Sukacita Hidup Ini

Ketidakwajaran di Rumah Bagian Belakang



Ketidakwajaran di Rumah Bagian Belakang

0Fan Xian mengepalkan tangannya dan meletakkan tangannya di depan mulut untuk menutupi batuknya. Dia berjalan dan mendorong pintu kamarnya, kali ini tidak terkunci. Dia mengerti apa yang telah terjadi. Karena dia dan istrinya akan bertengkar, tidak ada gunanya menutup pintu masuk arena pertengkaran mereka. Bahkan, batuk Fan Xian merupakan isyarat kepada istrinya bahwa dia telah tiba, dan ada beberapa hal yang perlu dibicarakan di kamar.     
0

Dunia tempat mereka hidup ini adalah dunia dimana para pria dihormati. Lin Wan'er memiliki latar belakang yang lebih mulia daripada Fan Xian, tetapi karena dia telah menikah dengan keluarga Fan, dia tidak dapat menyuarakan ketidakpuasannya secara langsung. Pertemuan mereka sebagai pasangan suami istri tidak seperti pertemuan keluarga bangsawan pada umumnya. Meskipun Fan Xian tidak dapat mengendalikan hormon prianya, tetapi dalam masalah psikologi, Fan Xian sangat menghormati kaum wanita.     

Pada akhirnya, semua itu adalah kesalahan Fan Xian. Adiknya telah berencana untuk melarikan diri dari rumah, dan istrinya sedang cemburu. Dia tidak mampu mengatasi hal ini sendirian, bahkan dia bisa-bisa malah memperburuk keadaan.     

"Tuan." Gadis pelayan Sisi menutupi mulutnya untuk menyembunyikan senyumnya saat dia menyapa Tuannya. Dia melepas jubah luar Fan Xian dan memberikan sehelai handuk kepadanya. Fan Xian melambaikan tangan, mengisyaratkan bahwa dia sudah menyeka dirinya sendiri. Saat melihat senyum jahat di wajah pelayan muda itu, dia hanya bisa menghela napas pada dirinya sendiri. Tentu saja, tidak hanya Ruoruo dan Wan'er yang tersenyum jahat. Bahkan gadis pelayan yang tumbuh besar bersama dirinya, yang pernah dia cintai terlepas dari latar belakang mereka yang berbeda, sekarang sedang mengejek kegagahannya saat melihat adegan drama rumah tangga Tuan dan Nyonya-nya.     

Lin Wan'er sedang berbaring di tempat tidur, dengan tubuh yang tertutupi selimut dari dada ke bawah. Rambutnya yang hitam terurai di pundaknya, dan dia terlihat seperti baru bangun tidur. Matanya yang besar melihat ke sekeliling ruangan, lalu menatap suaminya yang baru pulang dengan tatapan penasaran dan bahagia, Wan'er menyambutnya tanpa tanda-tanda akan marah, tidak seperti yang diperkirakan Fan Xian. Istrinya lalu mendongakkan hidungnya yang lembut dan berkata. "Tuanku, aku tidak keluar untuk menyambutmu. Tolong jangan tersinggung."     

Fan Xian melihat gigi Wan'er, yang putih bagaikan butiran nasi dan halus seperti porselen. Dia tersenyum dan duduk di samping tempat tidurnya. Fan Xian tidak menjelaskan apa pun, tidak menyembunyikan apa pun, dan tidak mengatakan apa pun. Dia meletakkan tangannya di bawah selimut, meraih tangan istrinya yang lumayan dingin dan meremasnya. Selama berbulan-bulan terpisah, Fan Xian telah merindukan sentuhan tangan istrinya yang lembut.     

