lagi.     

"Kamu bisa istirahat kalau masih mengantuk, aku mau mandi sekarang." ucap Bagas dengan hati yang di liputi kebahagiaan.     

Tanpa menjawab ucapan Bagas, Nicky duduk di pinggir ranjang sambil mengamati kamar tidurnya. Sangat nyaman dan tertata rapi.     

Mata Nicky menatap sebuah foto besar di dinding kamar, foto dirinya dan Bagas sama sangat terlihat jelas ada kebahagiaan di wajahnya dan wajah Bagas.     

"Semua orang mengatakan kalau hidupku sangat bahagia dengan Bagas, bahkan Ayah dan Bunda yang besok lusa datang juga mengatakan kalau aku sangat mencintai Bagas. Tapi bagaimana bisa sedikit saja aku tidak bisa mengingatnya bahkan perasaanku seakan hilang entah kemana?" tanya Nicky dalam hati.     

"Nick, kamu tidak istirahat?" tanya Bagas terlihat segar dan sangat tampan. Hampir Nicky tidak berkedip kedua matanya jika Bagas tidak mengulangi lagi pertanyaannya.     

"Nick? kamu mendengar ku kan?" tanya Bagas dengan menatap penuh wajah Nicky.     

"Aku mendengar mu, aku hanya berpikir harus menjawab apa dengan pertanyaanmu itu. Ini sudah pagi dan kita harus menemui Mama kamu." ucap Nicky mencari sebuah alasan yang tepat.     

"Ya..kamu bisa tunggu di ruang tengah, aku mau berganti pakaian dulu sebentar." ucap Bagas yang berniat berganti pakaian.     

"Kamu bisa ganti di kamar mandi, aku menunggu di sini saja." ucap Nicky tidak ingin bertemu dengan Elina Mamanya Bagas.     

"Baiklah." ucap Bagas mengalah dengan keras kepalanya Nicky.     

Setelah selesai berganti pakaian, hati Nicky kembali terpesona dengan penampilan Bagas.     

"Ya Tuhan, kalau dia memang suamiku dan aku mencintainya, kenapa di otakku sama sekali tidak bisa mengingatnya?" tanya Nicky dalam hati.     

"Ayo Nick, kita temui Mama." ucap Bagas membuka pintu agar Nicky keluar lebih dulu.     

Sikap perhatian Bagas tak lepas dari penglihatan Nicky.     

Di ruang tengah Bagas melihat Elina yang sedang membaca koran.     

"Mama." panggil Bagas dengan penuh kerinduan dan kesedihan.     

Elina memeluk Bagas dengan penuh kasih sayang.     

"Nicky...kamu tidak memeluk Mama sayang?" tanya Elina melihat Nicky yang bersembunyi di balik punggung Bagas.     

Dengan rasa ragu Nicky menghampiri Elina dan memeluknya.     

"Mama." panggil Nicky mengikuti ucapan Bagas.     

"Nicky sayang, akhirnya sekian lama kamu kembali juga sayang. Keyakinan Bagas tenyata benar kamu masih hidup." ucap Elina dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Ya Ma, aku telah kembali." sahut Nicky, entah kenapa dalam pelukan Elina, Nicky merasakan sesuatu yang sangat berbeda rasa tenang dan nyaman.     

"Duduklah sayang, Mama mendengar dari Bik Ijah kalau kamu hamil, benarkah Nick?" tanya Elina dengan tatapan lembut.     

"Ya Ma." sahut Nicky sedikit tenang setelah berhadapan dengan Elina yang ternyata mertua yang sangat baik.     

"Mulai sekarang kamu tidak perlu bekerja lagi, kamu di rumah saja jaga kandunganmu. Biar Bagas nanti mencari sekertaris yang baru." ucap Elina dengan tatapan penuh kebahagiaan.     

"Bagas kamu dengar sayang? Nicky biar tinggal di rumah saja, kamu segera mencari sekertaris yang baru yang bisa membantu pekerjaanmu." ucap Elina dengan penuh wibawa.     

"Ya Ma, biar Genta nanti yang mencarinya." ucap Bagas sedikit lega karena Nicky bisa membawa dirinya dengan baik dihadapan Elina Mamanya.     

"Kamu dari tadi diam saja Nick, apa ada yang kamu pikirkan sayang?" tanya Elina dengan tatapan penuh.     

"Soal yang tadi Ma, mengenai sebagian memori aku yang hilang..aku minta maaf kalau aku masih belum bisa mengingat semuanya." ucap Nicky tidak ingin salah bersikap karena memang dia tidak ingat apapun.     

"Tidak apa-apa sayang, lambat laun memori itu akan muncul dengan sendirinya. Jangan di paksakan kalau kamu belum bisa mengingatnya." ucap Elina dengan tersenyum.     

Nicky mengambil nafas lega, setelah Elina tidak merasa kecewa dengan kekurangannya saat ini.     

"Oh...ya Nick, apa kamu sudah berencana bertemu dengan orang tua kamu?" tanya Elina setelah berdiam diri sejenak.     

"Belum Ma, mungkin besok mereka mau kemari." ucap Nicky dengan tatapan sedih belum bertemu dengan keluarganya yang di Surabaya.     

"Sebaiknya kalian berdua yang ke Surabaya, karena Bunda kamu baru saja sembuh dari sakit seperti Bagas yang juga baru sembuh dari sakit karena memikirkan keselamatan kamu." ucap Elina dengan tatapan yang penuh kesedihan.     

"Ya Ma, aku juga ingin sebenarnya ke sana, tapi saat ini aku tidak mempunyai identitas apapun untuk pergi ke Surabaya." ucap Nicky yang sudah merasa dekat dengan Elina.     

"Biar nanti Bagas yang akan mengurus semuanya." ucap Elina dengan penuh kasih sayang.     

"Bagas, kamu selesaikan semua masalah Nicky hari ini. Agar besok pagi kalian bisa pergi ke Surabaya." ucap Elina dengan serius.     

"Ya Ma, akan Bagas selesaikan semuanya, Mama tenang saja." ucap Bagas dengan hati yang semakin tenang.     

"Bagas, besok ke Surabaya kamu ikut kan?" tanya Nicky dengan perasaan ragu kalau Bagas akan menolaknya.     

"Tentu aku akan menemanimu Nick, kamu jangan cemas." ucap Bagas semakin yakin akan bisa mengembalikan cinta Nicky padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.