Sukacita Hidup Ini

Buku Kuning Tanpa Judul



Buku Kuning Tanpa Judul

0

Ada satu hal yang baik tentang dilahirkan kembali. Memiliki empat anggota badan yang bisa digerakkan dengan aktif. Xian merasa bersyukur atas fakta ini; akan sulit bagi orang-orang yang tidak pernah merasakan jenis penyakit yang dia derita untuk menghayati macam kebahagiaan yang dia rasakan. Dia merasa terhibur dengan kenyataan bahwa ini mungkin karunia Tuhan untuknya.

0

Butuh empat tahun baginya untuk menyadari hal ini: karena dia telah mendapat kesempatan untuk hidup lagi, mengapa tidak dimanfaatkan sebaik mungkin? Jika Tuhan telah memberkatinya dengan kehidupan baru ini dan dia menyia-nyiakannya, bukankah itu sama saja dengan tidak menghormati Tuhan? Karena dia bisa bergerak sekarang, mengapa tidak bergerak lebih banyak lagi?

Semua pelayan di kediaman sang Count tahu bahwa tuan muda yang satu ini, terlahir dari seorang selir, adalah anak yang sangat aktif.

"Tuan muda, kami mohon padamu! Tolong, tenang!"

Pada saat itulah Fan Xian duduk di puncak gunung palsu di halaman. Dia tersenyum sambil memandang ke arah laut yang jauh.

Bagi para gadis pelayan, jelas bahwa seorang bocah lelaki berusia 4 tahun yang memanjat ketinggian sambil tersenyum dengan seperti itu adalah hal gila yang tak wajar.

Lambat laun, semakin banyak orang yang berkumpul mengelilingi gunung palsu itu, dengan tujuh atau delapan pelayan akhirnya tergesa-gesa membentuk lingkaran disekitar gunung itu.

Meskipun Count Sinan dihargai oleh kaisar,dia adalah bangsawan berpangkat rendah yang tidak berpenghasilan besar. Misalnya pun dia menghasilkan banyak uang, dia tidak mungkin membelanjakan semuanya untuk ibu dan anak haramnya. Itu mengapa ada begitu sedikit pelayan yang bekerja di rumah sang Count.

Fan Xian melihat ke bawah dari pijakannya di puncak gunung palsu pada wajah-wajah para pelayan yang panik, dan menghembuskan nafas. Dia dengan patuh turun, "Cuma sedikit latihan kok. Kenapa sih pada ribut?"

Para pelayan sudah terbiasa dengan kedewasaan dan cara bicara tidak lazim yang sering diucapkan sang tuan muda, dan dengan mudah tidak menghiraukan sifat aneh si bocah sembari mereka membawanya pergi untuk segera dimandikan.

Setelah memandikan Fan Xian sampai bibirnya merah cerah, giginya putih berkilau, tubuhnya menjadi lembut dan berbau harum, seorang gadis pelayan mengangkatnya dan tersenyum.

Sambil mengusap pipinya, gadis pelayan itu tertawa dan berkata, "Tuan muda terlihat persis seperti seorang gadis kecil; Aku ingin tahu siapa wanita beruntung yang akan mendampingimu di masa depan."

Fan Xian dengan naif tidak menjawab, karena dia bukan macam orang yang suka menggunakan mulut anak berusia empat tahun untuk bermain-main dengan pelayan berusia belasan tahun; dia menolak untuk melakukan sesuatu yang begitu mencolok... Dia akan menunggu sampai dia berusia enam tahun untuk melakukan hal yang cukup menantang itu.

"Waktunya tidur, Nak."

Si gadis pelayan menepuk halus pantat bocah itu. Semua pelayan merasa aneh karena meskipun usia tua muda mereka yang masih sangat belia, dia sudah bersikap yang nakal dan susah diatur, namun pada saat yang bersamaan, dia memiliki kedisiplinan diri dan ketekunan ibaratnya seorang pria dewasa.

Seperti saat tidur siang.

Mereka yang memiliki masa kanak-kanak yang wajar akan mengingat bagaimana mereka harus bertarung dengan setan yang akan memaksa mereka untuk tidur pada siang yang cerah.

Setan-setan ini adalah Ibu, Ayah, atau bahkan guru mereka.

Tetapi tuan muda Fan Xian tidak membutuhkan siapa pun untuk memaksanya tidur. Setiap hari disaat siang hari, dia akan tersenyum dengan imut dan polos lalu kembali ke kamarnya dengan patuh untuk tidur, tidak pernah mengeluh sekalipun.

Wanita tua itu tidak percaya pada awalnya, seringkali berteriak pada para pelayan untuk mengawasinya. Dia mengira kalau bocah itu menggunakan tidur sebagai alasan untuk bermain-main di ranjangnya. Namun, setelah mengawasinya selama setengah tahun, dia menyadari bahwa bocah lelaki itu memang tertidur dan terkadang sulit dibangunkan, bahkan setelah ada yang meneriakinya.

Mulai saat itu, para pelayan tidak terlalu memperhatikannya, dan hanya menjaga di luar kamarnya.

Saat itu sedang musim panas, jadi tentu saja para pelayan lebih mudah lelah, tubuh mereka miring ke samping. Kipas kecil di tangan mereka bergerak lembut, dan terkadang ada kunang-kunang yang menari di angin yang terhembus oleh kipas.

