Sukacita Hidup Ini

Kuburan



Kuburan

0

Fan Xian bingung oleh penjelasan Fei Jie. Mengapa seorang ayah bisa begitu peduli dengan anak haramnya? Mengapa sampai mempekerjakan seorang guru khusus untuk dirinya? Jika dia hanya perlu seseorang untuk mengajarkan cara membaca, lalu mengapa dia meminta orang tua yang aneh ini?

0

Fan Xian dapat mengetahui bahwa Fei Jie mengenali Wu Zhu. Dia merasa tidak sopan untuk ikut masuk ke pembicaraan mereka, jadi dia hanya duduk manis di atas ranjang dan pura-pura tidak mengerti, sambil memasang raut wajah bingung.

Sambil menunggu seseorang menjelaskan apa yang sedang terjadi, Fan Xian melonggarkan ikatan kain sprei di tubuh Fei Jie, lalu bersembunyi di belakang Wu Zhu dan tertawa, seperti orang bodoh.

Tetapi dua pria hebat yang ada di depannya sadar bahwa sebenarnya dia bukan anak biasa.

Fajar mulai merekah. Suara ayam jantan berkokok dan pelayan yang sedang memasak air mulai terdengar samar dari kejauhan.

"Suatu saat nanti, saya ingin anda menjelaskan bagaimana anda tahu siapa saya," kata Wu Zhu dengan dingin saat dia menggiring Fei Jie keluar dari pintu.

Jantung Fan Xian berdebar. Dia tidak tahu bagaimana nanti dia harus menjelaskan. Saat Wu Zhu dan dirinya melakukan perjalanan bersama selama ratusan mil menuju Danzhou empat tahun yang lalu, dia baru berusia beberapa bulan. Fan Xian memutar otaknya tapi tetap saja tidak bisa menyusun alasan bagus yang bisa dipercaya. Satu-satunya hal bisa ia lakukan hanyalah menyalahkan lelaki tua aneh itu atas gangguannya yang mengerikan.

Kota Danzhou tampak memulai aktivitasnya, tetapi ada satu toko yang belum menunjukkan tanda-tanda buka.

Di ruangan kecil tersembunyi di dalam toko, Wu Zhu menatap Fei Jie dengan dingin. "Apa tujuan si pincang itu?"

Fei Jie bisa dianggap sebagai seorang ahli yang hebat dalam banyak hal, tetapi saat dihadapkan dengan pemuda buta yang kabarnya kejam dan berdarah dingin itu, dia menjadi gugup. "Tuan muda suatu hari nanti akan menjadi pria dewasa," jawabnya, "Dan dia akan menghadapi banyak masalah di ibukota. Semakin cepat dia dipersiapkan untuk menghadapinya, semakin besar peluang dia berhasil."

Wu Zhu mengangkat kepala pria tua itu untuk menatapnya.

Meskipun pria tua itu tahu benar bahwa Wu Zhu buta, dia merasa bahwa di balik kain yang menutupi wajah itu, ada tatapan mata seorang pembunuh. "Jika anda keberatan, Tuan Wu," katanya, "Saya akan kembali ke ibukota. Saya yakin bahwa dia akan menanggapi keluhan anda dengan serius."

Wu Zhu menggelengkan kepalanya. "Saya tahu tujuan si pincang itu mengirimimu lebih dari itu. Tidak sesederhana itu."

"Benar." Wu Zhu adalah satu-satunya orang yang berani membicarakan tentang tuannya seperti itu, pikir Fei Jie. "Dia tidak pernah menemukan kotak yang ditinggalkan Nyonya," katanya, sambil menundukkan kepalanya ketika dia berbicara. "Dia sangat khawatir seseorang mungkin akan menemukannya, jadi dia meminta nasihat anda tentang hal ini, Tuan Wu."

"Tidak ada gunanya mencari," kata Wu Zhu dengan datar. "Nyonya telah menghancurkannya sebelum dia meninggal."

Fei Jie mengangguk lalu berbalik badan siap untuk pergi. Tiba-tiba dia berhenti dan mengerutkan kening. "Ada sesuatu yang aneh dengan tuan muda. Dia baru berusia empat tahun, tapi anda sudah membiarkannya mempelajari cara pengolahan zhenqi yang begitu kuat. Apakah anda tidak khawatir akan terjadi sesuatu?"

"Yang aneh adalah..," jawab Wu Zhu sambil menatap pria tua yang tidak lama lagi akan menjadi guru untuk tuan muda, "Aku tidak pernah mengajarkan dia teknik zhenqi apapun. Itu nanti akan menjadi tugasmu."

Fei Jie mengusap luka di kepalanya yang mulai terasa sakit. Dia punya firasat buruk tentang semua ini. Dia tersenyum paksa sebelum akhirnya pergi.

Setelah dia pergi, Wu Zhu berjalan ke ruang rahasia di dalam toko. Di pojok ruangan itu terdapat sebuah kotak tertutup debu. Meskipun matanya tertutupi oleh sehelai kain hitam, jelas terlihat kalau dia sedang memikirkan sesuatu.

...

...

Kemudian pada hari itu, seorang pria aneh datang ke rumah Count. Dengan membawa kartu nama dia diterima masuk oleh Countess. Entah bagaimana, dia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi guru kedua tuan muda Fan.

