THE BELOVED ONE

PERJALANAN TERAKHIR KITA



PERJALANAN TERAKHIR KITA

0"Apa semuanya sudah siap sayang?" tanya Bagas yang sudah duduk di ruang tamu saat melihat Nicky keluar dari kamar dengan rambut basahnya.     
0

"Sudah siap semuanya, tinggal bawa obat kamu saja yang belum Gas, kamu harus tetap rutin minum obat kamu kan?" jawab Nicky sambil duduk di samping Bagas mengetuk lutut Bagas dengan tangannya.     

"Sakit tidak sayang?" tanya Nicky melihat wajah Bagas dengan tatapan penuh.     

"Sakit sedikit Nick." jawab Bagas yang kadang kalau terlalu capek berdiri rasanya lututnya mati rasa.     

"Apa perlu setelah dari Bali, kamu ikut terapi lagi Gas?" tanya Nicky sambil memasukkan obat Bagas ke dalam tasnya.     

"Kita lihat nanti ya Nick." ucap Bagas bangun dari duduknya dan memakai jaketnya.     

"Kita berangkat sekarang sayang." ucap Nicky membawa koper yang tidak terlalu besar dan Bagas membawa koper yang cukup besar.     

"Kita bawa mobil atau naik taxi Nick?" tanya Bagas lagi setelah di depan hotel.     

"Naik taxi saja Gas." jawab Nicky sambil membalas pesannya Hana yang sudah sampai di bandara.     

"Gas, Hana dan Raka sudah menunggu kita di Bandara." ucap Nicky lagi saat Bagas melambaikan tangan ke taxi yang lewat.     

"Ayo masuk Nick." ucap Bagas meraih tangan Nicky untuk segera masuk ke taxi.     

Satpam hotel segera membantu memasukkan dua koper milik Bagas ke dalam bagasi mobil.     

"Pak, agak cepat sedikit ya." ucap Bagas pada pengemudi taxi, setelah taxi keluar dari hotel dan melaju ke arah Bandara.     

"Nick, sudah kamu balas kan Hana? kalau kita dalam perjalanan?" tanya Bagas menatap Nicky yang sedang fokus pada ponselnya.     

"Sudah Gas, sudah aku balas." jawab Nicky seraya memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.     

Bagas terdiam melihat ke arah sebelah kiri jalan, ada sesuatu yang membuatnya gelisah.     

"Ada apa Gas? dari semalam kamu lebih banyak melamun?" tanya Nicky dengan dengan seksama menatap wajah Bagas.     

"Aku tidak tahu, hatiku terasa tidak nyaman saja Nick." jawab Bagas dengan suara pelan.     

"Katakan, kenapa kamu merasa tidak nyaman sayang?" tanya Nicky menatapnya penuh wajah Bagas yang terlihat sedih.     

"Aku tidak tahu Nick, aku merasa takut kehilanganmu." jawab Bahas seperti sebuah gumaman.     

Nicky menyandarkan kepalanya di bahu Bagas, menggenggam tangan Bagas dan mengusapnya dengan pelan.     

"Aku juga takut kehilanganmu Gas, dan perasaan itu cukup wajar karena kita saling mencintai dan tidak ingin kehilangan satu sama lain." ucap Nicky menatap wajah Bagas dengan tatapan teduh.     

"Ya Nick, apa yang kamu katakan benar. Semoga kita tidak terpisahkan ya Nick? setelah sekian lama kita berpisah dan di pertemukan kembali." ucap Bagas dengan serius.     

"Aamiin, aku berharap kita adalah jodoh dunia dan akhirat Gas." sahut Nicky dengan sebuah senyuman menenangkan hati Bagas yang lagi gelisah.     

"Permisi sudah sampai di bandara." ucap sopir taxi pada Bagas dan Nicky.     

Bagas dan Nicky segera keluar dari taxi dan membayar ongkos taxi sekalian uang tips pada sopir taxi karena telah mengeluarkan koper dari bagasi mobil.     

"Terimakasih ya pak." ucap Nicky pada sopir taxi tersebut sebelum meninggalkan tempat.     

"Ayo Gas, kita harus cepat masuk ke dalam." ajak Nicky dan menggenggam tangan Bagas yang masih dalam keadaan gelisah.     

Dengan langkah gontai Bagas mengikuti langkah Nicky yang berjalan langsung ke tempat di mana Raka dan Hana menunggu.     

"Nicky, Bagas! kami di sini!" teriak Hana sambil melambaikan tangannya.     