Pada saat itu, Sisi masih berada di dalam ruangan, membuat Lin Wan'er merasa sedikit malu. Saat melirik ke samping, Fan Xian dapat melihat bahwa Sisi sedang berpura-pura merapikan kotak obat di atas meja, namun matanya masih melihat ke arah mereka berdua. Fan Xian tidak bisa menahan senyumnya saat memarahinya. "Wanita ini benar-benar telah memanjakanmu, bukan? Dan dia tidak takut dengan jarum. Bisakah kau segera keluar?"     

Sisi tertawa, membungkuk kepada Tuan dan nNyonyanya, lalu keluar dari kamar dan menutup pintu yang ada di belakangnya. Secara kebetulan, dia bertemu dengan Siqi, yang sedang membawa nampan makanan dari rumah bagian depan untuk disajikan kepada Wan'er. Sisi bergegas menghalangi dia untuk masuk. Siqi adalah seorang pelayan perempuan Wan'er yang ikut tinggal di kediaman Fan semenjak Nyonya-nya menikah. Jabatannya sama dengan Sisi, dan mereka berdua memiliki hubungan yang baik. Saat melihat Sisi menghalangi jalannya, dia langsung mengerti apa yang Tuan dan Nyonya-nya lakukan, membuatnya tersenyum masam. Kemudian dia melihat makanan yang sedang dia pegang. "Tuan muda baru saja pulang, pasti dia ingin makan sesuatu."     

Sisi tertawa. "Semua itu hanyalah makanan ringan, yang hanya dapat menunda rasa lapar. Bukankah mereka sudah membuat makan malam di rumah bagian depan? Lagipula ... Tuan muda memiliki sesuatu yang lain untuk dimakan."     

Siqi menganggap ucapan rekannya itu terlalu mesum, terutama karena melibatkan nyonya-nya. Hal itu bukanlah lelucon yang pantas untuk keluar dari mulut seorang pelayan. Dia memelototi Sisi, berdeham, dan meletakkan nampan makanannya di tepi koridor.     

Sisi tertegun untuk sesaat, sebelum akhirnya sadar bahwa ucapannya tidak pantas. Dia menjulurkan lidah, dan pergi mengikuti Siqi. Beberapa saat kemudian, muncul suara tawa yang memecah keheningan dari ruangan samping. Kedua gadis pelayan itu rupanya telah berdamai.     

Di atas tempat tidur yang luas, di bawah selimut yang lebar, Fan Xian menjulurkan tangannya dan membuka ikat rambut di atas kepalanya. Selama di rumah, Fan Xian lebih suka menggunakannya di belakang kepalanya agar lebih bebas. Karena mulutnya terasa agak kering, dia memutuskan untuk menyesap secangkir teh dari meja samping tempat tidur. Dia berpikir sejenak, lalu mendekatkan cangkir itu ke bibir Wan'er, untuk memberinya minum.     

Wan'er meliriknya dengan lembut. Pipinya memerah saat dia menyesap teh. Dia kini telah terbangun sepenuhnya dari linglungnya, kemudian dengan malu-malu dan marah menggigit lengan kiri suaminya. "Apa yang membuatmu tidak sabar? Sudah hampir malam dan kamu membiarkan para pelayan menebak apa yang akan kamu lakukan. Bisa-bisanya kau melakukan hal seperti itu!?"     

Fan Xian terkekeh dan berbalik untuk memeluk istrinya. Jemari tangannya menelusuri lengan atas istrinya yang lembut, dan dia merasa senang. " Lama tidak bertemu membuat hati ini semakin cinta, kita telah terpisah begitu lama. Siapa yang akan mengecam kita dengan sedikit menunjukan kemesraan kita?" Dia melihat sekeliling dan terus menggoda istrinya. "Selain itu, jika aku bersikap tidak sabar, kamu mungkin akan mulai curiga tentang apa yang telah kulakukan di luar sana."     

