Sukacita Hidup Ini

Kedisiplinan dalam Keluarga



Kedisiplinan dalam Keluarga

0Kediaman Fan dipisahkan menjadi dua bagian. Halamannya megah dan bangunan-bangunan yang ada di dalamnya besar. Dari ketiga ruang belajar yang ada di kediaman Fan, suara jeritan tersebut terdengar dari ruang belajar bagian barat, area yang tingkat keamanannya paling longgar. Ini adalah ruang belajar yang kebanyakan orang paling sering kunjungi. Semua orang di sana terkejut ketika mendengar suara seperti jeritan babi yang sedang disembelih.     
0

Selain Fan Sizhe yang menjerit ketakutan, ada dua orang gadis yang berada di dalam ruang belajar itu. Fan Ruoruo dan Lin Wan'er segera berlari ke arah Fan Xian untuk menarik lengannya. Mereka takut kakak atau suami mereka itu akan menendangi Fan Sizhe sampai mati. Itu adalah kemungkinan yang masuk akal, mengingat seberapa besar kemarahan Fan Xian.     

Di mata kedua gadis itu, Fan Xian selama ini adalah pemuda yang lembut dan dewasa. Meskipun sebelumnya Fan Xian pernah marah ataupun bersedih, dia tidak pernah semarah hari ini. Bulu kuduk mereka merinding saat melihat sikap dingin Fan Xian. Mereka tampaknya tidak tahu kesalahan apa yang telah diperbuat oleh Fan Sizhe, sehingga kedua perempuan ini menarik lengan Fan Xian dan mencegahnya bertindak lebih jauh.     

Setelah Teng Zi Jing menerima perintah dari Fan Xian untuk memulangkan Fan Sizhe ke rumah dan membawanya ruang belajar, perilaku anak itu seperti kucing yang kepanasan; gugup dan khawatir. Saat berada di dalam ruang belajar, dia memanggil dan menyuruh Sisi untuk memberitahukan kepada kakak perempuan dan kakak iparnya untuk segera datang ke ruang belajar.     

Fan Ruoruo dan Lin Wan'er belum tahu tentang kabar mengenai insiden Rumah Bordil Baoyue, sehingga mereka merasa bahwa adiknya itu sedang bercanda saat mendengar pesan dari Sisi. Ketika Fan Xian memasuki ruang belajar, dia langsung menendang Fan Sizhe dengan keras tanpa peringatan, Ruoruo dan Wan'er langsung tahu bahwa ada masalah besar yang sedang terjadi. Wajah mereka berubah menjadi pucat dan ketakutan saat mereka menyaksikan kemarahan Fan Xian.     

"Lepaskan!" Teriak Fan Xian, dengan matanya yang melotot. "Ayah sudah tahu tentang masalah ini, jadi lepaskan tangan kalian. Aku tidak akan membunuhnya."     

Fan Sizhe yang sekarang tergeletak di lantai, di tengah potongan dan serpihan kayu, sedang berpura-pura pingsan. Dengan menggunakan salah satu matanya dia mengintip ke arah wajah kakaknya, yang sekarang tampak sedikit lebih tenang. Saat mendengar kakaknya berkata tidak akan memukuli dirinya sampai mati, dia merasa lega.     

Namun, tanpa diduga, Fan Xian dengan dingin melanjutkan, "tapi aku akan membuat bocah ini tidak bisa berjalan lagi."     

Saat Fan Xian berbicara seperti itu, dia berhasil melepaskan diri dari dua gadis yang menahan bahunya. Fan Xian terlalu marah, sampai-sampai dia tidak mau membuang waktu untuk mencari buku kedisiplinan keluarga, dia meraih poci teh di atas meja dan melemparkannya ke arah Sizhe.     

Prang!      

Poci yang berisikan teh panas itu, pecah berkeping-keping di sebelah Fan Sizhe, yang masih berpura-pura pingsan.     

