THE BELOVED ONE

SEKERTARIS BARU



SEKERTARIS BARU

0"Gas." panggil Nicky sambil memakaikan celana panjang Bagas.     
0

"Ya." sahut Bagas mengangkat wajahnya sambil memasang knee hatnya yang di pasang di lututnya.     

"Dengan memakai knee itu apa pengaruhnya sangat besar pada lututmu?" tanya Nicky melanjutkan menaikkan celana Bagas setelah knee terpasang.     

"Ada Nick, mengurangi rasa nyeri dan memperkuat sendi juga melenturkan tulang lututku agar bisa rileks." jelas Bagas seraya mengancingkan kemejanya.     

"Bagaimana aku dulu menjagamu sampai tidak tahu kalau lututmu masih sakit?" tanya Nicky dengan tatapan penuh rasa bersalah.     

"Tidak Nick, kamu sudah menjagaku dengan sangat baik. Dan lututku sudah tidak terasa sakit karena aku minum obat dengan rutin di bawah pengawasanmu." ucap Bagas dengan tatapan sayang.     

"Mungkin benar kata Bunda, kaki kamu jadi kambuh karena terlalu sibuk ke sana kemari hanya untuk mencariku." ucap Nicky dengan perasaan bersalah.     

Bagas terdiam tidak mengiyakan atau membantah ucapan Nicky karena memang itu kebenarannya, lututnya jadi bengkak kembali bahkan membuatnya demam beberapa hari.     

"Jadi benarkan semua itu Gas, sampai kamu sakit beberapa hari." ucap Nicky menatap dalam wajah Bagas.     

"Jangan lagi memikirkan hal itu Nick, sudah kewajibanku untuk mencarimu karena kamu istriku." ucap Bagas seraya meraih bahu Nicky dan di peluknya dengan penuh perasaan.     

"Bisa melihatmu lagi itu sudah menjadi obat yang mujarab bagiku." ucap Bagas dengan suara pelan membuatnya sesak hati Nicky.     

"Dan setelah aku kembali, malah membuat sedih hati kamu karena aku meminta cerai padamu." ucap Nicky dengan suara lirih penuh penyesalan.     

"Sayang.. sudah, jangan kamu pikirkan hal itu lagi. Semua sudah berlalu, sekarang kita sudah saling mencintai dan sebentar lagi juga akan ada bayi yang akan mengikat kuat cinta kita." ucap Bagas memeluk Nicky dengan sangat erat.     

"Ya gas,maafkan aku ya." ucap Nicky dengan tatapan sayu.     

"Sudah berapa kali kamu meminta maaf sayang." ucap Bagas mengusap lembut wajah Nicky.     

"Sekali saja tidak cukup untuk meminta maaf padamu sayang." ucap Nicky menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Bagas.     

"Ya...aku sudah memaafkan kamu Nick, sudah ya.. kita lupakan tentang hal ini kita hadapi bahagia kita yang sekarang." ucap Bagas mengusap punggung Nicky dengan penuh perasaan.     

Dalam tangisan, Nicky meluapkan rasa penjelasannya.     

"Aku harus berangkat kerja sayang, kasihan Genta yang sudah menungguku." ucap Bagas yang sebenarnya tidak tega meninggalkan Nicky dalam kesedihan.     

Nicky mengusap airmatanya kemudian tersenyum sedih pada Bagas.     

"Ya sayang, nanti pulang cepat ya." ucap Nicky bangun dari duduknya membantu Bagas untuk berdiri.     

"Aku usahakan Nick, aku juga ingin pulang cepat karena pasti merindukanmu." ucap Bagas dengan tersenyum membuat wajah Nicky memerah.     

***     

Di kantor...     

Bagas duduk di kursinya sambil fokus pada berkas-berkas yang akan di tandatangani nya.     

"Tok...Tok...Tok"     

Pintu terketuk dengan suara pelan.     

"Masuk." sahut Bagas masih fokus dengan berkasnya.     

"Permisi Pak Bagas." sapa seorang wanita yang sangat cantik dan terlihat anggun sedang begitu di hadapan Bagas.     

Bagas mengangkat wajahnya dan menatap wanita itu dengan tatapan penuh tanda tanya.     

"Ya... bisa saya bantu?" tanya Bagas dengan serius.     

"Maaf Pak Bagas, saya di minta Pak Genta untuk kemari membantu Pak Bagas sebagai sekertaris baru Pak Bagas." jelas wanita itu dengan sangat sopan.     

"Ohh...kamu sekertaris itu, siapa namamu?" tanya Bagas dengan serius.     

"Aline Pak." sahut Aline dengan tersenyum ramah.     