Saat mendengar ini, Lin Wan'er ingat bahwa hari ini dia berniat untuk berdebat dengan suaminya. Bagaimana bisa dirinya membiarkan masalah ini berlalu begitu saja? Fan Xian seakan-akan telah memperdayanya, membuatnya terhipnotis, sampai-sampai Wan'er menjadi lupa dengan apa yang hendak dia katakan kepada suaminya. Mungkin Fan Xian memiliki semacam kekuatan yang dapat memikat dirinya. Ketika dia memikirkannya, dia tersipu malu. Dia memukul Fan Xian dengan pelan. "Jangan pikir kamu bisa membuatku lupa. Aku tadinya mau bertanya padamu, apa arti syair itu?"     

Fan Xian membasahi bibirnya yang kering. Wajahnya yang elegan sangat cocok dengan ekspresinya saat ini; sama sekali tidak terlihat mesum. Justru, ada semacam aura jahat yang terpancar dari dirinya. Dia adalah pria yang selalu aktif dalam hal-hal tentang hubungan suami istri. Dia tidak peduli dengan apa yang sedang dipikirkan Wan'er. Dia beranggapan bahwa mereka dapat bersenggama dulu, dan bicara nanti. Setelah melakukan hubungan intim, wanita biasanya akan selalu menempel dengan suami mereka, rasa sakit di hati mereka akan mereda untuk sementara waktu. Tetapi Fan Xian tahu bahwa masalah ini pada akhirnya akan muncul ke permukaan, jadi dia mengambil inisiatif untuk membahasnya. "Bisa-bisanya kamu tidak membiarkanku masuk? Aku ingin memukul pantatmu karenanya!"     

Lin Wan'er bersandar di dada Fan Xian. "Pukul aku kalau mau. Lagipula kamu selalu menjahati aku."     

"Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu?" kata Fan Xian sambil tertawa. "Apakah kamu marah padaku karena aku tidak membawakanmu sayap ayam dalam perjalanan kembali dari Qi Utara?"     

Lin Wan'er bangkit, lalu setengah meringkuk di tempat tidur. Dia membuka pakaiannya dan memperlihatkan bahunya. Dia menatap Fan Xian, dan setelah terdiam sejenak, dia berbicara. "Tadi aku benar-benar merasa kesal."     

Bahkan jika para wanita di dunia ini cemburu, tidak ada di antara mereka yang berani mengutarakan hal itu seperti Lin Wan'er. Fan Xian kebingungan, dia tidak tahu harus bagaimana harus menanggapi pernyataan istrinya. Dia hanya bisa memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Apa yang membuatmu minum cuka? Syair itu hanyalah sesuatu yang aku tulis, bukan seperti yang kau kira." [1][1]     

"Apa maksudmu 'minum cuka'?" Lin Wan'er tidak mengerti apa yang dia maksud.     

Fan Xian baru ingat bahwa dunia ini tidak memiliki kisah tentang Lady Fang yang meminum cuka dalam upaya bunuh dirinya demi menunjukkan kesungguhannya. Dia tertawa dan menceritakan kisah itu kepada Wan'er, tetapi dia berbohong bahwa itu adalah tulisan seorang penulis yang pernah dia baca sejak dulu.     

Setelah Lin Wan'er mendengar kisah itu, dia menghela napas saat memikirkan tekad Lady Fang yang begitu kuat. Tetapi dia juga merasa bahwa kisah itu adalah kisah yang dibuat-buat oleh suaminya, atau mungkin Fan Xian menulisnya agar bisa diceritakan kepadanya; dia mulai merasa marah. "Aku bukan tipe orang pemarah yang ingin mengendalikanmu sepenuhnya. Sisi dan Siqi selalu ingin masuk ke sini. Kamu tidak perlu menceritakan kisah-kisah seperti itu padaku."     

Fan Xian tahu bahwa istrinya sedang salah paham. Dia tertawa. "Jika kamu tidak ingin mengendalikan aku, maka caramu salah." Lin Wan'er, bagaimanapun juga, tumbuh besar di dalam istana, dia tidak terlalu mengerti dengan ungkapan kasih sayang yang tersembunyi di dalam kata-kata suaminya. "Jika kamu tidak cemburu, mengapa kamu tidak membiarkan aku masuk tadi?"     

