Sukacita Hidup Ini

Belalang yang Menutupi Jalan



Belalang yang Menutupi Jalan

0Tiba-tiba terdengar suara peluit.     
0

Beberapa pria berpakaian hitam melompat turun dari atap-atap rumah dari kedua sisi jalan. Dengan cepat, mereka berlari ke kelompok preman muda itu dan menceraiberaikan mereka dari tengah. Unit Qinian telah dilatih sebagai mata-mata selama bertahun-tahun, tentu saja kemampuan mereka dalam menilai dan bereaksi terhadap suatu keadaan sangat fenomenal. Mereka menyerang kaki-kaki kuda lawan, membuat bocah-bocah berandalan itu terjatuh ke tanah.     

Akan tetapi, bocah-bocah itu tidak jatuh ke tanah seperti yang diharapkan Fan Xian dan para pengikutnya. Meski tidak sempurna, bocah-bocah itu dapat mendarat dengan selamat menggunakan kedua kaki mereka. Tampaknya putra-putra dari keluarga duke ini telah dilatih dengan baik.     

"Persetan dengan kalian! Serang mereka."     

Pemimpin kelompok berandalan itu berusia sekitar 14 tahun, tetapi dia memiliki alis yang tampak mulai beruban. Meskipun mereka kalah jumlah, mereka tidak takut. Anak-anak ini telah lama hidup di jalanan; tidak ada yang dapat membuat mereka takut. Mereka mencengkeram pedang mereka dan mengayunkannya dengan liar ke arah pria berpakaian hitam yang terdekat.     

Salah seorang agen yang menjadi sasaran mereka, tahu siapa bocah-bocah ini. Dia melihat penyerang terdekatnya mengayun-ayunkan pedang seperti orang gila, tanpa mempedulikan pertahanannya sendiri. Dada anak itu terekspos tanpa pertahanan, tetapi dia tidak menyerangnya dengan pedangnya. Lawannya itu masih anak-anak, dan gaya bertarungnya menunjukkan bahwa anak itu adalah petarung yang tidak takut mati. Dia memilih untuk menghindari serangan itu, namun tidak berhasil. Bahu kirinya tergores oleh pedang anak itu.     

Anak itu tertawa dengan sombong dan mengejeknya. "Orang-orang ini tahu siapa kita. Mereka tidak akan berani menyerang kita. Ayo, saudara-saudaraku, mari kita bunuh mereka semua!"     

Situasi mereka ini dapat digambarkan seperti sekelompok gajah yang dikepung oleh gerombolan semut, dimana semut-semut ini adalah para bocah itu. Tetapi karena Unit Qinian tahu bahwa sekumpulan anak-anak ini berasal dari keluarga bangsawan, mereka tidak berani menyerang balik. Alasan mengapa anak-anak ini selalu berbuat onar di jalanan adalah karena mereka tahu bahwa pemerintah tidak akan menghukum mereka, karena pemerintah menghormati jasa-jasa leluhur mereka terhadap Kerajaan Qing. Dan sekarang, mereka semua menyerang Unit Qinian seperti sekelompok orang gila. Setidaknya, mereka berharap untuk mengacaukan formasi dan ketenangan Unit Qinian.     

Yang dilakukan Unit Qinian hanyalah menjaga jarak, sambil sesekali menjatuhkan mereka. Dan meskipun mereka tidak bisa menyerang balik, pertarungan itu masih cukup sengit.     

Suara dari ayunan pedang memecahkan keheningan malam. Anak-anak itu membawa obor, agar dapat melihat lokasi musuh-musuhnya di tengah gelapnya malam. Di balik obor yang menyala itu, siapapun dapat melihat ekspresi wajah dari seorang anak yang telah ditelan nafsu membunuh.     

Fan Xian, yang masih berada di dalam kereta, sedang menonton adegan itu. Seiring berjalannya waktu, dia merasa bosan. Dia tahu bahwa para agen-agen dari Unit Qinian adalah pengawal terdekatnya dan meskipun mereka tidak sekuat Gao Da atau Pengawal Macan lainnya, dia percaya bahwa mereka mampu menghadapi anak-anak ini dengan mudah. Hanya saja, karena selama ini mereka merupakan anggota Dewan Pengawas, mereka tidak berani melukai anak-anak bangsawan yang dikenal sebagai "Rangers" ini.     

