Sukacita Hidup Ini

Restoran Xinfeng



Restoran Xinfeng

0Langit mulai gelap, dan suasana yang kelam sekarang menyelimuti ibu kota. Kegersangan musim gugur mulai tergantikan oleh hujan dingin yang menerjang dan membersihkan atap genteng rumah-rumah penduduk serta membersihkan jalanan yang terlapisi oleh debu. Kemunculan hujan ini juga menandai cuaca dingin pertama pada tahun ini; tahun kelima kalender Qing.     
0

Fan Xian sedang menggosok kedua telapak tangannya saat dia tengah duduk di lantai dua Restoran Xinfeng. Terpal angin telah dipasang di luar jendela, dan Fan Xian tertegun saat menyaksikannya. Dia mengalihkan pandangannya ke arah markas Biro Pertama yang ada di seberang jalan, kemudian ke markas Mahkamah Agung. Diantara kedua markas itu, markas Biro Pertama tampak jauh lebih sepi. Para petugas dari Dewan Pengawas tampak tenang, berbeda dengan dulu.     

Masa pembenahan telah berlangsung selama beberapa hari. Tentu saja, Fan Xian tidak percaya bahwa teriakan slogan dapat mengubah semuanya dalam waktu cepat. Diam-diam, Fan Xian telah melanjutkan penyelidikannya terhadap masalah, hubungan gelap dan korupsi yang telah mengakar di dalam Dewan Pengawas. Sejauh ini Fan Xian tanpa pandang bulu telah memecat banyak orang dan bahkan mengirim banyak pejabat untuk melakukan penilaian di Biro Ketujuh. Suasana di Biro Pertama akhirnya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, dan bagaikan roda waktu, Biro mulai bekerja dengan efisien, sebagaimana memang sudah seharusnya.     

Fan Xian belum terbiasa untuk bertugas sebagai penanggung jawab Biro Pertama, tetapi dia menolak gagasan yang diusulkan Mu Tie kepadanya, yakni mendirikan ruang kerja di mana Fan Xian dapat bekerja dan beristirahat. Alih-alih, Fan Xian justru memesan setiap meja di lantai atas restoran yang berada di seberang jalan. Dengan melakukan itu, dia dapat bersantai dan berbaring dalam keheningan, dan terlebih lagi dirinya bisa mengemil sepanjang hari, sambil berada di dekat markas Biro Pertama.     

Fan Xian duduk di hadapan sebuah meja, yang diatasnya ada sebuah miniatur kapal bambu dengan sebuah bakpau di dalamnya. Ukuran bakpau itu tidak normal, karena bakpau itu memenuhi seluruh ruang di dalam kapal bambu! Bagian luarnya berkilau putih dan memiliki 18 lipatan, dan bagian dalamnya mengeluarkan uap panas, yang dapat membuat orang meneteskan air liur saat melihatnya. Dia dengan lembut meniup bakpao itu dan kemudian menusukkan sumpit ke dalamnya, membuatnya memuntahkan isi dari bakpau tersebut.     

Fan Xian mengambil sedotan gandum dan bertanya, "Apakah kamu mau kuahnya?"     

"Panas."     

Fan Xian tersenyum dan tertawa, dengan menggunakan sumpit dia membelah roti itu. Dia mengumpulkan daging yang empuk, yang berada jauh di dalam bakpau dan menaruhnya di atas sebuah piring, yang kemudian dia berikan kepada orang di sampingnya. Dia berkata padanya, "Dabao, sausnya masih panas, tapi dagingnya tidak. Kamu harus meniupnya sebelum makan."     

Dabao mengikuti ucapan Fan Xian dengan baik dan meniup piring tersebut sekuat paru-parunya bisa menghembuskan.     