"Oh ya...Aline, kamu bisa langsung bekerja. Kalau ada yang tidak kamu mengerti kamu bisa tanya Genta." ucap Bagas kembali fokus pada pekerjaannya.     

"Permisi Pak, maaf...saya harus duduk di mana ya?" tanya Aline dengan sebuah senyuman yang tak lepas dari bibirnya.     

"Kamu bisa duduk meja itu." jawab Bagas sekilas kemudian fokus lagi pada pekerjaannya.     

Sambil menatap wajah Bagas yang sedang bekerja, Aline di duduk kursi meja kerjanya.     

"Drrrrt... Drrrt... Drrrrt"     

Ponsel Bagas berbunyi, sekilas di lihatnya nama Nicky yang ada di layar ponselnya.     

Dengan cepat Bagas menerima panggilannya Nicky.     

"Hallo... sayang." ucap Bagas dengan tersenyum.     

"Untuk makan siang, kamu pesan makan atau aku bawakan makanan sayang?" tanya Nicky ingin mengirim makan siang untuk Bagas.     

"Tentu aku lebih memilih makan siang darimu sayang." jawab Bagas dengan hati bahagia.     

"Oke Gas, tunggu aku siang nanti ya." ucap Nicky yang ingin memasak kesukaan Bagas yaitu sayur bening dan ikan gurami.     

"Memang kamu mau masak apa Nick?" tanya Bagas dengan wajah yang terlihat bahagia.     

Aline menatap wajah Bagas dengan rasa kagum.     

"Aku mau mencoba memasak menu kesukaanmu sayur bening dan ikan gurami." jawab Nicky dengan perasaan malu.     

"Aku sudah tidak sabar menunggu kedatanganmu dengan hasil masakanmu sayang." ucap Bagas dengan hati yang di liputi kebahagiaan.     

"Tunggu nanti siang ya sayang." ucap Nicky dengan suara lembut.     

"Aku menunggumu sayang, aku harus kembali kerja sekarang...bye sayang." ucap Bagas menutup panggilan Bagas.     

"Maaf Pak Bagas, saya kurang mengerti rekapan ini? bisakah Pak Bagas menjelaskannya pada saya?" tanya Aline berdiri di samping Bagas.     

"Untuk hal-hal yang tidak kamu mengerti, kamu bisa bertanya pada Genta karena itu bukan tugas saya." ucap Bagas menjelaskan panjang lebar pada Aline.     

"Ya Tuhan, saya lupa Pak..kalau saya harus bertanya pada Pak Genta." ucap Aline kembali ke tempatnya kemudian menghubungi Genta.     

Bagas mengambil nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.     

Dengan serius Bagas kembali bekerja tanpa memperdulikan Aline yang menatapnya beberapa kali.     

Tak terasa waktu bergulir dengan cepat dan Bagas tak melihat waktu yang sudah berjalan dengan cepat.     

Karena belum ke kamar kecil sama sekali Bagas berniat pergi ke kamar kecil sebelum Nicky datang.     

"Aline, kalau Istriku Nicky datang... tolong biang aku masih ke kamar kecil." ucap Bagas dengan tenang kemudian berjalan keluar tanpa memakai tongkat penyangganya karena tidak terlalu jauh tempatnya.     

Waktu sudah menunjukkan jam istirahat, Nicky datang lebih awal agar bisa mengobrol sebentar dengan Bagas.     

Tanpa menimbulkan suara Nicky membuka pintu dengan niat ingin memberi kejutan pada Bagas.     

Ternyata bukan Nicky yang akan memberi kejutan pada Bagas, tapi hatinya yang menjadi terkejut dengan adanya seorang wanita yang tengah duduk di meja kerjanya dulu.     

"Maaf Mbak, saya Nicky...Pak Bagas ada di mana ya? kok tidak ada?" tanya Nicky sambil pandangannya mencari keberadaannya Bagas.     

"Maaf Bu, Pak Bagas sudah keluar dari tadi." jawab Aline tanpa memberitahu kalau Bagas hanya pergi ke kamar mandi.     

"Ohh...apa Pak Bagas keluar sendiri?" tanya Nicky sedikit kecewa pada Bagas yang sudah tahu kalau dirinya akan datang untuk mengirim makan siang.     

"Ya Bu, keluar sendiri." Jawab Aline dengan sopan.     

"Apa Pak Bagas tidak bilang apa-apa sebelum pergi?" tanya Nicky memastikan lagi tentang perginya Bagas.     

"Saya rasa Pak Bagas tidak pesan apa-apa Bu." ucap Aline dengan tersenyum ramah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.