THE BELOVED ONE

TAK TERDUGA



TAK TERDUGA

Dengan di bantu dokter Irwan dan para perawat, alat-alat yang terpasang di badan Bagas di lepaskan semua. Walau diagnosa terkakhir belum keluar berkenaan dengan lambung Bagas yang parah, Bagas sudah bisa di pindahkan ke kamar rawat VIP. Dengan wajah pucat dan badan yang masih lemas karena asupan yang di dapatkan hanya dari cairan infus, Bagas mencoba untuk duduk di ranjangnya. Nicky membantu menegakkan punggung Bagas dengan beberapa bantal sebagai sandaran. Tangan Bagas terkadang masih memegang perutnya yang terasa nyeri walau hilang timbul.     

" Bagas sebaiknya kita tunggu, hasil diagnosa keluar dulu, baru nanti kita memikirkan pernikahan kita,....jujur,...aku masih menguatirkan keadaannmu,..." kata Nicky memandang wajah Bagas yang masih pucat.     

Bagas menggerakkan tubuhmya berlahan, mencoba menyamankan perutnya yang seperti tertekan. Keringat dingin mulai keluar dan nampak di wajah Bagas. Bagas mulai terlihat kesakitan. Nicky menjadi kuatir dan segera memegang tubuh Bagas yang tiba-tiba dingin. Nicky mengusap keringat yang menetes di sekitar kening Bagas.     

" Huuueeeekkk,....hueeeekkkk,..."tiba-tiba Bagas membungkukan badannya dan memuntahkan darah segar. Darah segar keluar dari mulut Bagas. Badan Bagas lemas tidak ada tenaga. Nicky menjerit histeris dan kebingungan.     

" Bagas ....!"" teriak Nicky memanggil Bagas, Bagas terkulai dalam pelukan Nicky yang menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ....Suara tangis Nicky yang keras, terdengar Genta yang berada di luar segera berlari masuk ke kamar.     

" Ada apa Nick ....?" Genta melihata Bagas yang lemas dalam pelukan Nicky dengan mulut yang berdarah. Mata setengah terpejam, dengan tangan yang meremas perutnya yang terasa sakit.     

" Bagas muntah darah Gen,....cepat panggil dokter Gen,...."kata Nicky menangis panik, sambil membersihkan muntahan darah yang ada di mulut Bagas. "Cepat Gen ....."aku takut Gen ...." isak Nicky , mengangkat kepala Bagas dan membaringkannya. Bagas masih mengerang kesakitan, tangannya memegang tangan Nicky dengan erat. Genta pun berlari keluar dan memanggil dokter Irwan.     

Bersamaan saat Raka, Hana, Elina, Yoga , Jeany datang dari pintu masuk. Mereka pun bergegas menghampiri Genta yang berada di ruangan dokter Irwan. Dokter Irwan memerintahkan beberapa asistennya dan beberapa perawat untuk segera menangani Bagas untuk langkah awal pertolongan. Dokter Irwan mengambil hasil diagnosa terkakhir yang baru di terimanya. Dengan nafas yang berat Dokter Irwan memberitahukan jika lambung Bagas yang sudah parah mengalami kebocoran karena peradangan sudah menjalar keseluruh lambung, dan itu harus segera di lakukan operasu darurat untuk menutup kebocoran tersebut. Jika tidak di lakukan dengan cepat akan bisa menyebabkan kematian pada Bagas. Yoga dan Elina , segera menyetujui dan meminta pada Dokter Irwan untuk segera melakukan operasi darurat pada Bagas. Semua yang ada di sana yang awalnya senang mendengar kabar dari Genta jika Bagas sudah sadar,.menjadi cemas dan kuatir kembali karena harus menerima kondisi Bagas yang masih belum sehat. Elina menangis , mengingat nasib Bagas yang selalu mendapat ujian dan cobaan yang berat.     

" Kapan kamu akan terlepas dari ujian dan cobaan ini Nak,....?" rintih Elina menatap Bagas yang di dorong beberapa perawat menuju ruang operasi. Dokter Irwan dan beberapa assistennya sudah menunggu di dalam kamar operasi. Nicky yang masih shock dan panik. hanya bisa berdiri termangu dalam pelukan Hana.     

" Sabar ya Nick,..?" semoga ini ujian terkakhir yang akan membawamu dan Bagas dalam kebahagiaan,...." ucap Hana memberi kekuatan pada Nicky.     