Sejak ayah mertua Fan Xian pensiun, kediaman Fan menjadi lebih tenang. Selama Fan Xian berada di Kerajaan Qi utara, Dabao telah menghabiskan sebagian besar waktunya berkunjung ke kediaman Fan. Saat Fan Xian kembali, dia tidak dapat bertemu dengan Dabao selama beberapa hari dan dia bertanya-tanya mengapa. Setelah menanyakan alasannya pada Wan'er, Fan Xian mendapati bahwa karena Fan Xian baru saja kembali ke ibu kota, Wan'er mengirim Dabao kembali ke kediaman Lin. Fan Xian tidak terlalu senang dengan hal ini. Meskipun mereka hanya berusaha untuk menjaga reputasinya, mereka tidak berani menempatkan kediaman keluarga Lin dalam posisi yang canggung. Tetapi, orang-orang di kediaman itu cukup pilih-pilih dan sulit untuk berbahagia, dan sekarang keluarga Lin hanya memiliki Wan'er dan kerabat jauh untuk mengurusnya.     

Sejak Fan Xian bekerja di Biro Pertama, dia selalu sibuk setiap hari. Fan Xian sulit mempercayai bahwa dia punya cukup waktu untuk mengurus masalah ini, jadi dia memutuskan untuk mengambil keuntungan terhadap hari yang hujan dan membosankan ini dengan berbicara terhadap Deng Ziyue tentang membawa Dabao ke restoran Xinfeng untuk mencoba hidangan yang paling mewah, roti jietang. Dia dapat memulangkan Dabao nanti.     

"Berhenti meniup, kamu sudah bisa memakannya!" Fan Xian menertawakan kakak iparnya.     

Dia tidak tahu mengapa mental Dabao seperti seorang anak kecil, yang membuatnya patuh terhadap setiap kata yang dikatakan Fan Xian. Dengan patuh, Dabao menundukkan kepalanya dan melahap daging dalam satu suap. Ketika Fan Xian memperhatikannya makan dengan tergesa-gesa, dia bertanya-tanya apakah kakak iparnya dapat merasakan rasa makanannya.     

Ketika Fan Xian melihat ini, dia memikirkan Zhu Bajie dari kisah Journey to the West, saat memakan melon pepino. Senyum tawa langsung menghiasi Fan Xian.     

Deng Ziyue ada di sana, tetapi dia duduk di meja yang terpisah. Dia menyaksikan adegan itu dan menganggapnya sedikit menyeramkan. Ada 30 orang dari Unit Qinian, dan mereka dibagi menjadi empat sub-unit untuk memberikan perlindungan terhadap Fan Xian dari setiap sudut. Deng Ziyue telah mengambil alih posisi Wang Qinian, membuatnya tidak berani meninggalkan sisi Fan Xian meski hanya sejenak. Dengan demikian, Deng Ziyue adalah satu-satunya orang yang tahu persis tentang apa yang telah dilakukan Fan Xian dalam beberapa hari terakhir. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa dirinya hanya mengikuti seorang Komisaris, seseorang yang niatnya seringkali tersembunyi dan dirahasiakan - bahkan kepada sekutu terdekatnya sekalipun. Setelah Fan Xian membenahi situasi di Biro Pertama, Deng Ziyue belum pernah mendapatkan perintah khusus darinya, jadi dia hanya duduk di Restoran Xinfeng sambil makan dan bernyanyi untuk menyenangkan Tuannya. Dia berpikir dalam hati, "Sebagai seorang Komisaris, fakta bahwa dia bersedia merawat saudara iparnya yang cacat mental adalah hal yang mengejutkan, dan aku sangat mengaguminya atas hal itu."     

Dari lantai bawah terdengar suara langkah kaki yang berat, dan ketika mendengarnya, Deng Ziyue terbangun dari lamunannya. Tangannya mencengkram gagang pedangnya yang masih berada di dalam sarung dan dengan cepat berbalik untuk menatap tangga yang mengarah dari lantai satu ke lantai dua restoran. Orang ini ternyata adalah Mu Tie, dia telah memimpin penyelidikan untuk menemukan pejabat-pejabat yang telah bertindak melanggar hukum. Dia juga bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan moral di seluruh departemen dan membuat persiapan untuk misi rahasia yang ditugaskan oleh Fan Xian padanya. Dia sekarang menjelma menjadi pria yang sangat sibuk, yang berada di bawah tekanan besar. Matanya tampak cekung dan gelap, dan dari penampilannya, dia tampak lelah, letih dan tidak sehat.     

Mu Tie melepas topi dan jas hujannya, lalu melemparkannya ke sudut ruangan. Dia dengan hati-hati mengeluarkan sebuah tabung dari saku dadanya. Entah terbuat dari apa, tetapi yang jelas tabung itu tahan air, karena kertas di dalamnya masih kering.     