Lin Wan'er masih setengah berlutut di tempat tidur. Dia menggembungkan pipinya dan terdiam sesaat sebelum berbicara. "Apakah kamu tidak tahu bahwa syair itu sudah menyebar ke seluruh negeri? Semua orang di ibu kota tahu itu. Sang Penyair Abadi pernah bilang bahwa dirinya tidak akan pernah menulis lagi, kemudian dia pergi ke Qi Utara dan membatalkan sumpahnya hanya untuk seorang wanita."     

"Itu hanya satu syair. Jika kamu ingin mendengarnya, maka aku akan menuliskan satu syair untukmu setiap hari," Fan Xian berseri-seri.     

"Hanya satu syair?" kata Lin Wan'er pelan. "Aku dengar selama kamu di Shangjing, kamu berjalan-jalan dengan wanita bernama Haitang setiap hari, duduk dan minum bersamanya, berkeliaran di jalan-jalan pada malam hujan. Semua ini sudah bukan rahasia lagi."     

Fan Xian merasa sedih. Dia tahu bahwa Kaisar Qi Utara pasti telah menyebarkan berita ini, hingga sampai pada telinga Wan'er dan membuatnya resah. Fan Xian sedang bersiap untuk menjelaskan ketika tiba-tiba istrinya memotongnya."Katakan, suamiku ... seperti apa wanita yang bernama Haitang ini?"     

Fan Xian terkejut. Tentu saja, dia tidak bisa memuji Haitang yang dikaguminya itu. Tetapi entah mengapa, dia juga tidak ingin membohongi istrinya dan berkata bahwa Haitang tidak memiliki satu pun daya tarik sebagai wanita - meskipun setiap pria akan berbohong kepada istrinya di atas tempat tidur mereka tanpa rasa malu. Fan Xian berpikir sejenak sebelum berbicara. "Haitang adalah murid terakhir Ku He, Guru Agung Qi Utara. Wanita itu adalah favorit Kaisar Qi Utara dan memiliki kedudukan yang tinggi di dalam istana. Karena delegasi diplomatik kali ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan untuk Kerajaan Qing, maka wajar jika aku sebagai kepala duta harus menjalin persahabatan dengan orang seperti itu. "     

Lin Wan'er menggelengkan kepalanya dan menghela napas. "Haitang tidak punya reputasi seperti itu di selatan, tetapi sekarang semua orang tahu tentang kedudukannya di utara. Wanita ini ... apakah statusnya memungkinkannya untuk menjadi seorang selir?"     

Fan Xian kaget. Pertanyaan ini benar-benar diluar ekspetasi. Lin Wan'er menghela napas. "Aku berasumsi bahwa wanita seperti itu pastinya memiliki selera yang tinggi. Jika kamu bukan pria seperti sekarang, maka dia tidak akan peduli denganmu. Tapi status Haitang membuat dirinya sulit untuk mengatur hal-hal di masa depan. Aku marah kepadamu karena kamu tidak pernah memikirkan konsekuensi dari tindakanmu, dan kamu selalu membuat masalah. "     

Fan Xian tertawa. "Aku benar-benar tidak ingin menjadikannya selirku. Konsekuensi apa? Wan'er jangan bicara yang tidak-tidak."     

Lin Wan'er terkejut. Entah mengapa, dia mulai merasakan semacam simpati terhadap Haitang. "Jadi kamu berencana untuk bersenang-senang dengannya lalu meninggalkannya?" dia memarahi Fan Xian.     

Fan Xian melambaikan tangan dengan acuh tak acuh saat dia menahan tawanya. "Tidak ada yang bersenang-senang ataupun ditinggalkan!"     

Lin Wan'er menatapnya dengan curiga. "Benarkah?" dia bertanya. "Lalu mengapa kamu menulis puisi untuk menggoda dia?"     

