Sukacita Hidup Ini

Alasan yang Sederhana



Alasan yang Sederhana

0

Gong Dian dikenal sebagai salah satu petarung terkuat di ibukota. Sepanjang hidupnya, ia telah mengalami banyak kejadian yang mengancam nyawanya. Namun begitu, ia tidak pernah menyangka akan bertemu seorang lawan yang tangguh di sini, di dekat kuil, di dalam ibukota yang dijaga ketat.

0

Meskipun aura milik orang di belakangnya tidak terlalu kuat, aura tersebut menyatu dengan energi di sekitarnya . Hingga saat ini dalam hidupnya, Gong Dian hanya pernah melihat satu orang yang melakukan hal seperti itu; tuannya sendiri — tuannya dan Komandan Pertahanan belajar di bawah Guru yang sama, yang tidak lain adalah Ye Liuyun, satu dari Empat Guru Besar Agung.

Gong Dian tidak menyangka bahwa seseorang yang dengan tingkat kemampuan setara Guru Besar akan menyembunyikan identitas mereka lalu muncul di belakangnya layaknya seorang pembunuh!

Untuk beberapa saat yang panjang, ruang itu menjadi hening.

Jari kelingking kiri Gong Dian sedikit mengejang; ia tahu ia tidak bisa membiarkan tubuhnya tetap membeku terus menerus. Cahaya samar muncul dari matanya!

Tanpa ada tanda apa pun, ia mengeluarkan zhenqi-nya. Dirinya seolah-olah berubah menjadi seekor naga kelabu yang menendang ke belakang dengan kaki kirinya, lalu melayangkan pukulan dengan tangan kanannya. Dengan bunyi "clang" yang terdengar jelas, pisau belatinya terhunus, seolah membelah udara untuk menebas ke arah siapa pun yang ada di belakangnya.

Dengan suara mendengus, pisaunya hanya membelah udara dan ruang kosong. Sosok Guru Besar yang misterius itu hilang, tidak dapt ditemukan.

Gong Dian telah terlalu memaksakan energi batinnya. Setelah mengerahkan seluruh kekuatannya dalam tebasan itu, butuh waktu lama untuk tubuhnya agar kembali pada kondisi normal. Dadanya terasa seolah-olah tersambar petir. Dengan aliran tenaga dalam panas yang mengalir menuju kepalanya, darah mulai mengalir keluar dari kedua lubang hidungnya.

Gong Dian menatap ruangan kosong itu. Matanya tidak memancarkan rasa takut, ia hanya merasa sedikit kebingungan. Lawannya bisa dengan mudah membunuhnya, tetapi mengapa dia pergi begitu saja?

Tiba-tiba, ia teringat dengan metode bertarung pemuda yang kemarin ke kuil, metode yang mirip dengan metode miliknya. Gong Dian menduga bahwa, siapapun 'Guru Besar' ini, mungkin orang ini memiliki hubungan dengan tuannya, dan karena itulah hidupnya diampuni.

Setelah beristirahat sebentar, Gong Dian keluar dari tempat persembunyiannya dengan raut muka yang agak kesal. Ia pun bersiap untuk kembali menuju kediamannya.

Mengapa Wu Zhu tidak membunuh Gong Dian? Jelas, itu bukan karena hubungan Wu Zhu dengan tuannya Gong Dian. Faktanya Wu Zhu adalah binatang buas yang bahkan akan menyerang Ye Liuyun sekalipun. Alasan sebenarnya sederhana: Kemarin, Gong Dian membuat Fan Xian batuk berdarah, jadi hari ini, Wu Zhu datang untuk membalasnya.

——————————————————————————

Hari masih pagi saat Fan Xian kembali ke rumah. Fan Sizhe masih berada di ruang belajar, sedang merencanakan bisnisnya yang seharusnya menguntungkan. Ruoruo sedang pergi mengunjungi kediaman pejabat lainnya. Di halaman, hanya ada para gadis pelayan yang memberinya hormat. Meskipun beberapa dari gadis pelayan itu cukup cantik, saat ini Fan Xian sedang dalam suasana hati yang buruk, dan terlebih lagi, di sana bukan tempat yang tepat untuk bersenang-senang, jadi dia tidak sedang ingin bercanda.

Sambil minum teh dengan ekspresi cemberut, dia berpikir: "Siapa itu tadi di kuil? Apa yang orang itu lakukan sendiri? Biar ku tebak ... Ada anggota keluarga si Gadis berbaju putih itu yang sedang menunggunya?"

Saat Fan Xian memikirkan hal ini, dadanya mulai terasa manas. Tetapi dia ingat peringatan yang diberikan Wu Zhu dan segera menenangkan diri. Dia berpikir lagi: Wu Zhu tidak akan pernah peduli; dia tidak akan memberi peringatan kecuali ada kaitannya dengan sesuatu yang serius.