Tehnya muncrat kemana-mana, begitu pula dengan pecahan-pecahan kacanya. Fan Sizhe berteriak saat teh panas dan beberapa serpihan kaca itu mengenai wajahnya. Dia tidak bisa berpura-pura pingsan lagi. Dia melompat, menjerit ketakutan, dan pergi bersembunyi di belakang Lin Wan'er. Sambil menangis dia berteriak ketakutan, "Kakak Fan Xian akan membunuhku! Tolong!"     

Lin Wan'er terkejut saat melihat wajah adik iparnya yang berlumuran darah sedang bersembunyi di belakangnya. Dia menghadang Fan Xian, yang tampaknya masih marah dengan berbicara. "Apa-apaan ini? Apa yang sedang terjadi? Tidak bisakah masalah ini diselesaikan secara baik-baik, tanpa menggunakan kekerasan ?"     

Fan Xian menatap wajah ketakutan Fan Sizhe yang berada di balik Lin Wan'er. Namun dia semakin marah saat teringat perbuatan yang telah dilakukan oleh adik laki-lakinya ini. Dia menunjuk ke arah Sizhe dan berteriak, "Kamu tanya saja dia!! Cepat! Tanyakan apa yang telah dia lakukan!"     

Fan Sizhe hanya dapat bergumam, saat lidahnya merasakan zat besi dari dari darah yang keluar dari mulutnya. Baru sekarang dia menyadari betapa kuatnya tendangan kakaknya, dan dia bertanya-tanya apakah dengan cara seperti ini dia akan mati. Dengan ketakutan, dia berteriak sambil menangis, "Aku hanya membuka bisnis. Apakah aku harus mati karena telah melakukan itu ...? Kakak ipar, ah ... aku tidak yakin dapat melihat hari esok ... Ah! "     

Setelah satu teriakan keras terakhir, Fan Sizhe terjatuh ke lantai untuk berpura-pura mati sekali lagi. Hal ini membuat kedua kakak perempuannya takut, mereka berlutut di hadapan Fan Sizhe dan mulai menggosok pelipisnya.     

Setidaknya, hari ini Fan Xian dapat melampiaskan kemarahannya kepada bocah manja satu ini. Dia mulai tertawa keras seperti penjahat saat melihat Fan Sizhe yang sedang berpura-pura mati. Dia menoleh ke belakang dan mendapati bahwa pintu ruang belajar masih terbuka lebar. Di kejauhan, tampak beberapa pelayan yang berusaha mengintip ke dalam, dia lalu memutuskan untuk menutup pintu. Dengan tanpa emosi dia mengatakan, "Tendanganku tadi tidak cukup untuk membunuhmu. Jadi, lebih baik kamu segera bangun."     

Saat melihat ekspresi wajah kakak laki-lakinya yang dipenuhi dengan kemarahan, Fan Sizhe tidak berani berdiri. Dia terus berbaring di lantai, sambil bersembunyi di balik kedua kakak perempuannya dan berharap agar ibunya segera datang.     

Fan Xian lalu duduk dengan wajah tanpa ekspresi, tidak ada satupun dari mereka yang tahu tentang apa yang ada di benak Fan Xian saat ini. Fan Ruoruo memberikan kakaknya itu secangkir teh dan dengan lembut bertanya kepada Fan Xian, "Bisnis apa?"     

Setelah selesai menyesap teh tersebut, Fan Xian memejamkan matanya dan mengatakan, "Bisnis rumah bordil."     

Wan'er dan Ruoruo terkejut. Mereka berdua telah terkejut berkali-kali hari ini, tetapi jika dibandingkan dengan tendangan Fan Xian, pembukaan rumah bordil yang dilakukan oleh Sizhe ini terdengar lebih konyol. Meski begitu, mereka tidak menganggap bahwa tindakan Sizhe terlalu buruk; kebanyakan dari anak-anak bangsawan akan memulai bisnis mereka di tempat seperti itu. Walaupun bisnis rumah bordil bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan, Fan Sizhe masih terlalu kecil untuk terlibat dalam bisnis semacam itu. Tapi apakah Fan Xian harus semarah itu, sampai-sampai menendangnya dengan keras?     