Nicky masih diam, tatapannya kosong. seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bagas yang sudah sadar,...yang sudah bisa di ajak bicara. yang baru saja mengatakan ingin menikahinya,...sekarang dalam keadaan tidak sadar kembali berada di kamar operasi. Nicky menangis dalam diam,....suaranya habis sudah ....sudah terlalu banyak airmata yang terkuras .....sampai kapan ini semua berakhir,...?" sampai kapan Ya Alloh,....?" jerit hati Nicky. Hana menggenggam tangan Nicky erat.     

" Kamu harus kuat Nick,.....di dalam sana Bagas berharap kamu kuat untuk menunggunya ....." kata-kata Hana, semakin membuat hati Nicky nelangsa.     

" Kenapa harus Bagas terus yang mengalami derita ini Han,....kenapa bukan aku saja,.,...aku sudah tidak sanggup lagi melihat Bagas yang selalu menderita,..." ratap Nicky. Hatinya sudah tidak kuat lagi melihat Bagas yang selalu menderita.     

" Ini ujian dan cobaan cinta kalian,.....kamu harus kuat,...demi Bagas Nick,....." berdoalah semoga Bagas di dalam bisa melewati operasinya,..." lanjut Hana. Hana melihat Raka, yang iba menatap Nicky. Hana tahu hati Rakapun pasti sedih melihat keadaan Nicky. Hanapun meraih tangan Raka memberikan kekuatan pada Raka suaminya. Raka tersenyum, dalam hatinya sangat bersyukur mendapatkan istri seperti Hana yang sangat baik hati dan sangat menyayangi Nicky, wanita yang pernah di cintainya, bahkan masih di cintainya.     

Elina dan Yoga yang baru saja menyelesaikan administrasinya ikut bergabung duduk di depan ruang kamar operasi.     

Semuanya terdiam dengan kepala tertunduk. suasana begitu hening pasca Bagas yang sedang di operasi di dalam. Nicky memejamkan matanya dan berdoa terus dalam hati. Tangannya bergetar , jantungnya berdebar-debar menunggu selesainya operasi di dalam sana. satu setengah jam sudah waktu telah terlewati .....tapi belum ada tanda-tanda dokter keluar dari kamar operasi. Dan semuanya berdiri dan berlari saat ada warning lampu merah yang menyala menandakan pasien dalam keadaan gawat. Nicky menangis histeris, Elina, Hanapun menangis terisak. Raka bersandar pada tembok dengan mata terpejam, Genta menatap tanda lampu yang masih menyala dengan jantungnya yang hampir terhenti. Jeany menangis dalam pelukan Suaminya Yoga. Tubuh Nicky terkulai lemas dan segera di tangkap Genta. Di duduknya tubuh Nicky di kursi panjang. Elina segera memeluk tubuh Nicky. " Sabar sayang,..." isak Elina.     

" Lampunya sudah tidak menyala,..." teriak Genta memberitahu semuanya dengan nafas lega. Nicky menghela nafasnya pelan,.....ada rasa lega walaupun kecemasan masih menyergapnya. Dokter Irwan tak kunjung keluar dari kamar operasi. Detik detik waktu merambat terasa lama. Berkali-kali Genta mondar mandir di depan kamar operasi.     

" Aku sudahhhhhh tidak tahannnnn lagiiiiiii,..." teriak Genta. Hatinya terluka,.....mengingat saudaranya dan sahabatnya selalu dalam keadaan menyedihkan. Elina bangun dan menghampiri Genta yang mulai terisak, padahal Genta selama ini sangat tegar dan yang memberi kekuatan. sekarangpun terlihat rapuh dan putus asa.     

" Kamu harus kuat Gen,....Bagas kuat karena kamu selalu di sampingnya,...." jika kamu putus asa bagaimana Bagas bisa melakukan semuanya,..." Elina menatap Genta memohon.     

" KLEK ..." pintu kamar operasi terbuka nampak dokter Irwan dengan wajah lelahnya. Semuanya berlari mendekati dokter Irwan yang berdiri di depan kamar operasi.     

Semuanya menunggu kata-kata yang keluar dari dokter Irwan,. hati mereka berdebar-debar,.... Melihat wajah dokter Irwan yang pucat dan terlihat lelah, menambah kekuatiran di hati mereka,.....     

Nicky meremas tangan Hana dengan erat,. Hana memeluk pundak Nicky dengan kuat, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu hal.     

Dokter Irwan menghela nafasnya, dan membuka maskernya berlahan.,....."     

" Operasi Bagas,...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.