THE BELOVED ONE

PERASAAN KITA SEMAKIN DALAM



PERASAAN KITA SEMAKIN DALAM

0"Sebaiknya celanamu di lepas dulu sayang, ganti dengan celana pendek." ucap Nicky bangun dari tempatnya untuk mengambil celana pendek dari dalam almari.     
0

Dengan penuh perhatian Nicky membantu melepas celana panjang Bagas dan menggantinya dengan celana pendek.     

"Sini Gas, biar aku lihat." ucap Nicky kembali mengamati kedua lutut Bagas.     

"Kenapa jadi seperti ini Gas? ini sudah bengkak dan merah bisa-bisa infeksi dalam, pasti kamu memaksakan berjalan terus ya kan?" tanya Nicky dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Nicky.. aku tidak apa-apa sayang." ucap Bagas tidak ingin Nicky bersedih lagi.     

"Besok pagi kita ke dokter Gas, aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa." ucap Nicky sambil mengusap air matanya.     

Dengan hati sedih Nicky beranjak dari tempatnya untuk pergi ke dapur.     

"Kamu mau kemana Nick?" tanya Bagas menahan tangan Nicky.     

"Aku mau ke dapur Gas, mau ambil air hangat untuk mengompres lutut kamu yang bengkak." sahut Nicky kemudian pergi ke dapur.     

Bagas mengambil nafas panjang, antara bahagia dan hatinya yang sangat merindukan Nicky untuk bisa mengingatnya kembali.     

Sambil menunggu Nicky mengambil air hangat untuk mengompresnya Bagas membaringkan tubuhnya yang sudah teramat lelah memikirkan semua ujian yang terjadi pada dirinya.     

"Bagas." panggil Nicky yang datang dengan membawa sebaskom air hangat serta dua handuk kecil untuk mengompres kedua lutut kaki Bagas.     

"Hm..ya Nick, maaf aku menunggu sambil tiduran aku tidak bisa duduk terlalu lama badanku terasa sangat capek hari ini." ucap Bagas sambil bangun dan duduk bersandar.     

"Berbaringlah Gas, tidak apa-apa... aku masih bisa mengompresmu kok." ucap Nicky dengan penuh perhatian.     

Mendengar ucapan Nicky, sedikit menyejukkan hati Bagas. Dengan tenang Bagas kembali berbaring sambil menunggu Nicky yang mengompresnya.     

Dengan sangat hati-hati dan pelan Nicky mulai mengompres kedua lutut kaki Bagas secara berulang-ulang hingga agak lama.     

"Bagaimana Gas, rasa nyerinya apa sedikit berkurang?" tanya Nicky sambil menatap wajah Bagas yang terlihat pucat.     

"Masih sakit Nick." sahut Bagas merasakan sakit pada lututnya.     

"Minum obat sayang, di mana obatnya?" tanya Nicky mulai cemas melihat keadaan Bagas yang terlihat kesakitan karena bengkak pada lututnya.     

"Ada di laci Nick." ucap Bagas dengan menahan rasa sakit yang tidak bisa di tahannya lagi.     

Dengan cepat Nicky mengambil obat yang ada di dalam laci dan memberikannya pada Bagas beserta air putih yang sudah tersedia.     

"Tidurlah Gas." ucap Nicky tidak tega melihat keadaan Bagas yang menderita karena kakinya.     

Sambil memejamkan matanya Bagas berusaha untuk tidur, namun tetap saja rasa sakit di kakinya masih terasa.     

Melihat Bagas yang masih kesakitan, Nicky naik ke atas ranjang dan ikut berbaring di samping Bagas berusaha untuk bisa menghilangkan rasa sakit yang di rasakan Bagas.     

Dengan perasaan cemas dan rasa bersalah Nicky memeluk tubuh Bagas yang sudah terasa panas.     

"Nick." panggil Bagas dengan suara pelan.     

"Ya Gas." sahut Nicky dengan suara tercekat.     

"Maaf merepotkanmu." ucap Bagas dengan matanya yang setengah terpejam.     

Entah kenapa tiba-tiba hati Nicky terasa sangat sedih dan ikut merasakan sakit saat melihat keadaan Bagas.     

"Kamu tidurlah Nick, sudah malam." ucap Bagas tidak ingin Nicky ikut merasakan kesakitannya.     

"Kamu harus tidur dulu, baru aku bisa tidur juga Gas." ucap Nicky memberanikan diri untuk memeluk pinggang Bagas.     

