THE BELOVED ONE

BERUSAHA MENERIMA PERASAAN



BERUSAHA MENERIMA PERASAAN

0"Akhirnya kita sampai juga di rumah Nick." ucap Bagas dengan perasaan lega karena selama di pesawat Nicky tampak resah dan ketakutan.     
0

"Ya...maaf kalau aku membuatmu tersiksa di pesawat tadi." ucap Nicky yang tidak melepas pegangannya dari lengan Bagas, belum lagi saat beberapa kali muntah karena perutnya yang mual.     

"Tidak apa-apa Nick, sudah kewajiban seorang suami untuk menjaga istrinya dari apapun." sahut Bagas dengan membawa koper yang berisi beberapa pakaian dirinya dan Nicky.     

"Assalamualaikum." ucap Nicky dengan wajah pucat dan terlihat lelah.     

"Waalaikumsallam, Kakak! kamu pulang Nak?" ucap Bunda Nicky menangis bahagia setelah tahu yang datang adalah Nicky Putri satu-satunya.     

"Ya Bunda, maaf aku tidak memberitahu Bunda." ucap Nicky tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.     

"Ayo masuk sayang, istirahatlah dulu setelah itu kita bicara." ucap Bunda Nicky dengan perasaan yang sangat bahagia karena Nicky baik-baik saja.     

"Ayo nak Bagas masuk, Istitahat dulu di kamar pasti kalian berdua sangat capek." ucap Bunda Nicky seraya menggandeng tangan Nicky masuk ke dalam kamar.     

"Ayah di mana Bunda?" tanya Nicky dengan wajah yang masih pucat.     

"Ayah baru saja pergi ke luar kota mungkin besok pagi kembali, kan rencana besok siang mau ke Bandung." jawab Bunda Nicky dengan mata yang merah karena terlalu banyak menangis.     

"Bunda maafkan aku karena telah membuat Bunda sakit." ucap Nicky memeluk Bundanya dengan sangat erat.     

Bagas yang melihatnya menjadi terharu.     

"Namanya seorang ibu Kak, bagaimana tidak memikirkan anaknya yang tidak ada kabarnya. Apalagi suami kamu Kak sudah kemana-mana mencari kakak sampai sakit juga beberapa hari." ucap Bunda Nicky dengan tatapan kasihan pada Bagas.     

Nicky terdiam ikut terharu dengan cerita Bundanya tentang Bagas.     

"Ya Bunda, aku mau istirahat sebentar boleh ya Bunda aku sedang tidak enak badan. Aku saat ini hamil Bunda." ucap Nicky dengan tersenyum.     

"Ya Tuhan, ini suatu keajaiban di saat kakak telah kembali saat ini juga Bunda mendengar kakak Hamil." ucap Bunda Nicky dengan airmata yang kembali mengalir deras.     

"Sudah.. Bunda jangan menangis lagi, ingat kesehatan Bunda." ucap Nicky dengan tangis tertahan.     

"Ya Kak, ya sudah..kalian berdua istitahat saja dulu, Bunda akan mempersiapkan sarapan untuk kalian berdua." ucap Bunda Nicky kemudian keluar kamar meninggalkan Nicky dan Bagas.     

"Kamu istirahatlah, biar aku yang membereskan pakaian ini ke almari." ucap Bagas bangun dari duduknya berniat membereskan pakaiannya ke dalam almari, namun Nicky menahannya.     

"Biarkan saja dulu, sebaiknya kamu juga istitahat. Aku tidak mau kamu sakit lagi." ucap Nicky yang sudah bisa melihat kebaikan Bagas.     

"Tidak apa-apa Nick, hanya memasukkan ke dalam almari saja." ucap Bagas dengan menahan rasa nyeri di lututnya karena dalam waktu satu bulan Bagas tidak berhenti ke sana kemari untuk mencari keberadaan Nicky.     

Nicky terdiam kemudian berbaring sambil melihat Bagas yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam almari.     

Sambil melihat Bagas, hati Nicky mulai bertanya-tanya dalam hati memikirkan kembali keputusannya yang akan meninggalkan Bagas.     

"Apa keputusanku sudah benar Ya Tuhan? aku masih belum merasakan apapun pada Bagas selain aku merasa dia laki-laki yang baik." ucap Nicky dalam hati.     

"Nick, apa kamu melamun?" tanya Bagas saat melihat Nicky sedang menatapnya dengan pandangan kosong.     