Namun, Fan Xian juga tahu bahwa anak buahnya tidak ingin menimbulkan masalah bagi dirinya, karena Fan Xian akan menghadapi masalah besar jika mereka membunuh anak-anak ini. Unit Qinian memilih untuk mempertaruhkan nyawa mereka untuk tidak membunuh anak-anak ini. Namun, hal ini masih tetap membuat amarah Fan Xian meluap, saat melihat anak buahnya sendiri harus bertarung seperti pengecut saat menghadapi teri-teri sombong itu yang tiap detiknya tambah angkuh. Dalam benaknya, dia membandingkan situasi ini dengan momen-momen yang mengagetkan dalam sebuah pertandingan sepak bola di kehidupan masa lalunya, yaitu ketika AC Milan dibuat sakit hati dengan gol ajaib Liverpool pada enam menit sebelum pertandingan berakhir.     

"Omong kosong!" Fan Xian berteriak dengan kesal saat dia keluar dari keretanya. Dia berteriak dengan menggunakan zhenqi-nya, dimana itu membuat teriakannya terdengar menggelegar di sepanjang jalan.     

Pertarungan yang tidak adil itu akhirnya terhenti. Unit Qinian menggunakan kesempatan ini untuk mundur kembali ke dekat kereta. Dua dari mereka tampak terluka berat, darah mereka tampak mengalir keluar dari luka-luka goresan pedang. Karena Unit Qinian tidak dapat melakukan serangan balik, anak-anak itu sengaja menyasar titik lemah mereka.     

Dengan tanpa ekspresi, Fan Xian menatap anak buahnya dan mengatakan, "Kalian tidak semenyedihkan ini saat bertempur di Kerajaan Qi Utara"     

Mendengar ini, anak buah Fan Xian merasa malu dan menunduk ke bawah. Dalam hati mereka, mereka merasa bahwa pertarungan ini tidak adil. Preman-preman kecil itu lebih lemah dari mereka baik fisik maupun kemampuan, namun preman-preman itu merasa bangga karena bisa mengalahkan mereka yang tidak bisa melawan balik. Bagaimanapun juga, mereka tidak dapat membunuh cucu-cucu dari keluarga bangsawan terlebih lagi mereka adalah keturunan duke.     

Deng Ziyue keluar dari kereta. Wajahnya tegang, seolah-olah terbuat dari batu. Dia melihat anak-anak berandalan itu berjalan mendekat, sambil tertawa dengan membawa pedang yang berlumuran darah; tatapan mata mereka menunjukkan ekspresi dari para tukang daging yang bersiap memenggal kepala ayam.     

"Tuan, identitas anak-anak ini adalah ... Jangan khawatir, kita bisa menyelesaikan ini." Deng Ziyue mendapati ekspresi wajah Fan Xian semakin memburuk setelah mendengar kalimatnya yang terakhir.     

Fan Xian sangat marah sampai-sampai hampir menjadi gila. Ditengah-tengah kemarahannya ini, dia mulai tertawa. "Identitas apa? Yang aku tahu mereka ini hanyalah sekelompok pencuri. Dan sekarang, mereka telah melukai orang-orang kita. Jika ada yang mendengar ini, mereka pasti akan menganggap hal ini konyol."     

"Hei, kamu dan kamu - apa yang sedang kalian bicarakan?" Ketua dari kelompok berandalan itu telah sampai di dekat kereta. Tatapan matanya yang haus akan darah kini terlihat jelas. Dia berseru kepada Fan Xian dan Deng Ziyue, "Serahkan wanita yang ada di dalam kereta itu, dan suruh semua anak buahmu yang tidak berguna itu untuk memotong salah satu tangan mereka, baru kami akan membiarkanmu pergi."     

Fan Xian menatap anak itu sebentar, lalu memalingkan mukanya.     

Sambil tersenyum, bocah itu mengatakan, "Hei, bocah cantik! Ya, kamu! Aku sedang berbicara denganmu. Serahkan wanita itu. Beraninya kamu mengganggu Rumah Bordil Baoyue. Nyari mati? Atau mungkin kamu ingin menjadi korban terbaruku dari metode penyiksaan yang baru kami temukan? Kami menyebutnya 'dipukuli dengan tongkat'! "     

Setiap kata dan nada bicaranya penuh dengan penghinaan, dan itu membuat Fan Xian merasa jijik. Hiruk-pikuk tawa muncul dari kerumunan yang berada di belakang bocah itu.     