Fan Xian tertawa dingin, mengeluarkan gulungan kertas dari saku dadanya, dan memberikannya kepada Ruoruo. Gulungan itu adalah hasil penyelidikan Dewan Pengawas terhadap Rumah Bordil Baoyue.     

Fan Ruoruo mengambilnya dengan ekspresi bingung. Meskipun isi dari dokumen itu tidak terlalu panjang, dokumen itu menjelaskan keburukan-keburukan tentang Rumah Bordil Baoyue. Dokumen itu hanya bertuliskan tentang bukti-bukti yang Dewan temukan, jadi tidak butuh waktu lama untuk Ruoruo membacanya.     

Kekacauan yang terjadi sebelumnya telah membuat rambut Ruoruo berantakan. Beberapa rambutnya jatuh dan menutupi matanya. Sulit bagi seseorang untuk dapat melihat reaksinya. Tetapi, beberapa saat kemudian dia mulai bernapas dengan berat, siapapun akan tahu bahwa itu adalah campuran dari ungkapan kesedihan dan kemarahan. Ruoruo menggigit bibirnya dengan gelisah.     

Melihat reaksi Ruoruo, Wan'er menjadi penasaran dengan isi dokumen itu. Dia ingin pergi ke tempat Ruoruo dan melihat isi dokumen itu, namun dia mengurungkan niatnya karena dia takut Fan Xian akan menghajar Fan Sizhe sampai mati jika dia beranjak dari tempatnya walau hanya sebentar saja.     

Fan Ruoruo mengangkat kepalanya dan dia terlihat tenang, meskipun masih lebih dingin dari sebelumnya. Dia menatap Fan Sizhe yang masih berpura-pura mati, dengan tatapan marahnya dan bertanya, "Apakah dia melakukan semua ini?"     

Ruoruo mengajukan pertanyaan itu dengan tenang, tetapi nada suaranya terdengar sangat berat, sampai-sampai membuat orang-orang yang ada di ruangan itu merasa terganggu. Selama ini Fan Sizhe telah dibesarkan oleh Ruoruo, sehingga Sizhe selalu merasa takut dengan Ruoruo, meskipun hubungan mereka sangat dekat. Dengan suara gemetar, Sizhe bertanya, "Apa yang sedang terjadi?"     

Fan Ruoruo tampak kecewa, dalam benaknya dia bertanya-tanya, sejak kapan adiknya menjadi seperti ini. Mata gadis ini berkaca-kaca saat dia menggertakkan giginya dan melemparkan gulungan itu ke wajah Fan Sizhe. Ruoruo menyentak, "Lihat sendiri sana!"     

Sizhe menatap kakak laki-lakinya, yang masih duduk dengan tenang. Lalu, dia melihat kakak iparnya. Dia lalu mengambil gulungan itu dan membacanya. Wajahnya tampak semakin pucat. Fan Xian telah mengetahui semua hal yang telah Sizhe lakukan selama dia mengoperasikan Rumah Bordil Baoyue.     

Fan Xian yang memejamkan matanya, sekarang berdiri dari kursinya.     

Sizhe menjerit. Dia berdiri dan mulai mengayun-ayunkan lengannya, sambil bergumam, "Kakak Fan Xian, aku tidak melakukan semua ini. Kumohon, berhentilah memukulku!"     

Fan Xian menyipitkan matanya sambil menatap adiknya itu dan mengatakan, "Seandainya kamu sendiri yang telah membunuh orang dan memaksa para wanita untuk menjadi pelacur, aku pasti sudah menendangmu sampai mati sekarang. Tetapi, bagaimanapun juga kamu adalah pemilik dari Rumah Bordil Baoyue. Jika kamu tidak mengeluarkan perintah, mana mungkin anak-anak itu melakukan tindakan kriminal seperti itu? "     

Sizhe, dengan suara yang bergetar mengatakan, "Ada beberapa hal yang merupakan perintah dari Pangeran Ketiga. Bukan aku!"     

