Sukacita Hidup Ini

Usia Hanyalah Angka



Usia Hanyalah Angka

0

Sambil menurunkan masker dan mencuci tangannya dengan air bersih, Fan Xian mulai mencatat ciri-ciri mayat-mayat yang ada. Dia menganalisis penyakit yang mungkin diderita almarhum, lalu mencatat secara terperinci dalam buku kulit bewarna hitam yang diberikan Fei Jie padanya.

0

Setelah selesai, dia berdiri. Wajahnya terlihat agak pucat, bulu matanya yang lentik bergetar tanpa henti. "Apakah ada lagi yang harus dilakukan, Tuan?"

Melihatnya, Fei Jie mengerutkan kening. Dia tidak menyangka bocah itu akan sangat bernyali.

Sebelum dia bisa membuka mulut untuk mengatakan suatu hal pun, rasa mual akhirnya mendatangi Fan Xian. Dia berlari ke tepi kuburan dan mulai muntah dengan keras. Ketika rasa mualnya mulai hilang, dia berdiri lagi.

Ekspresi iba terlintas pada wajah Fei Jie. Apakah dia kelewatan, memerintahkan bocah laki-laki berusia empat tahun untuk melakukan hal-hal seperti itu? Saat dia menyaksikan Fan Xian muntah, Fan Jie tiba-tiba menyadari bahwa ini adalah pertama kalinya dia benar-benar terlihat seperti anak kecil, alih alih seperti jiwa tua yang berbadan muda.

"Cukup sampai disini. Kamu sudah memiliki pengetahuan mendasar sekarang, kita bisa melanjutkannya lain kali."

Sebelum Fei Jie bisa menyelesaikan kalimatnya, suara muda Fan Xian menyela.

"Sayang sekali Danzhou begitu kecil. Disini tidak cukup orang mati. Padahal, kita mungkin bisa menemukan mayat yang lebih segar."

Jantung Fei Jie berdetak kencang, dan perlahan-lahan dia menoleh untuk menatap mata polos Fan Xian. Dia tidak yakin apa yang apa sebenarnya yang ia harapkan dalam pandangan anak itu. Setelah beberapa lama, dia berbicara dengan dingin. "Mengapa..."

"Hah?"

"Kenapa kamu tidak takut? Kenapa kamu tidak marah padaku karena menyuruh kamu melakukan hal-hal seperti ini?" Fei Jie menatap anak muda itu dengan kerutan yang menunjukkan kebingungannya.

Fan Xian menunduk. "Guru," katanya dengan hormat, "Kamu bilang kamu akan meracuni seseorang agar aku bisa melihat dan belajar. Aku takut itu. Aku lebih memilih untuk menggali mayat."

"Jadi ada hal-hal di dunia ini yang membuatmu takut."

"Ada." Fan Xian menatap gurunya dengan sedih. "Aku baru berumur empat setengah tahun."

"Usia hanyalah angka." Fei Jie mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya lagi. "Meski ada beberapa hal yang mungkin tidak kamu mengerti, kau harus tetap mempelajarinya. Anak haram seorang bangsawan sepertimu akan menghadapi banyak masalah dan serangan. Rasa belas kasih yang tidak perlu seringkali bisa menjadi hal yang menyebabkan jatuhnya seseorang."

Fei Jie memiliki perasaan tidak wajar bahwa anak itu sepenuhnya memahami semua yang baru saja dikatakannya. Pada saat itu, sinar matahari sudah terlihat jelas di mata Fan Xian, mengantar kepergian mereka dengan terang.

Fei Jie sempat kaget. Ada sesuatu yang sepenuhnya berbeda di mata bocah itu. Selama bertahun-tahun, racunnya telah membunuh banyak orang. Selama tahun dimana mendiang Kaisar menaklukkan daerah utara, racunnya telah membunuh ribuan tentara dari Kerajaan Wei Utara. Kejahatannya cukup kejam untuk membuatnya masuk neraka. Lalu mengapa pemandangan akan bocah tak berdosa ini membuatnya gelisah tak tertahankan?

Setelah merapikan kembali kuburan tanpa nama yang telah mereka ganggu, pasangan guru dan murid yang aneh itu berjalan ke arah timur menuju fajar. "Kamu pasti punya banyak pertanyaan," kata Fei Jie ketika mereka turun ke jalan.

"Hm," Fan Xian berpikir, lalu senyum malu muncul di wajahnya. "Kamu sangat baik padaku, guru."

Fei Jie tidak menyangka anak itu akan menjawab seperti itu. "Jika kamu bisa tersenyum tentang sesuatu seperti ini…" katanya, tertawa pendek "aku penasaran, sebenarnya seberapa dewasa dirimu."

"Lebih baik tertawa daripada menangis."