Gadis-gadis pelayan dengan cepat menyebarkan berita aneh ini. Bagaimana mungkin lelaki tua yang tampak seperti penjahat ini dengan kepala yang ditutup perban, dapat memenuhi syarat untuk menjadi guru bagi tuan muda yang menggemaskan?

Di dalam perpustakaan, Fan Xian memijat punggung gurunya. Teringat tentang pemukulan dengan bantal porselen yang telah terjadi pada malam sebelumnya, dia merasa perlu untuk berbuat baik ke guru Fei demi mendapatkan ilmu secepat mungkin.

"Itu bukan salah saya, tuan!" Dia berkata dengan suara manis dan kekanak-kanakan. Bahkan dirinya sendiri jijik mendengarnya. "Anda membawa pisau, dan aku hanya anak kecil, jadi aku takut ..."

Saya memiliki pisau karena saya harus membuka pintu, pikir Fei Jie. Aku hanya ingin mengintip bagaimana rupa anak haram itu. Bagaimana saya bisa tahu dia menderita insomnia?

Mungkin itu kesalahpahaman yang tak terhindarkan, yang sialnya berujung pada kepalanya yang terluka. Pasti ada cara agar dia dapat menebus kesalahannya.

"Saya kira anda akan mengajarkan sesuatu secara diam-diam padaku." kata Fan Xian.

"Benar," jawab Tuan Fei. "Ada banyak cerita-cerita rakyat, dimana seorang anak kecil bertemu dengan seorang pengembara dan belajar beberapa seni mistis, dan tidak ada seorang pun di sekitar mereka yang tahu apa yang sedang terjadi. Hal-hal seperti ini sering terjadi."

Fan Xian menatap Master Fei, sambil mendengarkannya.

"Tapi itu cuma dongeng, orang tidak ada yang sebodoh itu, cepat atau lambat mereka akan tahu apa yang sebenarnya sedang kau pelajari" Fei Jie balas menatap bocah itu dengan tegas. "Lagi pula aku telah dipercaya untuk berdalih menjadi gurumu, lebih baik aku gunakan kesempatan ini untuk mengajarimu."

Fan Xian terkikik dan naik ke pangkuannya. "Guru, apakah kamu kenal ayahku? Seperti apa dia?"

Wajah Fei Jie memerah. Dia tahu anak kecil ini licik, tak peduli akan tindakan polos yang Xian lakukan. Namun dia dipenuhi dengan perasaan tidak berdaya. Mendengar pertanyaan itu, dia terdiamuntuk berpikir sejenak. "Sang Count adalah teman dari atasanku, jadi dia memintaku untuk datang dan mengajarimu. Kamu bisa memanggilku guru."

"Guru, apa yang akan kamu ajarkan padaku?"

Fei Jie tertawa, dan pupilnya yang kecoklatan menyala dengan cahaya yang tidak biasa. "Aku ... adalah ahli racun. Aku datang untuk mengajarimu cara menggunakan racun untuk membunuh, dan bagaimana caranya menghindar dari diracuni oleh orang lain."

Dia mengira kata-katanya tadi akan menakuti bocah itu hingga menangis. Namun dia cepat-cepat sadar bahwa anak lelaki yang berdiri di depannya itu bukan anak biasa, jadi berusaha menakut-nakuti dia dengan cara seperti ini tidak akan berguna.

Benar saja, mata besar Fan Xian dipenuhi dengan kegembiraan, sambil mengibaskan bulu matanya yang panjang saat dia berkedip penuh dengan rasa ingin tahu yang kuat. "Tunggu apa lagi? Apakah kamu ingin aku pergi menangkap beberapa kelinci untuk bahan percobaan? Atau mungkin beberapa katak?"

Fei Jie berbalik, tercengang. Apakah anak ini benar-benar baru berusia empat tahun?

——————————————————————

Beberapa bulan kemudian di suatu kuburan belasan mil dari Pelabuhan Danzhou, cahaya fajar mulai terlihat dari langit timur. Cahaya itu perlahan menyelimuti kuburan yang tadinya gelap, membuat suasana di situ tampak lebih mengerikan.

Fei Jie berdiri di luar dengan tangan menyilang terselip dalam lengan bajunya sambil memperhatikan Fan Xian yang sedang membungkuk di sebuah makam terbuka.

Dengan alasan pergi untuk tamasya, Fei Jie telah membawa Fan Xian keluar dari Danzhou selama beberapa hari. Alih-alih bertamasya, sebenarnya mereka pergi ke kuburan guna menggali mayat yang akan dipakai untuk mempelajari struktur tubuh manusia.

Dia tahu bahwa tuan muda Fan Xian bukan anak biasa, tetapi ketika dia menyaksikan bocah itudapat menyesuaikan diri begitu cepat dengan suasana kuburan dan dengan tenang membedah mayat demi mayat dalam pembelajarannya bulan itu, dia tidak bisa menahan perasaannya yang agak ngeri.

Fei Jie adalah seorang profesional, yang terbiasa berurusan dengan mayat sepanjang waktu. Tetapi dia belum pernah menemukan seorang bocah lelaki berusia empat tahun tetap tenang di sekitar mayat.

Bocah lelaki yang tampan itu dikelilingi oleh bau busuk kematian. Dia mengenakan masker wajah saat ia menarik keluar isi perut mayat yang sudah setengah membusuk.

Pemandangan yang benar-benar mengerikan. Kehidupan kedua ini sama menyedihkannya dengan yang pertama, pikir Fan Xian dengan penuh kengerian.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.