"Menggoda?" Fan Xian tercengang. Dia berpikir sejenak, lalu memberitahu istrinya tentang segala sesuatu yang telah diatur oleh dirinya sebelum meninggalkan ibu kota, dan semua kejadian di Shangjing. Lalu Fan Xian menggelengkan kepalanya. "Haitang adalah petarung yang handal. Selain keempat Guru Agung, dia mungkin adalah salah satu dari orang-orang yang terkuat di dunia. Karena sudah dipastikan bahwa aku akan bertemu dengannya, wajar jika aku menyiapkan senjata-senjataku. "     

Lin Wan'er mengerutkan kening. "Apakah kamu berkata yang sebenarnya padaku?"     

"Ya," jawab Fan Xian sambil tertawa. "Ketika dua negara sedang dalam konflik, maka perang psikologis adalah yang terpenting." Fan Xian mengutip Ma Su, seorang jenderal di periode Tiga Kerajaan di bawah Zhuge Liang.[2][2]     

Beberapa waktu berlalu. Lalu Lin Wan'er akhirnya menghela napas. "Sayangku ... kamu memang benar-benar tidak tahu malu."     

Setelah selesai berurusan dengan satu masalah rumah tangga, Fan Xian berpikir sejenak, kemudian bercerita kepada istrinya tentang pertikaiannya dengan Pangeran Tertua tentang siapa yang akan memasuki kota terlebih dahulu. Dia tahu bahwa Wan'er telah tumbuh besar di istana, dan lebih berhak untuk mengemukakan pendapat terhadap masalah ini daripada dirinya. Setelah mereka menikah, Fan Xian perlahan-lahan mulai mendiskusikan rencananya dengan istrinya.     

Ketika Wan'er mendengar Fan Xian menceritakan pertikaian itu, dia mengerutkan kening. Dia sampai pada kesimpulan yang sama dengan Yan Bingyun - bahwa Fan Xian tidak seharusnya menyinggung Pangeran Tertua, dan telah melakukan hal-hal yang tidak perlu. Fan Xian tidak bisa menjelaskan kekhawatiran tersembunyinya kepada istrinya. Yang bisa dia lakukan hanyalah tertawa lembut. "Wan'er, kamu tidak perlu tahu alasanku melakukan semua itu. Katakan padaku, apakah menurutmu ini akan membuat istana percaya bahwa sang Pangeran Tertua dan aku akan saling bermusuhan?"     

Lin Wan'er menatapnya dan tersenyum. "Sulit untuk dikatakan."     

Fan Xian agak terpana. "Mengapa?"     

Lin Wan'er menghela napas sekali lagi. "Ada sesuatu yang selama ini kamu lakukan salah. Di mata birokrasi dan penduduk, Dewan Pengawas adalah organisasi bayangan yang menyeramkan. Semua pejabat dari Keenam Kementerian diam-diam telah mengutukmu dari belakang, tapi itu tidak berarti bahwa semua orang membenci Dewan ... Seperti halnya militer, atau Biro Militer, atau pasukan barat. Mereka semua memiliki hubungan yang baik dengan Dewan Pengawas. "     

Fan Xian langsung mengerti apa yang Wan'er maksud. Agar prajurit dapat berperang, aspek intelijen dan logistik adalah yang terpenting, dan Dewan Pengawas memiliki jaringan mata-mata yang terbentang di seluruh penjuru daratan. Mereka sepenuhnya memberikan dukungan untuk militer, memungkinkan para prajurit untuk meminimalkan korban, dan karenanya wajar jika badan kemiliteran menyukai Dewan Pengawas. Fan Xian mengerutkan kening."Ada benarnya juga, akan tetapi sang Pangeran Tertua ingin kembali ke ibu kota untuk memamerkan kekuatan militernya. Opini dari badan kemiliteran tidak akan dia dengarkan."     

