THE BELOVED ONE

TIDAK BISA MENAHAN CEMBURU



TIDAK BISA MENAHAN CEMBURU

0"Kamu satu kelompok dengan Ayraa kan?" tanya Danish dengan serius.     
0

"Ya Pak benar." jawab Anna dengan jujur.     

"Kamu pilih Perusahaan ini saja ya." ucap Danish dengan perasaan rindu yang sudah di rasakannya sejak jatuh cinta pada Ayraa.     

"Terima kasih Pak." ucap Anna dengan tersenyum lega.     

"Sama-sama." ucap Danish seraya mengambil nafas panjang melepas semua beban yang di rasakannya.     

Selesai jam kelasnya Ayraa membereskan bukunya dan berniat keluar kelas, namun suara berat Danish memanggilnya.     

Ayraa menghentikan langkahnya dan menatap Danish seolah-olah tidak terjadi sesuatu apa-apa.     

"Ada apa Pak?" tanya Ayraa tanpa menatap wajah Danish.     

"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Danish tidak tahu lagi harus bertanya apa.     

"Baik-baik saja Pak? ada apa memang Pak?" tanya Ayraa berusaha menenangkan hatinya.     

"Tidak apa-apa, apa kamu mau pulang?" tanya Danish ingin sekali memeluk Ayraa dan mengatakan kalau dirinya sangat merindukannya.     

"Tidak pak, mau pergi sama Chello ingin beli sesuatu." ucap Ayraa dengan wajah tenang.     

"Saya duluan ya pak, sudah di tunggu Chello di depan." ucap Ayraa tersenyum tipis meninggalkan Danish yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menyimpan rasa rindunya.     

Ayraa berjalan cepat keluar dari kelasnya dengan airmata yang sudah di tahannya.     

"Aku tidak percaya kalau Kak Danish telah tega mempermainkan perasaanku." ucap Ayraa dalam hati berjalan cepat ke parkiran di mana Chello sudah menunggunya.     

"Lama sekali Ay?" tanya Chello yang sudah ada di atas motornya.     

" Ada tugas baru untuk membuat makalah, mulai besok pagi aku harus ke perusahaan untuk training selama empat jam." jelas Ayraa sedikit melupakan rasa kecewanya.     

"Jadi sekarang kita kemana?" tanya Chello sambil memberikan helm pada Ayraa.     

"Beli kue tart untuk Bunda, hari ini Bunda ulang tahun. Ayah mau memberi kejutan pada Bunda." jawab Ayraa naik ke atas motor dan memakai helmnya.     

"Ohh... tidak ada makan-makan nih Ay? biasanya kan selalu ada." tanya Chello dengan tersenyum.     

"Belum tahu Chell, coba nanti aku tanya Ayah." sahut Ayraa singkat.     

"Oke... nanti langsung kabari ya." ucap Chello seraya menjalankan motornya keluar dari kampus untuk mencari toko kue.     

Dengan pelan Chello menyusuri jalanan kota Bandung sambil matanya tak lepas menatap wajah Ayraa dari kaca spion depan.     

"Chell...berhenti!!" teriak Ayraa saat melihat toko kue yang terlihat bersih dan enak.     

Dengan reflek Chello menghentikan motornya setelah mendengar teriakan Ayraa.     

"Apa?" tanya Chello sedikit terkejut karena sedang melamunkan Ayraa.     

"Sudah berhenti di sini saja, tuh toko kuenya terlihat enak banget. Aku jadi lapar ingin makan di sini." ucap Ayraa membasahi bibirnya.     

"Kamu, kalau ada kue yang enak selalu begitu." ucap Chello menjepit hidung Ayraa.     

"Hehehe, beli ya Chell." rengek Ayraa seperti biasanya.     

"Ya sudah... ayo." ucap Chello menggandeng tangan Ayraa masuk ke dalam toko kue.     

"Chell, pesan cari kue tart buat Bunda dulu yang mana?" tanya Ayraa bingung dengan model-model kue yang bagus-bagus yang membuat perut Ayraa semakin lapar.     

Setelah memilih kue tart buat Bundanya, Ayraa duduk di kursi sambil menunggu Chello yang sedang pesan kue dan minuman yang sudah di pilihnya lebih dulu.     

"Wahh.. kelihatannya enak sekali Chell." ucap Ayraa saat melihat Chello sudah datang dengan membawa kue dan minuman yang sudah di pilihnya.     

"Mantap memang." sahut Chello seraya meletakkan semua pesanannya di atas meja.     

Wajah Ayraa terlihat antusias untuk segera memakannya.     