Fan Xian mendekati Mu Tie dan mengambil kertas itu darinya. Dia membacanya dengan cermat setiap barisnya. Perlahan, kerutan muncul di wajahnya, dan suasana hatinya berubah menjadi muram. Sebelumnya, ketika dia baru pulang ke ibu kota, dia telah meminta Deng Ziyue untuk menyelidiki kanselir yang memiliki hubungan dekat dengan Pangeran Kedua. Itu tidak ada hubungannya dengan keluarga Cui. Setelah Fan Xian menjadi kepala Biro Pertama, misi ini segera dia berikan kepada Mu Tie sebagai tugas pertamanya.     

Sepertinya tidak ada bukti memberatkan yang ditemukan, namun semua itu sesuai dugaan Fan Xian. Orang-orang macam seperti mereka dapat menutupi jejak dengan baik dan akan selalu berusaha keras untuk menghindari sesuatu yang kotor muncul ke permukaan, tapi tetap saja, apa yang telah ditemukan Mu Tie bisa dibilang hampir terlalu bersih. Keluarga Cui adalah bangsawan, dan selama bertahun-tahun tidak mungkin mereka tidak pernah memberikan suap kepada Menteri Pengangkatan ataupun Direktur Pengamat Istana. Catatan mereka terlalu bersih untuk dapat dianggap nyata, dan hal ini membuat Fan Xian menghela napas sebelum bertanya, "Ini sudah semuanya?"     

Mu Tie mengangguk.     

Fan Xian bertanya, "Apakah Biro Kedua bertanya sesuatu?" Mu Tie menatapnya, menggelengkan kepala dan mengatakan, "Biro Kedua telah bekerja sama dengan kami. Mereka hanya mengerti ini adalah perintah dari istana, bukan penyelidikan yang dilakukan oleh Anda. Aku berani menjamin kepada Anda bahwa tidak ada pihak lain yang tahu akan hal ini."     

"Apakah Biro Kedua tidak memiliki informasi apapun?" Fan Xian baru sadar sekarang bahwa dia masih memegang sepasang sumpit, tanda bahwa dia benar-benar fokus dalam menghadapi masalah-masalahnya. Dia menertawakan dirinya sendiri, dan menempatkan sumpitnya ke atas kapal bambu. Sekarang, musuh terbesarnya adalah sang Putri Sulung yang saat ini berada jauh di Xinyang. Tidak ada yang tahu kapan Putri Sulung akan kembali ke ibu kota, oleh karena itu Fan Xian harus dapat memastikan, siapa pihak di dalam istana yang bersekutu dengan sang Putri Sulung dan siapa yang bukan, selama Putri Sulung dan Pangeran Kedua sedang tidak ada.     

Mu Tie berbicara dengan lembut dan sopan, tetapi dia mendapati dirinya lebih percaya diri saat berkata pada Fan Xian, "Sehubungan dengan penyelidikan di ibu kota, Biro Kedua bertanggung jawab untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, tetapi mereka masih tidak dapat menandingi Biro Pertama dalam hal itu. Jangan khawatir, Tuanku. "     

Fan Xian mengangguk dan memberi gerakan isyarat kepada Mu Tie untuk mempersilahkannya pergi.     

Fan Xian menunggu sampai Mu Tie benar-benar pergi, lalu melihat ke perkamen yang dia dapat dari Mu Tie tadi. Saat membaca kosa kata khusus itu, dia menemukan bahwa dirinya tengah tenggelam dalam pikirannya. Dokumen itu mencatat sejarah tentang tindakan-tindakan suap yang dilakukan oleh keluarga Cui, juga termasuk tanggal "transaksi" tersebut dan dengan siapa mereka berurusan. Sebagian besar pejabat di pemerintahan termasuk di dalam daftar curiga, tetapi anehnya tidak ada jejak Pangeran Kedua maupun sekutu terdekatnya. Kekecewan ini membuat Fan Xian sakit kepala, dan firasatnya mengatakan bahwa akan ada masalah di sana. Jadi, dari sekian banyaknya kata-kata yang tertulis, dia tidak dapat menemukan kebenaran.     