Nicky dan Bagas pun berjalan menghampiri Raka dan Hana.     

"Apa kalian berdua sudah sarapan?" tanya Raka setelah Nicky dan Bagas di hadapannya.     

"Sudah di rumah, kurang berapa menit lagi kita berangkat?" tanya Bagas sambil menekan pelipis.     

"Kurang lima belas menit lagi." jawab Raka sambil menatap jam tangannya.     

"Ya sudah, kita masuk saja dulu. Nomor kursi kita berurutan kan?" tanya Bagas saat berdiri dari duduknya.     

Raka mengangguk cepat.     

"Oke! ayo Hana." ucap Raka pada Hana seraya menggenggam tangan Hana untuk segera chek in ke pesawat.     

Setelan masuk ke dalam pesawat, Bagas yang masih gelisah menatap Nicky yang tampak tenang dan fokus membaca majalahnya.     

Merasa di amati Bagas, Nicky menoleh ke arah Bagas.     

"Kamu masih gelisah sayang?" tanya Nicky menggenggam tangan Bagas yang masih terasa dingin.     

"Kalau terjadi sesuatu jangan jauh dariku ya Nick? tetaplah bersamaku?" ucap Bagas dengan serius.     

Nicky menggenggam tangan Bagas dengan sangat erat.     

"Aku tidak akan melepas genggaman tangan ini." ucap Nicky dengan tersenyum.     

Bagas tersenyum hatinya sedikit mulai tenang.     

"Tidurlah Gas, kalau sudah sampai.. akan aku bangunkan." ucap Nicky tak melepaskan genggamannya.     

"Hm...aku tidur sebentar ya sayang." ucap Bagas berusaha memejamkan matanya berharap di saat terbangun sudah berada di bandara Ngurah Rai Bali.     

Tidak berapa lama setelah mata Bagas terpejam, pesawat mulai lepas landas meninggalkan kota Bandung.     

Nicky yang tidak bisa tidur, berbincang santai dengan Hana membahas masalah usaha butik Hana yang sudah berkembang cukup pesat dan sudah membuka cabang di mana-mana.     

Karena terlalu asyiknya berbincang-bincang sama Hana, tak terasa waktu pun berjalan dengan cepat.     

"Han, aku mau ke toilet dulu ya." ucap Nicky. seraya melepas sabuk pengamannya untuk segera ke tempat toilet yang letaknya di lorong kabin.     

"Hana aku juga mau ke toilet sebentar perutku terasa sakit." ucap Raka yang sudah tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya.     

"Jangan lama-lama ya Ka." pesan Hana dengan hati yang juga mulai gelisah.     

"Ya...hanya sebentar saja." ucap Raka berdiri dari duduknya mengikuti Nicky yang berjalan di depannya.     

Bagas yang merasakan genggaman tangannya terlepas membuka matanya dan tidak menemukan Nicky di sampingnya.     

"Hana, di mana Nicky?" tanya Bagas dengan cemas apalagi saat pesawat ada guncangan yang sangat hebat.     

Wajah Hana seketika pucat karena tiba-tiba terdengar suara dari pramugari jika pesawat dalam gangguan dan semua para penumpang di harapkan menggunakan alat pengaman masing-masing.     

Bagas bangun dari duduknya dengan cemas.     

"Bagas! kamu mau kemana? cepat pakai alat pengamanmu!" teriak Hana saat merasakan badan pesawat seperti jatuh ke bawah.     

Semua para penumpang berteriak histeris.     

"Aku harus mencari Nicky, di mana dia Hana?" tanya Bagas sambil berpegangan pada sebuah kursi.     

"Nicky ke toilet bersama Raka, Bagas! cepat pakai alat pengamanmu! pesawat sudah hampir jatuh!" teriak Hana sambil memejamkan matanya berdoa dan berharap mereka semua bisa selamat.     

Tanpa memperdulikan teriakan Hana atau guncangan pesawat yang sangat hebat, Bagas berjalan dengan sangat susah karena pesawat sepertinya menukik ke bawah.     

Semua para penumpang semakin histeris, teriakan dan tangis terdengar bersahutan.     

Bagas memejamkan matanya berpegang pada sebuah tiang besi hingga dia merasakan sebuah ledakan dan suara dentuman yang sangat keras.     

Semua terasa gelap, Bagas tidak bisa merasakan apa-apa lagi selain memanggil nama Nicky dalam hati sebelum semuanya benar-benar berakhir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.