"Itu benar." Fei Jie menatap tembok kota di kejauhan sambil mengernyitkan alisnya. "Ayahmu memiliki banyak harta di ibukota. Banyak orang akan berusaha untuk merenggutnya darimu. Jadi, kamu harus menjadi kuat dan belajar sebanyak mungkin."

Fan Xian tidak mengatakan apa-apa. Dia tenggelam dalam pikiran-pikiran yang ada di benaknya. Dia selalu mendengar bahwa ayahnya, Count Sinan, sangat dipercaya oleh Kaisar, dan bahwa dia tinggal di ibukota.

Tahun sebelumnya, ada pergolakan politik besar-besaran di ibukota, dan banyak bangsawan tewas dalam kudeta. Akhirnya, sang Kaisar dapat mengambil kendali situasi, membersihkan rumah-rumah para bangsawan yang tak terhitung jumlahnya. Meskipun ayahnya adalah salah satu dari bangsawan itu, dia entah bagaimana berhasil mempertahankan kepercayaan Kaisar, dan bahkan dapat meningkatkan kedudukannya.

Tetapi Fan Xian masih tidak bisa memahami jenis harta seperti apa yang bisa menuntunnya menuju kematian. Bagaimana hal itu membuat ayahnya untuk mengutus perantara yang hebat dari Dewan Pengawas untuk menjadi gurunya?

"Aku mengerti. Suatu hari, seseorang akan mencoba membunuhku, jadi guru mengajariku cara menggunakan racun. Sungguh, aku takut seseorang akan mencoba meracuni aku."

"Benar. Pembunuh memiliki banyak cara, tetapi racun adalah cara yang paling mudah dan paling tidak menimbulkan kecurigaan." Fei Jie mengusap puncak kepalanya. "Tugasku adalah mengajarimu tentang hal-hal seperti itu dalam setahun, sehingga tidak ada yang bisa membunuhmu dengan cara meracuni makananmu."

"Tapi kenapa baru sekarang? Kamu seharusnya khawatir seseorang akan meracuniku selama beberapa tahun terakhir." Fan Xian membutuhkan kejelasan, jadi dia terus bertanya. Disaat yang sama ia khawatir gurunya akan mungkin merasakan kedewasaan melebihi usianya.

Fei Jie tersenyum, tapi kata-katanya suram. "Karena baru sebulan lalu, selir Count Sinan melahirkan seorang putra. Dengan kata lain, kamu telah memiliki saingan untuk memperebutkan harta Count Sinan. Dan selir itu memiliki koneksi cukup dalam Dewan Pengawas. Ayahmu khawatir sesuatu akan terjadi padamu, dan itu tidak akan wajar untuk mengirim seseorang untuk menjagamu dalam kurun waktu yang lama, karena itu akan menimbulkan kecurigaan. Jadi dia mengirim aku untuk menjadi gurumu. "

Fan Xian memperhatikan bahwa Fei Jie mengatakan "Count Sinan" dan "ayahmu".

"Aku anak haram," kata Fan Xian dengan tersenyum. "Secara hukum, aku tidak punya hak untuk mewarisi gelar ayahku. Jadi selir itu seharusnya tidak perlu khawatir soal aku."

"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi," balas Fei Jie. "Meskipun kau dilindungi Tuan Wu, dia tidak mungkin selalu disampingmu seperti seorang pengasuh. Racun dalam hidanganmu mungkin tidak dapat menyakitinya, tetapi masih dapat membunuhmu. Dan jika kamu mati, kamu tidak tahu berapa banyak orang yang akan mati bersamamu. "

Keresahan Fan Xian semakin kuat. Kekuatan macam apa yang dimiliki ayah yang belum pernah ia temui ini? Pasti jauh diatas wajarnya kekuatan orang yang sederajat dengannya.

...

...

Matahari pagi bersinar terang, ketika Fei Jie memimpin perjalanan menuju dinding perbatasan kota Danzhou. Fei Jie mengamati wajah Fan Xian yang masih terlihat agak pucat. "Sebenarnya, orang mati tidak perlu ditakuti."

"Baiklah."

"Dan jangan gunakan zhenqi untuk mengendalikan emosimu. Jika emosi manusia tidak disalurkan dengan tepat, meski kamu berada pada puncak kemampuan pengendalian zhenqimu, kamu hanya akan menjadi monster pembunuh."

"Saya mengerti." Dengan patuh, Fan Xian menyebarkan zhenqi yang terkandung dalam tubuhnya dan berhenti menekan rasa takut dan jijik yang dia rasakan saat menangani mayat.

Pada saat itu, Fei Jie tiba-tiba berbicara. "Masih ada sebagian jeroan busuk di lengan bajumu. Apa kamu mau membawanya pulang untuk sarapan?"

"Aargh!" Jeritan kaget bocah laki-laki dan tawa seram gurunya itu memecah ketenangan pagi hari.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.