Namun, Fan Xian mengabaikan semua kata-kata bocah itu. Sambil tersenyum, Fan Xian berkata kepada anak buahnya, "Selama mereka adalah musuh kita, kita harus bertarung dengan sebaik dan sekejam mungkin. Tidak masalah dari mana mereka berasal; sudahkah kalian mempelajari prinsip ini? Apakah karena kalian akhir-akhir ini selalu mengikutiku, menjalani hari-hari yang tenang dan membosankan, sampai-sampai kalian lupa dengan ajaran Chen Pingping? "     

Bocah itu menjadi marah saat dia melihat Fan Xian mencuekan dirinya. Dalam kemarahannya, dia menghiraukan permintaan Rumah Bordir Baoyue, dan berlari ke arah Fan Xian dengan pecut kuda di tangannya.     

Pada titik ini, jarak yang memisahkan Fan Xian dan bocah itu cukup dekat, tetapi panjang cambuk kudanya tidak seberapa. Cambuknya tidak mungkin dapat mengenai kepala Fan Xian, ini menunjukkan bahwa dia hanya mencoba untuk menggertak.     

Mata Fan Xian dapat melihat ujung cambuk yang mengarah ke dirinya itu, dan hanya dalam waktu sepersekian detik, dia mengangkat tangan kirinya.     

Tiba-tiba terdengar teriakan kesakitan yang memecahkan keheningan malam.     

Cambuk kuda milik anak itu terjatuh ke tanah. Bocah itu memegangi pergelangan tangannya sambil menjerit kesakitan. Entah dari mana, sebuah anak panah hitam telah ditembakan dan menembus tangan bocah itu.     

Darah menyembur keluar dari lubang di tangan bocah itu. Anak-anak yang berada di belakangnya terkejut saat menyadari bahwa situasi telah berbalik. Mereka berpikir, "Sial! Mereka telah menembakkan panah ke kita. Apakah orang itu tidak tahu siapa kita?"     

Setiap hari, anak-anak ini selalu berbuat onar di ibu kota; mereka bahkan pernah membunuh orang. Mereka tidak memiliki rasa hormat terhadap nyawa sekalipun. Seolah-olah mereka ini terlahir tanpa memiliki jiwa. Tetapi, ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang berani melawan mereka balik, bahkan dengan menggunakan senjata yang mematikan. Mereka tidak hanya dibuat terkejut, tetapi juga dibuat marah.     

Saat ini terjadi, semua orang melihat ke arah Fan Xian. Tatapan mata Fan Xian tampak tidak wajar, seolah-olah jiwa manusianya telah lenyap.     

"Tuan!" Deng Ziyue juga terkejut. Deng Ziyue takut jika Fan Xian semakin marah dan membunuh semua anak-anak bangsawan itu. Jika sesuatu hal itu terjadi, Fan Xian akan mendapatkan konsekuensi yang sangat berat. Bahkan sang Kaisar yang menyayanginya tidak akan dapat membantunya lagi.     

Fan Xian perlahan-lahan menurunkan tangan kirinya, dan melepaskan pelatuk di di tangan kanannya. Dia mengamati sekelompok anak-anak itu, dan menghiraukan kata-kata Deng Ziyue. Saat memperhatikan anak-anak itu, dia menyadari betapa mudanya mereka. Bahkan ada yang masih berusia 10 tahun, namun sudah memiliki ekspresi wajah yang galak dan haus akan kekerasan.     

Wajar jika Unit Qinian mengalah. Fan Xian menarik napas dalam-dalam sambil berusaha meredakan amarahnya. Kemudian, dia menatap anak-anak bangsawan yang ada di depannya dan mengatakan, "Siapa pun yang menghalangi jalan kami akan mati. Jadi, katakan padaku, siapa yang mau menjadi belalang yang menghalangi jalan ini?" [1][1]     

Anak panah hitamnya yang mengerikan itu hanya dapat membuat mereka takut untuk sementara waktu. Beberapa saat kemudian, ekspresi anak-anak itu berubah dari ketakutan menjadi kejam sekali lagi. Dan bocah yang telah ditembak Fan Xian sekarang menangis dan memanggil teman-temannya, "Apa yang kalian tunggu? Bunuh mereka semua dan kubur mayat mereka di Pegunungan Cang!"     