Lin Wan'er tidak mengerti mengapa Fan Xian ingin agar istana percaya bahwa Fan Xian memiliki hubungan tidak baik dengan ketiga pangeran pada saat yang bersamaan. Wan'er menghela napas. "Ada satu hal lagi. Mungkin kamu sudah lupa; dari ketiga pangeran, yang paling dekat denganku ... adalah Pangeran Tertua. Bahkan jika itu hanya demi diriku, dia tidak akan dapat menyimpan dendam terhadapmu."     

Fan Xian tertawa getir. Fan Xian tahu bahwa ketika Wan'er masih muda, dia telah menghabiskan sebagian besar waktunya di istana bersama dengan selir Ning yang Bertalenta, sehingga wajar jika dia sangat dekat dengan sang Pangeran Tertua dibandingkan pangeran yang lain. Tetapi ketika Fan Xian memikirkan ini, secara sengaja maupun tidak sengaja, dia mengabaikan hubungan mereka.     

Atau mungkin, jauh di lubuk hatinya, Fan Xian tidak ingin mengasosiasikan istrinya dengan Pangeran Tertua.     

Lin Wan'er tahu bahwa Fan Xian sedang mengkhawatirkan sesuatu. "Aku rasa kamu terlalu khawatir, sayangku. Aku tahu kamu mengkhawatirkan kesehatan Yang Mulia, tetapi dia masih mempunyai umur yang panjang."     

Fan Xian menghela napas dan memeluk erat Wan'er ke dadanya. "Seseorang yang tidak memikirkan masalah ke depan, akan segera mendapati diri mereka menderita. [3][3] Dari suasana di ibu kota ketika aku kembali, aku dapat menyimpulkan bahwa Putra Mahkota dan Pangeran Tertua tidak akan membiarkanku mengambil alih harta istana tahun depan."     

"Bagaimana dengan saran yang kuberikan padamu tahun lalu di Pegunungan Cang?" Lin Wan'er tidak lagi seperti gadis berusia 16 tahun. Dia lebih seperti penasihat yang hebat sekarang. Bagaimanapun juga, dia adalah putri dari sang Putri Sulung, dan hal-hal seperti cara berpikir dan melihat sesuatu dapat diturunkan dari generasi ke generasi, jadi Fan Xian selalu mempercayai saran-sarannya. Tetapi dia tidak pernah setuju dengan saran Wan'er di Pegunungan Cang.     

Fan Xian menunduk sedikit, dan mulai berbicara secara perlahan namun tegas. "Meminta pengalihan kekuasaan, dengan disertai alasan, adalah hal yang tepat untuk dilakukan oleh seorang pejabat muda sepertiku, yang akan mengendalikan Dewan Pengawas dan keuangan istana. Keinginan sang Kaisar ini sangat membebaniku. Kekuatan yang aku pegang benar-benar terlalu besar. Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi ... tapi Wan'er, aku tidak bisa melepaskan harta istana. "     

Meskipun Wan'er tidak tahu persis mengapa suaminya tidak bisa menyerah atau melepas kendalinya atas harta istana, sebagai istrinya, dia hanya bisa mendukungnya. Dia mengangguk. "Aku mengerti."     

"Karena aku tidak bisa melepaskan kendali atas harta istana," lanjut Fan Xian, "maka aku juga tidak bisa melepaskan kendaliku atas Dewan Pengawas."     

Jika keuangan istana adalah tumpukan emas, maka Dewan Pengawas adalah tentara yang melindungi tumpukan itu. Jika Fan Xian hanya memiliki kendali atas harta istana, maka dirinya akan terekspos dari orang-orang di istana yang ingin mempermalukannya.     

Lin Wan'er menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Pasti semua ini terasa sulit bagimu." Dia tiba-tiba menatap mata Fan Xian. "Apakah kamu percaya diri?"     

