THE BELOVED ONE

KEDATANGAN KHABIR



KEDATANGAN KHABIR

0"Bagas duduk santai di teras depan sambil membaca koran harian pagi yang sudah menjadi kegiatan rutin di pagi hari.     
0

Tidak ada hal yang membahagiakan hatinya saat ini setelah mengetahui Nicky sudah mendapatkan beberapa memorinya yang hilang walau masih belum keseluruhan. Konsentrasi Bagas sedikit hilang ketika melihat seseorang masuk ke halaman rumahnya dengan wajah yang asing di matanya.     

"Permisi." sapa orang itu dengan wajah serius.     

"Ya.. mencari siapa pak?" tanya Bagas berdiri dengan tatapan heran.     

"Nicky dan Raka apa ada?" tanya laki-laki itu dengan sangat pasti.     

"Nicky ada di dalam, tapi Raka tidak tinggal di sini." jawab Bagas dengan nada tidak senang.     

"Kenapa tidak tinggal di sini? bukannya mereka sudah sah menikah menjadi suami istri secara adat kami?" ucap laki-laki itu dengan tatapan serius.     

"Apa?? menikah sah? bagaimana anda bisa mengatakan pernikahan mereka sah? mereka sudah sama-sama punya suami dan istri dan mereka juga tidak menikah secara agama bagaimana anda mengatakan mereka suami istri yang sah?" ucap Bagas dengan gusar.     

"Siapa anda?" tanya Laki-laki itu pada Bagas.     

"Aku Bagas, suami sah Nicky. Sah secara agama dan secara hukum." ucap Bagas dengan suara yang sangat jelas.     

"Di adat kami, pernikahan antara Raka dan Nicky juga sah karena mereka menikah dengan ritual khusus. Bahkan mereka di satukan dengan sebuah tanda tato yang sama, menandakan mereka berdua adalah suami istri.     

"Aku tidak perduli dengan adat kalian, di dunia yang anda pijak sekarang adalah yang sebenarnya yang di lindungi oleh hukum." ucap Bagas dengan hati yang semakin gelisah.     

"Aku ingin bicara dengan Nicky yang nantinya akan menjadi besanku. Karena putri yang akan di lahirkan Nicky akan menjadi jodoh putraku yang sekarang sudah berusia lima tahun. Putraku bernama Danish Aillen, mereka berdua akan mempunyai tanda pada punggung sebelah kiri, dengan tanda bintang dan bulan." ucap laki-laki itu dengan tenang.     

"Aku tidak percaya dengan semua ini." Ucap Bagas sambil menekan pelipisnya.     

"Saat ini kamu bisa tidak percaya tapi itu akan terjadi nanti." ucap laki-laki itu dengan tatapan pasti.     

"Nicky sayang!" panggil Bagas dengan suara agak keras.     

"Ya Gas." sahut Nicky dari dalam yang kemudian keluar menemui Bagas.     

"Khabirrr!!" panggil Nicky saat tahu ada Khabir ada di rumahnya.     

"Kamu kok ada di sini? tahu dari mana kalau aku tinggal di sini?" tanya Nicky sangat terkejut.     

"Kamu sudah menjadi bagian dari suku Arzza jadi sangat mudah mencari keberadaan kamu." Ucap Khabir dengan tenang.     

"Sebentar Khabir aku akan memanggil Raka dulu sebentar." Ucap Nicky yang kurang paham dengan maksud Khabir.     

Dengan cepat Nicky menghubungi Raka agar segera datang ke rumah.     

Tidak lama kemudian Raka datang dengan Hana.     

"Khabir kita bicara di dalam saja, jangan di luar." ucap Raka sambil menggenggam tangan Hana.     

Berlima mereka masuk ke dalam rumah dan duduk dengan sedikit tegang.     

"Begini Gas, sesuai dengan peraturan adat di sana karena kita berdua laki dan perempuan kita di haruskan menikah, jika tidak kami akan di jadikan santapan buaya yang sudah siap menunggu di sana. Untuk kita menikah dengan adat mereka, tujuan dari itu tidak lain karena Khabir ingin memperbanyak populasi suku adat Arzza. Mereka memperbanyak keturunan dan juga saling menjodohkan anak turun mereka hingga suku mereka semakin banyak dan kuat. Dan kebetulan calon janin Nicky sudah di inginkan Khabir sebagai menantunya, dengan memberi tanda khusus pada bayi Nicky dan putranya Khabir." jelas Raka sedikit bingung dengan kenyataan ke depannya seperti apa.     