"Apakah kamu pernah membunuh seseorang?" Fan Xian menatapnya dengan ekspresi penasaran.     

Mendengar ini, bocah itu berseru. "Kotoran anjing seperti dirimu? Aku membunuh orang sepertimu setidaknya satu dalam sehari!"     

Selama dialog yang singkat ini, anak-anak yang lainnya maju menyerbu dengan berani. Fan Xian memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyingkirkan pedang-pedang di tangan mereka.     

Di tengah-tengah keriuhan ini, Fan Xian mengangkat tangan kanannya dengan sangat cepat. Seorang anak menerjang ke arahnya dengan membawa pedang, tetapi sebelum pedang itu mengenainya, dia meraih pergelangan tangan anak itu. Suara tulang yang patah menusuk telinga semua orang, dan anak itu terjatuh ke lantai, menggeliat kesakitan sambil memegangi tangannya yang patah.     

Fan Xian berbalik dan melemparkan dirinya ke anak yang lain. Dia berlutut, meraih tangan lawannya dan menariknya kebawah dengan hentakan yang keras. Kratak! Satu lagi tangan yang patah.     

Segera setelah itu, Fan Xian melompat dan melakukan tendangan berputar ke pergelangan tangan anak lainnya yang datang menerjang dirinya. Serangannya ini menyebabkan darah menyembur keluar dari mulut anak itu. Serangan semacam itu tidak diragukan lagi akan membuat lawannya baru dapat pulih setelah beberapa bulan berbaring di rumah.     

Fan Xian melangkah maju dan mengangkat tangannya dengan sangat cepat, menyerang leher si penyerang yang lainnya. Berbeda dengan anak yang lainnya, anak ini tidak berteriak. Dia hanya tergeletak di tanah.     

Seperti halnya hantu, Fan Xian terus maju kedepan sambil mengalahkan anak-anak yang menerjang ke arahnya. Setiap kali dia mengangkat tangannya, seorang anak akan jatuh ke tanah. Satu-satunya suara yang dapat terdengar pada saat ini adalah suara jeritan dan suara tulang yang patah.     

Raungan perang anak-anak itu telah mereda. Suasana berat dan mengerikan menyelimuti area itu seperti kabut yang menyesakkan. Jumlah tubuh yang terjatuh ke tanah terus meningkat, tubuh-tubuh mereka membentuk pola fraktal. Beberapa anak lainnya telah memutuskan untuk kabur dari tempat kejadian.     

Bong. Bong. Bong. Bong.     

Kedengarannya seperti suara gong, tetapi di dunia ini, tidak ada raja neraka yang memukul gongnya sendiri. Dalam benak mereka, anak-anak itu berpikir bahwa suara tulang-tulang mereka yang patah terdengar seperti suara dari malaikat maut yang sedang memanen jiwa-jiwa manusia, dengan cara memukul permukaan gong.     

Unit Qinian, termasuk Deng Ziyue, menyaksikan apa yang terjadi dengan mulut ternganga. Mereka sangat mengagumi Fan Xian.     

Meskipun mereka sebenarnya bisa mengalahkan anak-anak itu, tidak ada satupun dari mereka yang dapat melakukannya dengan cara Fan Xian. Fan Xian mengalahkan anak-anak itu dengan gerakan yang cepat dan bersih, dengan akurasi yang sempurna dan kecepatan tanpa batas. Meskipun Fan Xian telah melukai anak-anak itu, dia tetap memastikan bahwa tidak ada satupun anak yang mati.     

Shi Chanli menutupi matanya karena tidak ingin melihat pemandangan seperti itu. Sedangkan, Sang Wen menggertakkan giginya dengan tegang saat matanya terpaku menyaksikan Fan Xian mengalahkan musuh-musuhnya satu per satu. Dia tahu betul tentang perbuatan yang telah dilakukan anak-anak ini di masa lalu, dan tentang betapa bahayanya mereka bagi warga setempat, oleh karena itu dia tampak sangat gembira saat melihat mereka dihajar habis-habisan oleh Fan Xian.     