Hati Bagas berdegup kencang dengan Nicky memeluk dirinya.     

"Nick." panggil Bagas dengan nafas tertahan.     

"Hm... tidurlah Gas, biar aku memelukmu seperti ini agar kamu bisa tenang dan rasa sakitmu bisa berkurang." ucap Nicky semakin mempererat pelukannya.     

"Terima kasih Nick." bisik Bagas membalas pelukan Nicky dengan pelukan lebih erat.     

***     

"Bagas... bangun sayang." panggil Nicky seraya membelai rambut kepala Bagas.     

"Hm..ya Nick." sahut Bagas sambil membuka matanya menatap wajah Nicky yang sudah ada di hadapannya.     

"Kita harus ke dokter pagi ini sebelum kaki kamu kenapa-kenapa." ucap Nicky dengan suara pelan.     

"Ya sayang." sahut Bagas berniat untuk bangun namun lututnya terasa kaku untuk di gerakan.     

"Nick, kenapa dengan lututku? kenapa tidak bisa aku gerakkan?" tanya Bagas dengan wajah panik.     

"Kenapa Gas, kenapa tidak bisa di gerakkan?" tanya Nicky ikut bingung sambil memegang lutut Bagas.     

"Aahhh!!! sakit Nick.." Rintih Bagas sambil memegang pahanya.     

"Kita ke rumah sakit sekarang saja Gas." ucap Nicky ikut panik dan cemas dengan keadaan Bagas yang tidak baik.     

Dengan cepat Nicky mencari kursi roda yang pernah di lihatnya di ruang belakang milik Bagas dulu.     

"Ayo Gas, duduk di kursi ini." ucap Nicky membantu Bagas berdiri agar bisa duduk di kursi roda dan di dorongnya ke mobil.     

Setelah membantu Bagas masuk ke dalam mobil, dengan kecepatan tinggi Nicky membawa Bagas segera ke rumah sakit.     

Sampai tiba di rumah sakit dan menjalani beberapa pemeriksaan Bagas di sarankan oleh Dokter untuk memakai knee brace pada kedua lututnya agar tidak mudah nyeri dan lebih mudah menggerakkan kakinya.     

Dengan terpaksa, dan saat itu juga Bagas menerima untuk pasang knee pada kedua lututnya yang hampir saja retak kembali.     

Nicky menatap Bagas yang sudah di bantu perawat untuk pasang knee di lututnya.     

"Ada apa Nick, kenapa kamu menatapku seperti itu? apa kamu kasihan padanya?" tanya Bagas dengan sedih.     

"Bukan kasihan lagi sayang, tapi aku ingin biar aku yang menggantikan posisimu dengan rasa sakitmu itu. Aku tidak ingin melihat kamu menderita Gas." ucap Nicky menggenggam tangan Bagas dan menciumnya dengan penuh perasaan.     

Hati Bagas kembali meleleh dengan ucapan sayang Nicky.     

"Seandainya Nick, ingatan kamu sudah kembali aku sangat bahagia sekali." ucap Bagas dengan hati terharu.     

"Aku tidak perduli dengan ingatanku yang belum kembali Gas, yang penting bagiku aku sudah merasakan rasa sayang padamu." ucap Nicky duduk berjongkok menghadap Bagas seraya menangkup penuh wajah Bagas dengan tatapan penuh cinta.     

Bagas menatap wajah Nicky dengan perasaan tak percaya. Apa yang telah di katakan Nicky membuat hati Bagas di penuhi kebahagiaan.     

"Kita pulang ya sayang, aku akan menjagamu di saat kamu berdiri, aku akan menjadi tongkat hidupmu sayang." ucap Nicky dengan tersenyum.     

"Terima kasih sayang." ucap Bagas dengan semangat baru karena perasaan Nicky masih ada untuknya walau ingatannya masih belum kembali.     

***     

Tiba di rumah dengan di papah Nicky, Bagas masuk ke dalam kamarnya dan duduk di pinggir ranjang.     

"Apa masih terasa nyeri setelah memakai knee Gas?" tanya Nicky seraya membantu melepas pakaian Bagas untuk ganti pakaian yang santai.     

"Sudah lumayan Nick, tidak terlalu." jawab Bagas dengan tersenyum.     

"Syukurlah sayang, mulai sekarang kamu kurangi kerja kamu di kantor ya? aku tidak ingin melihatmu sakit sayang." ucap Nicky dengan kata-kata yang selalu membuat hati Bagas meleleh seolah-olah sudah mendapatkan Nicky nya kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.