"Bagaimana kalau aku tidak setuju? aku ingin anakku menjadi jodoh anakmu Ka, bukan anak Khabir." ucap Bagas tidak ingin anaknya nanti menjadi salah satu suku pedalaman.     

"Jodoh putrimu dan putraku sudah tertulis, dan sudah di terima oleh leluhur kami. Walau kalian sudah berusaha sekuat mungkin kalau mereka sudah di takdirkan berjodoh kalian tidak akan bisa memisahkan mereka berdua." ucap Khabir dengan tenang.     

"Aku akan memastikan putriku hanya menikah dengan anak Raka." ucap Bagas dengan keras kepala.     

Khabir tersenyum dan menatap Nicky penuh arti.     

"Nicky, simpan gelang kaki yang aku berikan padamu dengan baik. Jika putri kamu sudah menginjak tujuh belas tahun segera berikan agar dia memakainya. Atau putri kamu akan sakit berkepanjangan jika tidak memakainya." ucap Khabir yang membuat Nicky ketakutan.     

"Ya...aku akan memakaikannya." ucap Nicky mengiyakan ucapan Khabir.     

"Aku kesini hanya mengatakan itu saja, sekarang aku bisa pergi dengan tenang karena apa yang aku sampaikan tadi sangat penting bagi kalian agar kalian tidak mendapat kutukan." ucap Khabir dengan tatapan mata yang serius.     

"Aku akan mengingatnya Khabir." ucap Nicky tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya.     

"Baiklah, aku akan pergi.. permisi." ucap Khabir bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan rumah Bagas.     

"Sayang, kenapa kamu mengiyakan ucapan Khabir? apa kamu mau putri kita mendapat jodoh dari suku Arzza?" tanya Bagas dengan tatapan kecewa.     

"Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada putri kita Gas, kamu dengar sendiri bagaimana ancaman Khabir." ucap Nicky dengan wajah yang masih ketakutan.     

"Apa yang di takutkan Nicky itu wajar Gas, kamu harus maklum dengan wanita yang sedang hamil." ucap Hana yang dari tadi hanya bisa mendengarkan saja.     

"Sekarang aku ingin tahu pendapat kalian berdua, bagaimana dengan perjodohan anak kita? apa kalian setuju anak-anak kita jodohkan dari kecil untuk menghindari perjodohan yang di tetapkan Khabir." ucap Bagas dengan tatapan penuh.     

"Aku setuju saja, kalau memang perjodohan ini bisa menggagalkan perjodohan Khabir itu akan lebih baik." ucap Raka setelah mempertimbangkan semuanya.     

"Aku senang akhirnya kamu mendukungku Ka, terima kasih banyak." ucap Bagas dengan hati yang sedikit lega.     

"Sama-sama Gas, baiklah..kalau sudah tidak ada yang kita bahas lagi. Aku dan Hana akan pulang, aku belum tidur karena ada piket seharian." ucap Raka dengan tatapan mata yang sudah mengantuk.     

"Aku rasa sudah cukup Ka, Hana...terima kasih banyak ya." ucap Bagas berdiri dari duduknya mengantar Raka dan Hana sampai di depan pintu.     

Setelah Raka dan Hana pulang, Nicky masuk ke dalam kamarnya dengan hati sedih.     

"Ada apa Nick? apa kamu marah dengan keputusan yang aku ambil?" tanya Bagas sambil menggenggam tangan Nicky.     

"Aku tidak marah dengan keputusan yang kamu ambil Gas, aku hanya sedih dengan nasib putri kita nanti seperti apa." ucap Nicky dengan tatapan sedih.     

"Kamu harus bersabar dan selalu percaya tidak ada kekuatan yang terbesar di dunia ini selain kekuatan Tuhan." ucap Bagas dengan hatinya yang selalu percaya dengan kekuatan dan kasih sayangnya sang Pencipta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.