Dengan napas yang tertahan, Unit Qinian merasa seolah-olah kejadian ini telah berlangsung dalam waktu yang lama, padahal, kenyataannya semua itu hanya berlangsung dalam beberapa detik. Selain dari mereka yang melarikan diri, yang tersisa di sana adalah mereka yang terluka sambil menggeliat-geliat kesakitan di tanah. Setelah beberapa saat berlalu, suara tangisan dari anak-anak itu mulai terdengar.     

Fan Xian merasa puas saat melihat anak-anak ini, berdarah dan memegangi kaki atau tangan mereka yang patah. Dan saat dia memikirkan pencapaiannya ini, dia dengan lembut menggosok-gosok pergelangan tangannya. Saat masih kecil, Fan Xian belajar tentang struktur tubuh manusia dari Guru Fei; dan sepertinya dia belum melupakannya.     

Fan Xian lalu menatap Deng Ziyue dengan tatapan serius. "Lain kali, jangan buat aku turun tangan. Ini sangat memalukan bagiku."     

Fan Xian mendekati ketua dari anak-anak itu, anak yang pertama kali jatuh ke tanah. Dia dengan lembut tersenyum dan berkata kepadanya, "Dari keluarga manakah kamu?"     

Anak ini gila. Dengan anak panah yang masih menancap di tangannya, dia menatap mata Fan Xian tanpa berkedip. Dia kemudian dengan marah mengatakan, "Bunuh aku, jika kau berani! Jika tidak, kamu bisa menunggu seluruh keluargamu dieksekusi."     

Fan Xian terus tersenyum saat dia mengoyang-goyangkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri di hadapan anak itu dan mengatakan, "Pertama, aku tidak akan membunuhmu. Kedua, kamu tidak punya hak untuk menuntut agar orang lain dieksekusi. Itu adalah hak khusus yang hanya dimiliki oleh sang Kaisar seorang. Jika kamu mengatakan hal ini lagi, mungkin keluargamu lah yang akan dieksekusi. "     

Fan Xian tidak lagi tertarik untuk melanjutkan percakapan dengan anak itu, jadi dia memberi isyarat kepada pengemudi kereta kuda untuk melanjutkan perjalanan mereka.     

Pada saat ini, dari jauh, para pelayan dari anak-anak itu, tertegun dengan obor di tangan mereka. Perlahan-lahan, dan dengan ragu-ragu, mereka berjalan mendekati majikan mereka. Setelah menyaksikan adegan itu, mereka tidak akan berani menghadang kereta Fan Xian lagi - mereka hanya ingin menemukan tuan muda mereka di tengah-tengah anak-anak yang terluka lainnya. Tetapi ketika kereta Fan Xian melewati mereka, mereka menatap kereta itu dengan tatapan fokus seperti anjing pelacak.     

Saat ini, Fan Xian dan orang-orangnya telah kembali ke dalam kereta. Unit Qinian dan dua anggota mereka yang terluka menghilang ke dalam kegelapan malam. Di dalam kereta, Fan Xian memejamkan matanya, seolah-olah tidak ada terjadi. Saat melihat hal ini, mereka yang lain tidak berani mengatakan sepatah kata pun.     

Tiba-tiba, Fan Xian membuka matanya dan mengatakan, "Insiden yang barusan tadi itu aneh. Bagaimana caranya Rumah Bordir Baoyue memanggil preman-preman cilik yang haus akan darah seperti itu?     

Deng Ziyue bertanya, "Anda telah menyerang cucu-cucu dari para duke; tidakkah anda perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi konsekuensinya? Aku tidak yakin bahwa identitas Anda dapat tetap terjaga."     

Fan Xian menatapnya dan menjawab, "Bah. Mereka hanyalah sekelompok petarung yang tidak bisa apa-apa. Siapa yang peduli? Apa yang membuatku kepikiran adalah dalang yang berada di balik serangan ini."     

Deng Ziyue dengan suara yang kecil bertanya, "Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"     

Fan Xian tertawa dan menjawab, "Besok ... kamu akan pergi ke Rumah Bordil Baoyue dan mengambil kembali 10.000 tael yang telah kita berikan kepada mereka."     

[1] Anekdot dari Zhuangzi, sebuah teks Tiongkok kuno dari periode perang besar. Di dalam tulisan itu, tertulis, seekor belalang berusaha untuk menghalangi kereta yang bergerak maju, tanpa menyadari bahwa dirinya tidak cukup kuat untuk melakukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.