Fan Xian tersenyum dan mengelus pipi Wan'er. "Aku tidak akan bilang bahwa aku bahagia, tapi aku selalu bersikap sombong, bahkan narsis. Kamu sendiri tahu itu."     

Lin Wan'er tersenyum dan tiba-tiba mencium bibir Fan Xian. "Aku masih punya ide lain."     

Fan Xian tertarik. "Apa itu?"     

Ada kilatan cahaya di mata Lin Wan'er. Fan Xian tidak tahu apa yang sedang dipikirkan istrinya. "Bawa Haitang ke sini sebagai selirmu!"     

Fan Xian kaget. Istrinya benar-benar bukan wanita biasa.     

"Haitang adalah petarung tingkat kesembilan atas. Kamu tadi bilang bahwa dia mungkin akan menjadi seorang Guru Agung suatu hari nanti. Jika kita memiliki seorang Guru Agung di rumah kita, yang memiliki sosok Ku He di belakangnya, para pangeran tidak akan berani melakukan apa pun terhadap kita. Bahkan sang Kaisar akan mencoba untuk memenangkan dirimu. Lihatlah Ye Zhong dan keluarganya. Hanya ada Ye Liuyun di keluarga mereka, namun, mereka dapat bergerak di dalam birokrasi dengan lancar selama lebih dari satu dekade, tanpa sekalipun mengalami kekalahan ... "     

Fan Xian tahu bahwa kata-kata istrinya benar. Jika dia mengangkat Haitang sebagai selirnya, maka itu akan dilihat oleh semua sebagai lencana kehormatan. Tetapi dia tidak tahu, apakah istrinya sedang mengujinya lagi atau tidak. Dia tertawa sinis. "Tapi ... Haitang benar-benar tidak cantik."     

Lin Wan'er tertegun sejenak. "Tidak sopan!" dia menegurnya.     

Fan Xian tertawa. Lalu dia berpikir tentang apa yang dikatakan Lin Wan'er tentang keluarga Ye - Ye Zhong adalah komandan garnisun kota, dan Ye Ling'er akan segera menikah dengan sang Pangeran Kedua. Apa yang sedang dipikirkan sang Kaisar tentang semua ini? Atau Guru Agung? Jika semuanya berjalan dengan sebagaimana mestinya, dari yang dilihat oleh Fan Xian, istana mungkin sama sekali tidak takut dengan Ye Liuyun.     

Fan Xian mengerutkan kening. "Ketika aku tidak berada di ibu kota, apakah Ye Zhong mengundurkan diri dari jabatannya di garnisun?"     

Lin Wan'er menggelengkan kepalanya.     

Fan Xian menghela napas. "Apakah ibumu mengirim surat?" Yang dimaksud dengan "ibu" adalah sang Putri Sulung di Xinyang. Fan Xian tahu bahwa Wan'er tidak memiliki perasaan apa pun terhadap wanita itu, meski begitu Fan Xian merasa harus tetap menghormati mertuanya di hadapan istrinya.     

Lin Wan'er menggelengkan kepalanya sekali lagi, wajahnya tanpa ekspresi. Fan Xian merasa kasihan. Dia dengan lembut membelai alis Wan'er."Bagaimana kondisi kesehatanmu? Aku terlalu fokus dengan hal-hal yang lain, sampai-sampai aku tidak bertanya tentang hal yang terpenting. Maafkan aku sayang."     

Lin Wan'er tersenyum. "Tuan Fei sering datang mengunjungiku. Dia memberiku pil-pil obat untuk menjaga kekuatan tubuhku. Aku merasa cukup sehat."     

Fan Xian mengangguk. "Tampaknya liburan kita di Pegunungan Cang sangat baik untuk kesehatanmu. Tahun ini, ketika musim dingin tiba, kita semua akan tinggal di sana sebagai sebuah keluarga. Sayang sekali, tahun lalu kita tidak mandi di sumber air panas."     