"Tidak...maksudku aku hanya memikirkan sesuatu." ucap Nicky dengan tatapan rumit.     

"Kamu jangan memikirkan apa-apa, aku tidak akan memaksakan kehendak ku padamu." ucap Bagas dengan suara pelan.     

"Ya...aku percaya padamu." ucap Nicky semakin goyah dengan keputusannya saat melihat bagaimana Bagas begitu sabar menghadapinya.     

"Tidurlah sekarang, aku mau menemani Bunda di belakang." ucap Bagas dengan tatapan teduh.     

"Jangan...kemana-mana di sini saja bersamaku." ucap Nicky yang juga tidak tahu dengan perasaan hatinya di saat dia masih tidak merasakan perasaan apa-apa pada Bagas tapi hatinya tidak bisa jauh-jauh dari Bagas, ingin selalu dekat dengan Bagas.     

Hati Bagas semakin bahagia tiap kali dia menjauh dari Nicky saat itu juga Nicky selalu menahannya. Dan itu sangat membuat Bagas semakin yakin untuk bisa mempertahankan rumah tangganya.     

"Baiklah aku tidak akan kemana-mana, kamu istirahat ya." ucap Bagas duduk di kursi di samping Nicky yang sedang berbaring.     

"Bagas." panggil Nicky untuk pertama kalinya sejak berpisah dengan Bagas.     

Bagas menatap wajah Nicky dengan perasaan tak percaya.     

"Ya Nick." sahut Bagas dengan hati berdebar-debar.     

"Apa kamu tidak keberatan untuk menceritakan bagaimana saat kita bertemu hingga kita menikah?" pinta Nicky dengan tatapan memohon.     

Bagas mengangkat wajahnya dengan hati yang tak bisa dia lukiskan bahagianya seperti apa.     

"Tentu saja Nick, apa yang kamu inginkan pasti akan aku penuhi." ucap Bagas dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Ceritakan Gas, aku ingin mendengar semuanya tentang kita berdua." ucap Nicky dengan tatapan penuh.     

"Kita bertemu di rumah saat Mama mengundang kamu untuk makan malam, saat itu aku masih duduk di kursi roda." ucap Bagas mengawali ceritanya.     

"Emm... kenapa kamu duduk di kursi roda? apa kamu tidak bisa jalan?" tanya Nicky mulai tertarik dengan cerita Bagas.     

"Ya...saat satu tahun sebelum aku mengenal kamu aku mengalami kecelakaan tunggal yang menyebabkan kakiku patah. Aku bisa berjalan lagi hingga sekarang karena berkat kamu yang selalu menemaniku terapi." ucap Bagas dengan tersenyum jika mengingat saat-saat indah saat bersama Nicky.     

"Apa aku menyukaimu saat itu Gas?" tanya Nicky menatap dalam-dalam wajah Bagas.     

"Aku tidak tahu perasaanmu seperti padaku, karena yang aku tahu kamu sudah menjadi milik Raka, dan aku mengundurkan diri. Aku tidak ingin hubungan kamu dan Raka putus gara-gara aku, hingga saat kamu akan menikah dengan Raka aku jatuh sakit dan aku tidak tahu sampai saat kamu sudah ada di sampingku dan mengatakan akan menikah denganku kalau aku sadar dari koma." ucap Bagas dengan suara pelan.     

Nicky menatap Bagas dengan tatapan mata yang sudah berkaca-kaca.     

"Sepertinya aku sangat mencintaimu ya Gas?" tanya Nicky dengan suara tercekat.     

"Ya Nick, bukan kamu saja yang mencintaiku tapi aku juga sangat mencintaimu." ucap Bagas dengan hatinya yang di liputi kebahagiaan.     

"Tapi kenapa aku tidak bisa mengingatmu sama sekali Gas? bahkan untuk mengingat kenangan-kenangan kita." ucap Nicky dengan suara tangis tertahan.     

"Karena kamu memang mengalami amnesia Nick, jadi kamu harus bersabar dan jangan memaksakan diri untuk mengingat apapun." ucap Bagas ingin sekali memeluk Nicky.     

"Tapi karena hal ini kamu jadi menderita, karena sikapku yang tidak bisa bersikap baik padamu." ucap Nicky mulai ada perasaan bersalah pada Bagas dengan keputusannya yang sepihak tanpa memikirkan perasaan Bagas.     

"Tidak apa-apa Nick, aku akan berusaha memahami apa yang kamu rasakan." ucap Bagas berusaha menenangkan hati Nicky.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.