Fan Xian tahu caranya melakukan pembunuhan, cara mempertahankan dan menangani otoritas, dan produksi kain tertentu ketika dibutuhkan. Bagaimanapun juga, dia akan selalu menampilkan dirinya sebagai seseorang yang lembut dan mudah untuk didekati, tetapi hatinya seperti hati seorang pembunuh. Dia bukan orang yang bisa menghibur orang lain, juga tidak pandai menganalisis informasi. Dia tahu ketangkasan dan keterbatasannya, dan selama dia melatihnya, dia bisa mencapai tingkat kemampuan yang sesuai dengan bakatnya. Semua itu karena dia memiliki pemahaman yang kuat tentang dirinya sendiri sehingga dia bisa mendapatkan pemahaman yang kuat tentang orang lain serta tahu orang macam apa sebenarnya mereka.     

Fan XIan teringat dengan rencana yang telah dia susun di Shangjing, di Kerajaan Qi utara. Dia menghela napas dan teringat sosok pria konyol yang selalu membantunya banyak hal selama berada di sana - Wang Qinian. Tetapi, bagaimanapun juga, orang yang berhasil memastikan rencana terlaksana dengan baik adalah Yan Bingyun, dan saat ini, Fan Xian merasa kecewa terhadap dirinya sendiri karena telah gagal membuat pemuda satu itu menjadi pengikutnya setelah kembali ke ibu kota. "Siapa yang akan mengira bahwa Dewan Pengawas akan mengangkat Yan Bingyun sebagai kepala Biro Keempat? Dan aku menjadi kepala Biro Pertama?" Dia awalnya ingin menyembunyikan kepandaian Yan Bingyun, tapi untuk saat ini hal itu adalah tugas yang sulit.     

Fan Xian memandang Dabao dan melihatnya melahap mi seperti orang gila. Dia tertawa dan mengambil bakpau yang sekarang kehabisan isi dan meletakkannya di mangkuknya. Fan Xian mencelupkannya ke dalam mi dan kemudian dengan cepat memasukkannya ke dalam mulutnya sebelum mengunyahnya dengan nikmat.     

Dabao terkejut dengan keberadaan tangan yang dengan cepat muncul dan menghilang di hadapannya. Dengan reaksinya yang lambat, dia mengangkat kepalanya untuk melihat Fan Xian. Dia kemudian menggelengkan kepalanya sebelum lanjut memakan mi miliknya.     

Di luar, hujan masih mengalir deras. Dan disaat hujan yang lebat menghantam jalan-jalan, kabut mulai muncul, menyelubungi jalan-jalan dan rumah-rumah, membatasi pandangan mereka yang cukup berani untuk keluar rumah. Saat ini, udara dingin telah menyelimuti seluruh kota, dan ketika hembusan angin bertambah kencang, orang-orang di luar akan tertiup angin. Seolah-olah angin itu sendiri sedang mencari kehangatan dari leher orang-orang.     

Fan Xian memakaikan mantel kepada Dabao dan dengan hati-hati melipat kerah baju di leher kakak iparnya itu, untuk memastikan angin tidak dapat mengganggu kehangatannya. Dia kemudian menepuk pundak iparnya dan mengatakan, "Xianxian memiliki urusan yang harus dia selesaikan. Kenapa kamu tidak kembali ke rumah untuk bermain dengan Wan'er saja?"     

Dabao sedang mengunyah apel. Dia bergumam, "Adikku sangat jahat ... aku ... Fan ... bermain."     

Fian Xian mengerti apa yang iparnya maksud dan mulai tertawa. Dalam benaknya dia bertanya-tanya, apakah ada pejabat, kanselir, pengusaha, pelacur dan bahkan penyair di dunia ini yang memiliki hati sesederhana hati Dabao. Mungkin hidup akan jauh lebih sederhana dan lebih mudah jika hati mereka seperti itu.     

Fan Xian kemudian berbicara pelan dengan Teng Zijing, dan setelah itu kereta kediaman Fan bersiap untuk pulang. Deng Ziyue menatap Fan Xian dan bertanya, "Tuan, ke mana kita akan pergi sekarang?"     

"Ke Kediaman Yan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.