Fan Xian berganti pakaian yang lebih ringan dan mengencangkan ikat pinggangnya, lalu dia berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Setibanya disana dia agak kaget, ternyata Count Sinan sedang ada di sana.

"Hari ini pekerjaan di Biro tidak begitu menyibukkan." Fan Jian menyuruh putranya duduk, lalu berkata dengan tenang, "Kamu sudah berada di ibukota selama beberapa hari; kamu tidak boleh menghabiskan seluruh waktumu hanya untuk bermain-main di luar sana. Aku sudah tahu tentang peristiwa yang terjadi di restoran. Kedepannya, hindari konflik seperti itu sebisa mungkin. Jangan sampai kamu seperti adik laki-lakimu yang gagal itu."

Fan Xian hanya bisa memberikan senyum dengan terpaksa; dia tidak ingin menjelaskan terlalu banyak hal. Tiba-tiba, dia teringat sesuatu dan bertanya, "Ayah, kapan aku bisa melihat Nona Lin?"

Seoalh merasa dikagetkan oleh pertanyaan yang dilontarkan padanya, Fan Jian pun tertawa: "Setelah menikah, kamu bisa bertemu dengannya setiap hari. Kenapa sekarang tergesa-gesa ingin menemuinya?"

Fan Xian membalas dengan senyum yang nakal: "Tapi itu kan setelah menikah. Aku ingin tahu seperti apa dia sebelum aku menginjak kamar pengantin." Dia berpikir sejenak dan tertawa: "Lihatlah adik perempuanku, Ye Ling'er, dan Putri Ruojia. Mereka sering bepergian keluar, jadi apa masalahnya?"

"Sepasang pria dan wanita muda yang saling bertemu sesekali tentu adalah hal yang wajar," Fan Jian menjelaskan sambil tersenyum. "Tapi kamu harus tahu bahwa latar belakang Nona Lin agak istimewa. Meskipun nama keluarganya Lin, dia tidak mempunyai banyak hubungan dengan sang Perdana Menteri. Dia dibesarkan di dalam istana kerajaan dan diangkat anak oleh sang Kaisar sendiri. Yang Mulia ingin menghindari rasa malu, dan juga menginginkan agar Putri Sulungnya dapat melihat anaknya setiap saat. Meskipun Nona Lin merupakan seorang Putri, dia berbeda dari gadis bernama Ruojia itu. "

Suara Fan Jian terdengar agak tertahan : "Bahkan jika ada orang di dunia ini yang tahu dia adalah anak perempuan dari Putri Sulung dan Tuan Lin, mereka... tidak akan ada yang berani mengatakannya, juga tidak akan ada yang berani mengakuinya. Nona Lin telah tinggal di istana selama bertahun-tahun, jadi tidak banyak orang pernah melihatnya. Dia baru pindah awal tahun ini, karena pernikahan dan kesehatannya yang buruk .. "

Fan Xian menghela napas: "Justru aku ingin pergi menemuinya karena aku mendengar dia memiliki kesehatan yang buruk. Mungkin aku bisa membantunya."

Fan Jian mengerutkan alisnya: "Kamu baru menghabiskan satu setengah tahun dengan Fei Jie, dan sekarang kamu merasa dirimu lebih pintar dari dokter kerajaan? Anak muda, kamu harus belajar untuk menjadi lebih rendah hati."

Fan Xian menjawab dengan setengah hati "Iya," namun dirinya masih tidak puas, "Tapi tetap saja, Ayah harus mengizinkan aku untuk melihat seperti apa wajah Nona Lin, kan?"

"Kamu bukan menikah demi dia, tetapi demi hal-hal yang dia wakili." Fan Jian menatap Fan Xian dengan dingin. "Kamu harus membuang semua pemikiran yang tidak praktis itu, dan membinasakan perasaan-perasaanmu yang usang itu."

Fan Xian mengerutkan kening, merasa sedikit jijik: "Aku pikir kata-katamu barusan juga usang."

Fan Jian sedikit marah. "Apa yang kau katakan?"

Fan Xian tersenyum dan menjawab dengan sikap hormat: "Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tidak mudah untuk dikendalikan."

"Apakah kamu tidak ingin mengambil kembali semua yang semestinya menjadi hakmu?" ucap Fan Jian dengan tenang, seolah baru saja memikirkan sesuatu.

Fan Xian terkejut dan terdiam sejenak, lalu dia berkata dengan nada serius, "Sebenarnya, aku belajar banyak hal saat di Danzhou. Aku percaya, aku dapat meraih apapun asalkan sepadan dengan kemampuanku. Kalau soal mengambil kembali harta Ibu, tentu saja aku tidak akan keberatan. Tetapi itu semua tergantung dengan kemauanku. Jika aku mau, aku akan melakukannya. Jika aku tidak mau, aku tidak akan melakukannya. Semudah itu. "


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.