"Fan Sizhe," Fan Xian tertawa dingin dan melanjutkan, "Ruoruo pernah bilang bahwa kamu itu seperti babi. Awalnya aku tidak percaya, tapi lihatlah dirimu yang sekarang, mencoba melimpahkan kesalahanmu. Aku sadar bahwa aku benar-benar terlalu memanjakanmu, hingga membiarkanmu menjadi bos dari preman-preman di ibu kota. Kau ini benar-benar sesuatu. "     

Apa yang Fan Xian katakan benar.     

Fan Sizhe menjadi takut sekali lagi. Meskipun usianya masih muda, hatinya sudah dewasa. Dia tahu bahwa kakak laki-lakinya itu tidak mau mendengarkan alasannya. Dia merasa disudutkan, dan dia pun mulai menangis saat berteriak, "Ini semua benar-benar tidak ada hubungannya denganku!"     

Setelah mengatakan hal ini, Sizhe melihat adegan yang menakutkan lainnya.     

Ruoruo dengan tenang mengeluarkan sebuah tongkat yang panjangnya selengan orang. Dia lalu memberikannya kepada Fan Xian.     

Ketika Fan Xian datang ke ibu kota, Fan Ruoruo selalu memukul tangan Fan Sizhe dengan penggaris tiap kali dia melakukan kesalahan. Penggaris itu adalah alat pendisiplinan kecil dari keluarga Fan. Lalu alat disiplin apa yang besar milik keluarga Fan?     

Benda yang dikeluarkan Ruoruo itu adalah sebuah tongkat.     

Tongkat yang dililit dengan kawat berduri.     

Siapapun yang dipukul dengan tongkat itu pasti akan berdarah.     

Dari seluruh anggota keluarga Fan, hanya satu orang yang pernah menerima hukuman seperti itu. Orang itu adalah pengawal dari Count Sinan. Dia adalah orang yang bergantung pada keluarga Fan dan reputasi Fan Jian, namun dia telah melakukan sesuatu yang buruk di Kementerian Personalia. Fan Jian menggunakan stik berduri itu untuk memukulnya. Sekarang dia cacat dan tinggal di luar kota. Salah satu kakinya patah; penampilannya benar-benar menyedihkan.     

Ketika Fan Sizhe masih bersekolah, dia melihat apa yang terjadi pada pria itu. Sekarang dia terperanjat dan tidak dapat mengatakan sepatah kata pun saat melihat Fan Xian memegang tongkat itu.     

Fan Xian dengan dingin mengatakan kepada istrinya dan Ruoruo, "Ini merupakan tanggung jawabku dan kalian berdua."     

Wan'er mundur selangkah untuk berdiri di dekat Ruoruo.     

Fan Sizhe dapat melihat tongkat panjang berduri itu semakin dekat. Ketika ketakutannya sudah tidak terbendung lagi, dia bangkit berdiri, jari telunjuknya menunjuk Fan Xian dan berteriak, "Kakak ipar!! Kakak Ruoruo!! Jangan dengarkan dia! Fan Xian, jangan bertingkah sok suci seperti orang suci yang selalu benar. Apa yang salah dengan aku membuka rumah bordil. Apa yang salah dengan aku menjadi preman? Bukankah semua anak-anak di ibu kota juga melakukan hal yang sama? Mengapa kamu ingin memukulku? Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan. Aku telah terjebak ditengah-tengah konflikmu dengan Pangeran Kedua! Kamu marah karena reputasimu sekarang berada di ujung tanduk, dan kamu melampiaskannya kepadaku."     