Suara mereka semakin pelan saat mereka membisikkan hal-hal yang manis dan saling menyanyikan lagu-lagu cinta. Suara teriakan cemas dari salah seorang gadis pelayan tiba-tiba muncul dari luar dan mengagetkan mereka. "Tuan! Nyonya! Makan malam telah disajikan. Tuan Besar meminta Anda berdua bergegas."     

Fan Xian menyalak, melemparkan selimutnya, dan segera mulai berpakaian. Sebelumnya, dia telah berencana untuk pergi sebentar ke rumah belakang sebelum memberi salam pada ayahnya. Dia tidak mengira bahwa dirinya akan keterusan. Dia benar-benar lupa bahwa ayahnya sedang menunggu di ruang kerja. Ketika dia memikirkan wajah ayahnya yang tegas dan serius, Fan Xian bisa membayangkan kemarahannya. Fan Xian telah melakukan perjalanan ribuan mil ke rumah, dan alih-alih memberikan penghormatan pertama kepada orang tuanya, dia malah pergi untuk bermesraan dengan istrinya. Tindakannya itu benar-benar tidak sopan.     

Wan'er mengomeli suaminya saat dia juga mengenakan pakaian. Sisi dan Siqi berjaga di luar pintu. Saat mereka mendengar dari luar, mereka bergegas masuk untuk membantu Tuan dan Nyonya mereka berpakaian. Sambil berjalan di belakang pelayan yang membawa lentera, mereka berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa, dan memasuki rumah bagian depan.     

Di aula besar, para gadis pelayan menunggu dengan tenang di salah satu sisi ruangan. Fan Jian, Count Sinan, Menteri Keuangan, duduk di tengah aula. Lady Liu, mantan selirnya, yang kini sudah menjadi istrinya, terlihat masih berdiri di sisinya, mempersiapkan cangkir dan sumpit suaminya, sesuai dengan tradisi. Fan Ruoruo duduk di sebelah kiri Fan Xian, tampak merenung. Fan Sizhe duduk di ujung meja yang lain, dan tangannya berada di bawah meja, bermain-main dengan benda pemberian Fan Xian sebelumnya.     

Saat melihat Fan Xian dan Lin Wan'er masuk, Ruoruo berdiri. Fan Sizhe bergegas menyembunyikan mainannya di dalam lengan bajunya, dan bersama-sama dengan Ruoruo, membungkuk ke arah mereka. Count Sinan tidak melihat Fan Xian, tetapi menganggukkan kepalanya pada Lin Wan'er. Status menantu perempuannya sangat tinggi, sehingga dia tidak bisa mengabaikannya.     

Keluarga besar mempunyai banyak aturan dan kebiasaan, tetapi Count Sinan selalu sibuk dengan urusan negara, sehingga dia jarang makan malam di rumah. Hari ini, Fan Xian telah kembali, jadi ini adalah peristiwa yang lebih formal dari biasanya. Mereka makan tanpa bersuara sedikitpun. Setelah mereka semua selesai makan, Count Sinan akhirnya menatap putranya. Dengan suaranya yang tenang, dia berkata. "Kamu akan segera menjadi seorang Baron."     

[1] Dalam kisah itu, Kaisar Taizong dari Tang menawarkan Perdana Menteri Fang Xuanling beberapa selir. Dia menolak karena istrinya cemburu. Kaisar kemudian memanggil istrinya, mengatakan kepadanya bahwa jika dia menolak untuk membiarkan selir-selir itu memasuki rumah mereka, maka dia harus minum racun. Kaisar berharap agar dia mundur, tetapi dia malah memilih untuk meminum racun itu, hanya untuk menemukan bahwa racun itu adalah cuka. Jadi, dalam bahasa Cina, "minum cuka" dapat berarti 'kecemburuan'.     

[2] Fan Xian mengutip Ma Su, seorang jenderal di periode Tiga Kerajaan di bawah Zhuge Liang.     

[3] Fan Xian mengutip dari Analects of Confucius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.