Belum lagi Ayraa mengambil kuenya, dari arah pintu terlihat Danish masuk ke dalam toko dan melihat beberapa kue yang ada di etalase.     

Ayraa berusaha menyembunyikan wajahnya, namun tak urung juga Danish sudah mengetahui keberadaannya.     

"Pak Danish." sapa Chello merasa tahu kalau Danish adalah Dosennya Ayraa.     

"Hem.. apa kalian sedang merayakan sesuatu?" tanya Danish dengan tatapan mata penuh selidik sambil membawa kue belanjaannya.     

"Ya Pak, kita merayakan hari jadinya kita hari ini." sahut Ayraa dengan suara yang sangat jelas.     

Chello menatap wajah Ayraa sedikit bingung, tapi kemudian paham dari tendangan kaki Ayraa di bawah meja.     

"Benarkah itu Chello?" tanya Danish dengan hati yang sudah di penuhi oleh rasa cemburu.     

"Hehe.. ya Pak." Sahut Chello dengan singkat tidak ingin terlalu banyak berbohong.     

"Ayraa... bisa kita bicara sebentar?" tanya Danish dengan tatapan rumit.     

"Tapi Pak, saya sedang terburu-buru." jawab Ayraa tidak ingin Chello tahu permasalahannya.     

"Sebentar saja." ucap Danish tidak sabar lagi ingin tahu penjelasan dari Ayraa.     

"Tapi Pak." ucap Ayraa belum selesai bicara Danish meraih tangan Ayraa dan membawanya masuk ke dalam mobil.     

"Ada apa sih Pak?" tanya Ayraa dengan hati berdebar-debar karena Danish menatapnya sedemikian rupa.     

"Jangan panggil aku Pak lagi Ayraa." ucap Danish dengan hati dengan hati semakin tersiksa.     

Ayraa menghela nafas panjang.     

"Ada apa Kak? Aku harus kembali ke sana, kasihan Chello." ucap Ayraa tidak ingin terlihat lemah.     

"Semua itu tidak benar kan Ayraa?" tanya Danish menatap lekat-lekat kedua mata Ayraa.     

"Tentang apa Kak?" ucap Ayraa sedikit gugup.     

"Ayraa... jangan menyiksa aku lagi. Katakan kalau kamu tidak jadian dengan Chello kan?" tanya Danish dengan tatapan sedih.     

"Kenapa memang Kak? bukannya Kak Danish sendiri yang telah melupakan aku dan semua yang kita ucapkan semalam?" ucap Ayraa menatap sedih ke wajah Danish.     

"Ayraa...itu tidak benar, aku tidak mungkin bisa melupakanmu Ayraa. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat di kampus tadi ada banyak mata yang mengawasi kita." ucap Danish seraya menangkup wajah Ayraa.     

"Aku sungguh-sungguh jatuh cinta padamu Ayraa." bisik Danish meraih punggung Ayraa dan memeluknya dengan erat.     

"Tapi Kak Danish...aku bingung dengan sikap Kakak yang seolah-olah tidak mengenalku?" ucap Ayraa tidak menolak saat Danish memeluknya.     

"Percayalah padaku Ayraa, aku melakukan demi kebaikan kita berdua. Aku tidak ingin kamu mendapatkan masalah." ucap Danish dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Masalah apa Kak?" tanya Ayraa ingin tahu apa yang terjadi.     

"Belum waktunya kamu tahu Ayraa, sekarang katakan dengan jujur..kami tidak jadian kan dengan Chello?" tanya Danish dengan tatapan serius.     

Ayraa menggelengkan kepalanya.     

"Aahh.. syukurlah." ucap Danish memeluk Ayraa dengan lebih erat.     

"Maafkan aku Kak." ucap Ayraa setelah melihat wajah Danish terlihat lega.     

"Tidak apa-apa Ayraa, aku senang mendengarnya. Nanti malam aku akan menghubungimu, sekarang aku mau pergi dulu ke rumah teman." ucap Danish yang sudah berjanji akan datang ke rumah Ponco.     

"Teman siapa Kak?" tanya Ayraa penuh selidik.     

"Dosen kamu Pak Ponco kan lagi sakit." jawab Danish berusaha tenang.     

"Ohh... ya sudah Kak, salam saja buat Pak Ponco semoga lekas sembuh." ucap Ayraa hendak keluar dari mobil tapi tangan Danish menahannya.     

"Ada apa Kak?" tanya Ayraa sangat terkejut tiba-tiba Danish mengecup bibirnya sekilas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.