Suara tangis Fan Sizhe semakin keras saat dia melanjutkan, "Jika kamu berani, mengapa kamu tidak sekalian membunuhku saja? Kakak macam apa kamu? Ketika aku menjalankan bisnis ini, bagaimana bisa aku tahu kalau kamu akan berseteru dengan Pangeran Kedua. Itu bukan urusanku; kamu tidak pernah menceritakannya kepadaku. Jika kamu punya nyali, pergi dan pukul Pangeran Ketiga!! Kau berani menindasku karena orang tua kita tidak mencintaiku. Bukankah kamu seorang komisaris? Pergi, tangkap pejabat-pejabat yang terlibat dan pukuli Pangeran Ketiga. Ayo, sana pergi! Pergi, pergi! "     

Wajahnya ditampar, tetapi tidak terlalu keras. Tamparan ini membuatnya berhenti berbicara, dan menyadari bahwa Fan Xian semakin mendekat ke arahnya.     

Fan Xian marah ketika mendengar adiknya berbicara omong kosong seperti itu. Ekspresinya tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia marah, tetapi keningnya tampak memucat. Dalam dua puluh tahun sejak kelahirannya, ini adalah momen yang paling menyedihkan yang pernah dia alami. Yang paling penting dari semua ini adalah bahwa Fan Sizhe adalah saudaranya. Dia tidak menduga bahwa Sizhe akan berbuat kesalahan seperti itu, dan dia tidak mengira bahwa Sizhe akan berteriak seperti itu di hadapannya.     

"Diam!" Teriak Fan Xian. "Jika kamu hanya ingin membuka bisnis, kamu tahu kalau aku pasti akan memperbolehkanmu. Tetapi, jika benar kamu tidak melakukan hal-hal buruk, mengapa ada orang yang datang dan mengancamku? Apakah kamu pikir aku bisa menerima semua ini? Hari ini, aku akan mendisiplinkanmu, seharusnya ini sudah kulakukan sejak dulu. Kemarahanku ini tidak ada hubungannya dengan Pangeran Kedua atau Pangeran Ketiga. Aku marah terhadapmu dan apa yang telah kamu lakukan."     

Fan Xian merasa sedih sekaligus marah. Dia mengatakan, "Meskipun kamu masih muda, kamu telah menjadi orang yang tidak berperasaan. Siapa yang tahu tentang masalah apa yang akan kamu timbulkan untuk ayahku? Aku punya harapan besar terhadap dirimu, dan aku tidak akan membiarkanmu berjalan di jalan yang salah, yang sedang kamu tempuh saat ini. "     

"Para pangeran tidak ada hubungannya; kamulah yang membuatku marah! Aku marah padamu dan aku membencimu! Mereka itu bukan saudara-saudaraku, sedangkan kamu adalah saudaraku." Dia menatap tajam ke arah Fan Sizhe, lalu dengan dingin melanjutkan, "Penyelidikanku menunjukkan bahwa kau tidak terlibat, sehingga kau masih bisa diselamatkan. Kau telah berjalan di jalan yang salah, dan aku akan menggunakan tongkat ini untuk memperbaiki haluanmu."     

Setelah Fan Xian mengatakan hal itu, tongkat di tangannya mulai berayun pelan.     

Di bawah hukum disiplin keluarga Fan, ayunan tongkat Fan Xian membuat celana Fan Sizhe menjadi compang-camping. Darah merembes keluar dari celah-celah celananya. Jeritan kesakitan bergema di seluruh sudut rumah. Para pelayan terkejut, termasuk Deng Ziyue dan Teng Zi Jing. Bahkan para tukang kebun merasa ketakutan, mereka merasa kasihan terhadap tuan kecil mereka.     

Teriakannya menggema sampai ke halaman, membuat orang-orang di sana merasa kasihan. Fan Sizhe awalnya berteriak, tetapi sekarang dia mulai menangis sambil menjerit minta tolong. Suaranya berangsur-angsur melemah, tetapi di tengah-tengah tangisannya, dia memanggil-manggil ibunya.     

"Sizhe akan dipukuli sampai mati!" Liu Shi berlutut di depan Fan Jian. Dia mencengkeram kaki suaminya dan mengatakan, "Bicaralah padanya! Buat dia berhenti! Ini semua sudah cukup. Bagaimana jika dia membunuhnya ?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.