...

...

Didalam kamar tidur, Fan Xian naik ke atas ranjangnya dan membuka tikar, dengan hati-hati mengambil buku yang disembunyikannya.

Sampul buku itu berwarna kuning muda, menunjukkan buku itu telah berumur. Tidak ada sepatah kata pun di sampulnya, tepi buku disulam menggunakan motif yang tidak umum. Motif-motif ini melengkung pada guratan terakhir, seperti awan atau lengan baju kuno yang lebar.

Dengan hati-hati dan lemah lembut, bocah kecil itu membuka buku ke halaman tujuh, yang menunjukkan ilustrasi seorang pria. Sebagian tubuh pria itu tertutupi oleh garis-garis merah. Meskipun bocah itu tidak mengetahui dari cat apa garis merah itu dibuat, garis-garis tersebut tampak menciptakan ilusi yang membuat mereka seolah-olah mereka perlahan bergerak ke suatu arah.

Fan Xian menghela nafas; dia terlihat seperti bocah berumur empat tahun di luar, dan dia harus berhati-hati untuk tidak mengungkapkan dirinya yang sebenarnya. Untungnya, dia punya buku ini untuk menghabiskan waktu.

Buku itu diberikan kepadanya oleh seorang pemuda buta bernama Wu Zhu ketika dia masih sangat kecil ...

Fan Xian selalu memikirkan pemuda buta itu, dia pelayan ibunya di dunia ini.

Terperangkap dalam tubuh seorang bayi, dia telah terbaring dalam pelukan pemuda buta itu selama perjalanan dari kota menuju pelabuhan. Mungkin pemuda itu tidak mengira kalau seorang bayi bisa mengingat apapun. Tetapi karena Fan Xian bukan bayi biasa, selama mereka bepergian bersama ia dapat mengerti kalau pemuda itu benar-benar merawatnya dengan sepenuh hati.

Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, pria muda itu pergi setelah mengantarkan Fan Xian ke tempat tinggalnya sekarang, walaupun bagaimanapun si wanita tua berusaha untuk membujuknya agar tidak pergi.

Sebelum dia pergi, pemuda buta itu meletakkan buku di sebelah si bayi.

Fan Xian kerap memiliki suatu kecurigaan tentang situasi ini: apakah pemuda pelayan itu tidak memiliki kecurigaan atau merasa keberatan tentang dia belajar dengan sendiri? Setelah dipikirkan sejenak, dia menyadari bahwa dia masih bayi pada saat itu, dan pasti akan dianggap mustahil baginya untuk mengenali kata-kata didalamnya, jadi tentu saja tidak ada masalah.

Namun, Fan Xian dapat membaca dan mengerti teks yang digunakan di dunia ini, dan setelah perubahan dramatis yang terjadi padanya, dia percaya tanpa ragu akan keberadaan para dewa dan setan. Dia bahkan lebih yakin bahwa buku itu terlihat persis seperti properti film dalam sebuah serial drama televisi Hong Kong, semacam pelatihan spiritual bagi zhenqi. [1]

Sayang sekali tidak ada judul tertera di buku itu, kalau tidak dia akan keluar ke jalan bertanya kepada anak-anak tetangga apakah metode pelatihan spiritual zhenqi ini berguna atau tidak.

Memikirkan hal ini, Fan Xian tertawa terbahak-bahak. Karena Tuhan memberikannya kesempatan untuk mengulangi hidupnya, dia akan menghargai kesempatan ini. Neigong [2] adalah sesuatu yang baik yang tidak ada di dunianya, dan bahkan jika metode pelatihan spiritual tentang zhenqi tanpa nama ini hanyalah sekumpulan omong kosong, hal itu tidak menghentikannya dari memulai berlatih dari umur satu tahun.

Bisa disebut, Fan Xian memulai latihan dari masih di dalam rahim, tidak bisa memulai lebih awal dari itu.

Tidak ada yang lahir di dunia ini, bahkan tuan-tuan yang disembah oleh bawahannya, bahkan kalau pun mereka jenius, mereka tidak bisa berada pada tingkat yang sama dengan Fan Xian, yang memulai pelatihan zhenqi pada usia yang begitu muda.

Bagaimana peribahasanya? Burung yang mendapat cacing datang dahulu; burung yang bodoh terbang dahulu.

Bagaimanapun itu, pastinya dia tidak akan sebodoh anak-anak yang baru pertama belajar tentang seni bela diri, bukan?

Di saat Fan Xian memikirkan hal ini, dia sudah bisa merasakan zhenqi mengalir. Perlahan-lahan zhenqi mengaliri garis-garis yang tergambar di buku, dan lanjut mengalir ke dalam tubuhnya. Sensasi yang dia rasakan sekarang sangat menenangkan, seolah-olah sekujur tubuhnya dan organ-organnya tengah dibasuh hingga bersih dengan air hangat.

Perlahan-lahan, Fan Xian jatuh ke dalam kondisi meditasi dan kemudian tertidur dengan lelap dan nyaman di ranjangnya.

  1. Qi esensial/mendasar
  2. Latihan yang bermanfaat bagi organ dalam; seni membangun kekuatan seseorang melalui pernapasan dan latihan organ dalam lainnya

Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.